Kanal

DPR: 37% Bayi Indonesia 'Cebol' Akibat Orangtua Merokok

JAKARTA – riautribune : Kenaikan harga rokok hingga dua kali lipat tengah dikaji oleh Pemerintah. Anggota DPR Komisi IX, Okky Asokawati sepakat akan kenaikan harga yang diprediksi mencapai Rp50 ribu itu dengan tujuan melahirkan sumber daya manusia (SDM) yang sehat dan cerdas.

Hal itu dilontarkan Okky setelah melihat hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) di mana 40% keluarga termiskin, rela membelanjakan keuangan keluarganya untuk membeli satu atau dua bungkus rokok perharinya. Akibat hal itu, 37% ibu di Indonesia melahirkan balita yang cebol atau kerdil.

“Bahwa keluarga miskin yang 40% termiskin, mereka membelanjakan anggaran belanja keluarganya itu lebih besar untuk rokok daripada gizi anak. Sehingga nggak heran Indonesia 37% balitanya cebol atau stunting karena kurang gizi,” kata Okky, Jakarta, Rabu (24/8/2016).

Ia pun memprediksi bahwa kenaikan harga cukai rokok bisa menjadi salah satu cara untuk melahirkan SDM yang cerdas dan sehat. Terlebih, SDM menjadi fondasi yang kuat untuk membangun sebuah bangsa, termasuk Indonesia.

"Bayangkan kalau balita kita sekarang 37 persennya kurang gizi, stunting atau cebol maka bonus demografi yang digembar-gemborkan akan kita dapatkan di 2030 itu justru nanti bisa jadi beban bukan bonus, karena SDM yang sekarang-sekarang saja sudah enggak sehat,” tambahnya.

Ia berharap, wacana tersebut segera diterapkan oleh Pemerintah. Karena, kenaikan harga rokok setidaknya bisa menekan perokok pemula yang usianya belasan tahun.

“Selain itu, ini bisa menahan perokok pemula yang dulu kan sempat ramai ada balita ngerokok. Tapi dengan harga mahal bisa menahan perokok pemula yang usianya belasan atau belum bekerja. Dari aspek ekonomi, maka mereka bisa jadi pribadi tidak produktif dengan adanya penyakit dari ribuan zat yang berbahaya. Kalau nggak produktif nanti ketimpangan sosial,” tukasnya.(okz/rt)
 

Ikuti Terus Riautribune

BERITA TERKAIT

BERITA TERPOPULER