Kanal

Fahri Hamzah: Main Tutup Dan Main Larang Adalah Kelakuan Sok Kuasa

JAKARTA - riautribune : Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah ikut prihatin atas pelarangan diskusi publik di stasiun televisi. "Prihatin dengan pelarangan diskusi publik di TV. Terakhir pelarangan itu dilakukan tahun 1998," kata politisi PKS ini di akun Twitter miliknya ‏@Fahrihamzah.

Fahri tidak menyebut di televisi mana pelarangan itu. Tapi ramai di media sosial, tayangan Indonesia Lawyer Club (ILC) batal disiarkan oleh tvOne, Selasa malam (24/1). (Baca: Karni Ilyas: Dengan Beribu Maaf, Diskusi ILC "Membidik Rizieq" Kami Batalkan)

Fahri bertanya apakah kita sudah kembali ke masa di mana negara juga bertugas memilihkan ingatan dan pikiran? "Sungguh suatu yang ganjil. Kebebasan berbicara Yang dilindungi konstitusi tak lagi diindahkan," ungkapnya.

Menurut Fahri, apapun alasannya, pelarangan dan bredel adalah kelakuan rezim totalitarian. "Kalau kalian tak sanggup mencerna pikiran rakyat jangan kalian larang. Tapi. Belajarlah mencerna," lanjutnya.

Masih kata Fahri, rakyat memerlukan negara yang cerdas dan memahami kerumitan percakapan orang-orang bebas. "Rakyat Indonesia hari ini adalah rakyat bebas merdeka. Takkan mudah dibungkam dan diancam," tambahnya.

"Jika kalian tak sanggup mendengar maka tutup telinga dan menjauhlah dari percakapan. Percakapan bebas memerlukan pendengaran yang dewasa. Main tutup dan main larang adalah kelakuan sok kuasa," lanjut Fahri.

Tidak berhenti di situ, Fahri juga mentweet, "Berapa sih umur jabatan kalian? Selamanya? Jangan begitu...kita semua ini sementara". "Ayo kembalikan hak publik untuk menonton perdebatan yang bermakna," ajaknya.

Dan berikut sambungan tweet Fahri Hamzah yang diakhiri dengan hastag #StopBredel. "Jangan takut jika rakyat tambah kritis. Makin cerdas makin baik. Negara maju rakyatnya cerdas dan dewasa".

"Tapi rakyat yang lemah dan takut kepada aparat Pemerintah akan lahirkan negara lemah". Hentikan larangan diskusi di ruang Publik. Pemerintahan justru Harus bicara di ruang terbuka. Jelaskan semua perkara". "Ada banyak anak bangsa yang cerdas. Ada banyak yang mengerti persoalan. Ajak mereka". "Kita semua pendukung negara. Mendukung negara dengan bicara bukan diam seribu bahasa". "Mari nikmati Dialektika. Mari hentikan bredel dan larangan bicara. #StopBredel".(rmol)

Ikuti Terus Riautribune

BERITA TERKAIT

BERITA TERPOPULER