pilihan +INDEKS
Miris Melihat Ketertinggalan Masyarakat di Perbatasan
Minta Pemerintah Lebih Perhatikan Daerah Terpencil
PEKANBARU, Riautribune.com - Dua orang dosen dari Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (UIN SUSKA) Pekanbaru, Irdayanti dan Anna Nurlita, bersama seorang psikolog, Salmiyanti, melakukan penelitian tentang penyebaran informasi dan pemetaannya, yang menggunakan pendekatan kualitatif melalui studi kasus di Pulau Rupat, Riau.
Dengan memakai metode pengumpulan data melalui observasi pada wilayah perbatasan serta wawancara kepada pegawai pemerintah Kabupaten Bengkalis dan masyarakat perbatasan, penelitian ini sudah berlangsung sejak Januari 2021 hingga November 2021.
Hal ini terkait dengan wilayah yang terletak di sepanjang batas wilayah Indonesia dengan negara lain, dimana pada umumnya masih tertinggal dibandingkan dengan wilayah di perkotaan.
Disamping kebutuhan pokok yang sangat minim, terdapat kebutuhan lain yang belum terpenuhi dengan baik yaitu kebutuhan informasi di dalam negeri dan penetrasi siaran televisi dari negara tetangga, Malaysia.
Penelitian ini mereka lakukan untuk mendeskripsikan bagaimana implementasi ketahanan informasi di wilayah perbatasan khususnya di propinsi Riau melalui operasional konsep David L. Weimer dan Aidan R. Vining (policy analysis of Berkeley) tentang kebijakan publik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketahanan informasi di wilayah perbatasan, menuju proses perbaikan pada infrastrukur telekomunikasi yang tumbuh cukup pesat di wilayah perbatasan, selain itu akses terhadap informasi publik juga terus dibangun oleh pemerintah daerah.
"Masih ditemukan di beberapa daerah perbatasan seperti pulau Rupat, akses yang mudah terhadap media televisi dan radio dari Malaysia," ungkap Irdayanti kepada riautribune melalui sambungan telepon pribadinya pada Rabu pagi (24/11/2021).
Namun dari sisi penyiaran televisi maupun radio, masyarakat perbatasan masih mengalami ketertinggalan. Di samping kemudahan dalam mengakses channel televisi Malaysia, pada umumnya kehidupan sosial budaya masyarakat di wilayah perbatasan terkonstruksi dari program channel televisi Malaysia yang mereka nikmati.
"Kurangnya sarana dan prasarana seperti pemancar, transmisi radio dan televisi serta telepon di daerah perbatasan, menyebabkan infiltrasi melalui media massa elektronik khususnya televisi dan radio tidak dapat dihindarkan, terutama adanya sisi praktis dan efisien dalam me-relay siaran dari Malaysia, yang mudah ditangkap dan diakses dengan kualitas suara dan gambar yang jelas," papar Irdayanti.
Mereka berharap, melalui penelitian ini dapat membuka wacana bagi pemerintah baik pusat maupun daerah, agar memeratakan pembangunan baik dari segi infrastruktur dan telekomunikasi bagi masyarakat di perbatasan.
"Semoga kedepannya tidak lagi ada daerah yang menjadi tertinggal," tutup Irdayanti. (Reynold)
Berita Lainnya +INDEKS
DPP PKB Undang Cagub Nasarudin Ta'aruf Dengan Ketum PKB
PELALAWAN, Riautribune.com - Dewan Pengurus Pusat Partai Kebangkitan Bangsa (DPP PKB) secara resm.
Pererat Silaturahmi, IKASMANDA 94 Gelar Halal Bihalal 5 Mei 2024
PEKANBARU, Riautribune.com - Mempererat silaturahmi setelah Hari Raya Idul Fitri 1445 H, Alumni S.
Mahasiswa Magang Program AUM Rumah Lemon Kunjungi PLUT Riau
PEKANBARU, Riautribune.com - Mahasiswa peserta program magang Apindo UMKM Merdeka (AUM) mengunjun.
Ketua KPU Riau Tekankan Penguatan Kelembagaan Menuju Pilkada 2024
PEKANBARU, Riautribune.com - KPU Provinsi Riau laksanakan kegiatan Penguatan Kelembagaan di Lingk.
Kampar Expo 2024, Ajang Edukasi Industri Migas untuk Masyarakat dan Pelajar Riau
BANGKINANG, Riautribune.com - PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) bersama dengan Satuan Kerja Khusus Pe.
APTISI RIAU Bahas Proker 2024 Dalam Upaya Kontribusi Pada Pendidikan Tinggi di Riau
PEKANBARU, Riautribune.com - kampus UIR menjadi venue Rapat Kerja III Tahun 2024 Asosisasi .