pilihan +INDEKS
Kasus Masinton, Konsekuensi Melawan Korupsi
JAKARTA-riautribune: Tuduhan penganiyaan yang dialamatkan kepada Masinton Pasaribu adalah kekonyolan politik khas Indonesia yang bisa dialami oleh siapa saja yang secara konsisten melawan korupsi dan kekuatan jahat lainnya.
Tapi semua itu harus dihadapi karena ini memang merupakan konsekuensi menjadi politisi.
Demikian dikatakan koordinator Gerakan Indonesia Bersih (GIB.) Adhie M Massardi kepada Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (2/1) saat diminta komentarnya atas kasus yang menimpa anggota DPR dari PDIP Masinton Pasaribu.
"Kasus ini sejak awal saya lihat memang ganjil. Kejadiannya, kalau benar ada, konon pada 21 Januari. Tapi dihebohkannya 10 hari kemudian. Ada aroma insinuasi dan character assassination (pembunuhan karakter) yang menyengat," katanya.
"Sangat jelas ada pihak yang menggunakan kasus ini untuk merusak reputasi Masinton sebagai aktivis pergerakan dan anggota DPR yang tetap konsisten membela rakyat dan melawan korupsi," sambung Adhie.
Seperti banyak diberitakan Asisten Pribadi anggota DPR Masinton, Dita Aditia, melaporkan atasannya tersebut ke polisi dengan tuduhan melakukan penganiayaan. Padahal menurut staf Masinton lainnya, Abraham Leo Tanditasik, lebam di mata Dita akibat terkena tangannya.
Tapi anggota Badan Advokasi dan Bantuan Hukum Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Wibi Andrino yang menjadi pembela Dita yang ternyata juga anggota Nasdem mengatakan penganiayaan dilakukan Masinton pada Kamis (21/1) malam.
Menurut Adhie, sekarang sudah tidak penting lagi mana yang benar. Karena insinuasi yang dibangun lewat media sosial dan media massa secara berlebihan sudah terlanjur dikonsumsi publik dan oleh sebagian masyarakat dipercaya sebagai kenyataan.
"Tapi saya percaya, integritas Masinton Pasaribu cukup tangguh karena dibangun selama belasan tahun di dunia pergerakan, sejak melawan rezim Soeharto (1998), dan nyaris tanpa cacat. Jadi kasus ini terlalu kecil untuk merusak reputasinya," katanya.
"Karena yang dilawan Masinton dkk selama ini adalah kekuatan-kekuatan (jahat) yang besar, antara lain korupsi di Pelindo II yang pernah membuat jenderal polisi terjungkal, maka niscaya masih akan ada serangan balik lain berikutnya. Bisa jadi lebih besar. Cuma karena lebih konyol, pasti tidak bakal dipercaya publik yang merindukan munculnya tokoh-tokoh muda berani, lugas, tapi tetap waras seperti Masinton," tutup Adhie Massardi.(rmol/rt)
Berita Lainnya +INDEKS
Status Lahan Jadi Kendala Program PSR, Kasim Minta Pemerintah Segera Carikan Solusi
PEKANBARU - Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Kota Dumai, Abdul Kasim SH, .
Bisa Hadirkan Ratusan Ribu Orang, Menteri Pariwisata Sangat Kagum Dengan Pacu Jalur
PEKANBARU - Menteri Pariwisata RI, Sandiaga Salahuddin Uno, sangat mengagumi budaya asal Kuantan .
Demi Kebutuhan Air Bersih, Karmila Berharap Keseriusan Pengelolaan SPAM Durolis
PEKANBARU - Anggota DPRD Riau Dapil Rokan Hilir, Dr Hj Karmila Sari,.
Gelar 'Nobar' Bersama Warga, Viktor Parulian Rangkul Warga Sekitar : Kita Adalah Saudara
PEKANBARU , Riautribune . com - To witness the.
Setengah Tahun Senyap, Pansus Konflik Lahan Desak Pemerintah Jalankan Rekomendasi
PEKANBARU - Ketua Panitia Khusus (Pansus) Penyelesaian Konflik Lahan DPRD Riau, Marwan Yoha.
Tuntut Transparansi Pembagian DBH Migas, DPRD Riau Singgung Konsep Negara Federal
PEKANBARU - Ketua Komisi I DPRD Riau, Eddy A Mohd Yatim, mendukung langkah Bupati Kepulauan Meran.