Kasus Masinton, Konsekuensi Melawan Korupsi

Selasa, 02 Februari 2016

Masinton Pasaribu.(internet)

JAKARTA-riautribune: Tuduhan penganiyaan yang dialamatkan kepada Masinton Pasaribu adalah kekonyolan politik khas Indonesia yang bisa dialami oleh siapa saja yang secara konsisten melawan korupsi dan kekuatan jahat lainnya.

Tapi semua itu harus dihadapi karena ini memang merupakan konsekuensi menjadi politisi.‎

Demikian dikatakan koordinator Gerakan Indonesia Bersih (GIB.) Adhie M Massardi kepada Kantor Berita Politik RMOL‎,‎ Selasa (2/1) saat diminta komentarnya atas kasus yang menimpa anggota DPR dari PDIP Masinton Pasaribu.

‎"‎Kasus ini sejak awal saya lihat memang ganjil. Kejadiannya, kalau benar ada, konon pada 21 Januari. Tapi dihebohkannya 10 hari kemudian. Ada aroma insinuasi dan character assassination (pembunuhan karakter) yang menyengat," katanya.‎

"‎Sangat jelas ada pihak yang menggunakan kasus ini untuk merusak reputasi Masinton sebagai aktivis pergerakan dan anggota DPR yang tetap konsisten membela rakyat dan melawan korupsi," sambung Adhie.‎

‎Seperti banyak diberitakan Asisten Pribadi anggota DPR Masinton, Dita Aditia, melaporkan atasannya tersebut ke polisi dengan tuduhan melakukan penganiayaan. Padahal menurut staf Masinton lainnya, Abraham Leo Tanditasik, lebam di mata Dita akibat terkena tangannya.

‎T‎api anggota Badan Advokasi dan Bantuan Hukum Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Wibi Andrino yang menjadi pembela Dita yang ternyata juga anggota Nasdem mengatakan penganiayaan dilakukan Masinton pada Kamis (21/1) malam.‎

‎Menurut Adhie, sekarang sudah tidak penting lagi mana yang benar. Karena insinuasi yang dibangun lewat media sosial dan media massa secara berlebihan sudah terlanjur dikonsumsi publik dan oleh sebagian masyarakat dipercaya sebagai kenyataan.‎

‎"Tapi saya percaya, integritas Masinton Pasaribu cukup tangguh karena dibangun selama belasan tahun di dunia pergerakan, sejak melawan rezim Soeharto (1998), dan nyaris tanpa cacat. Jadi kasus ini terlalu kecil untuk merusak reputasinya," katanya.‎

"‎Karena yang dilawan Masinton dkk selama ini adalah kekuatan-kekuatan (jahat) yang besar, antara lain korupsi di Pelindo II yang pernah membuat jenderal polisi terjungkal, maka niscaya masih akan ada serangan balik lain berikutnya. Bisa jadi lebih besar. Cuma karena lebih konyol, pasti tidak bakal dipercaya publik yang merindukan munculnya tokoh-tokoh muda berani, lugas, tapi tetap waras seperti Masinton," tutup Adhie Massardi.(rmol/rt)