pilihan +INDEKS
Padu Padan Agnes Budhisurya untuk Inspirasi Baju Lebaran
JAKARTA, Riautribune.com - Berkarya dengan cinta membuat seniman akan selalu muda. Barangkali inilah kalimat yang tepat untuk Agnes Budhisurya (78), perancang busana yang sudah mendedikasikan dirinya kurang lebih selama 60 tahun untuk dunia fashion Indonesia.
Untuk lebaran 2023 ini Agnes menampilkan padu padan bermacam elemen yang diaplikasikan dalam beragam kain. Padu padan ini mengambil inspirasi dari gaun Hanfu, pakaian tradisional Tiongkok kuno.
"Saya memilih bahan-bahan lentur yang nyaman dikenakan untuk hari istimewa. Potongan gaun longgar yang fleksible memberikan penampilan yang menarik, " ujar Agnes usai fashion show The Colorful of Ramadan, Hadiprana Fashion Festival 2023 di Kemang, Selasa (23/3).
"Supaya setiap perempuan tampil percaya diri bahwa mereka istimewa," tambah Agnes.
Keunikan karya-karya Agnes terletak pada sapuan cat yang dilukiskan secara bebas pada gaun rancangannya. Selain menyapukan cat pada gaun rancangannya, Agnes juga memperkaya ornament pendukung pada gaun-gaunnya dengan sentuhan kuas lukisnya. Sepintas melihat, pasti orang seakan dejavu dengan baju-baju rancangan Agnes. Sapuan lukisan ini tidak hanya di kain sutera yang mampu menyerap warna dengan sempurna tetapi juga di bahan batik atau tenun-tenun yang ada di Indonesia.
Tidak selalu menampilkan sapuan kuas di atas gaun-gaun rancangannya, namun Agnes tetap menyajikan sapuan kuas dalam ornamen-ornamen pendukung desainnya.
Padu padan kali ini kebanyakan diperkaya dengan kerajinan daerah Gorontalo yang kurang di kenal mayarakat umum. Ada keinginan untuk mengumandangkan dan melestarikannya. Tampilan sulam ini diperkaya dengan sapuankuas dan cat untuk mengangkat penampilannya.
“Saya selalu percaya perempuan itu cantik. Jangan pikirkan bagaimana bentuk tubuh kita, semua didesain Tuhan dengan indah. Tugas desainer itu mempercantik penampilan seseorang,” ujar Agnes membeberkan filosofi setiap desain-desain kreasinya.
Buat Agnes, keindahan perempuan itu bukan karena gaun ketat yang melekat di badan tetapi ia percaya kala usia perempuan makin ranum, lilitan kain longgar dan sampiran selendang menjuntai jauh lebih mempesona, menampilkan keanggunan seorang perempuan.
“Buat saya melaksanakan suatu rancangan adalah mencari solusi, karena dalam berkarya selalu timbul tantangan-tantangan dan perlu dicari jalan keluarnya,” ujar Agnes yang sudah membuat baju untuk dirinya sendiri sejak usia remaja/SMP. Debutnya sebagai perancang busana dimulai saat merancang dan membuat gaun untuk penampilan teman-temannya diacara panggung sekolah sewaktu SMA.
Menjadi perancang busana membuat Agnes harus berpikir tantangan-tantangan di dunia fashion yang harus ia lalui. Duplikasi dan persaingan industri fashion membuat ia kemudian memutuskan memberikan sentuhan personal dengan lukisan pada rancangannya.
Sapuan bebas kuas dan cat sampai saat ini menjadi ciri dari karya-karyanya.
Usia tak menjadi kendala bagi Agnes untuk eksis di ajang fashion show bergengsi di negeri ini, baik itu Indonesia Fashion Week, juga berbagai event internasional. Di ajang G 20 yang digelar secara akbar di Bali, Agnes mendapat mandat untuk mendandani ibu-ibu tamu negara dengan gaun dan karya tangannya.
Setiap kali kita menyaksikan desain-desain Agnes Budhisurya seakan kita diajak untuk merasakan desiran angin yang mengalun seperti puisi. Itu yang membuat setiap karya Agnes tetap melekat dalam benak penggemarnya.
Agnes Budhisurya adalah perancang busana pertama yang melukis bebas pada kain/free hand-painting designer. Karyanya selama kurang lebih 60 tahun banyak dipakai berbagai kalangan baik tingkat nasional maupun dunia.
Oleh ibundanya, Agnes dididik untuk bisa membuat gaunnya sendiri sejak SMP. Agnes memulai karyanya dari sejak remaja dengan membuat gaun untuk sesama teman pada acara-acara pentas sekolah. Agnes mulai melukis pada kain sewaktu mahasiswa.
Dalam perjalanannya melukis di atas kain, Agnes mengakui sempat menggunakan media yang salah yaitu dengan menggunakan cat minyak untuk kanvas sehingga hasilnya membuat bahan menjadi kaku dan lukisan menjadi mudah retak. Namun hal tersebut tidak membuatnya gentar, semangat pantang menyerah membuatnya sampai pada titik, menemukan cat lukis diatas kain yang benar dan menekuninya dengan berbagai experimen.****
Berita Lainnya +INDEKS
Gen Z Rentan Alami Gangguan Kejiwaan, Ini Saran Spesialis Kesehatan Jiwa Mengatasinya
PEKANBARU, Riautribune.com - Kesehatan mental (mental health) kini menjadi topik hangat yang perl.
Batik Tulis Rumah Lengkepe Kreatif Gelar Fashion Show di Mal SKA Pekanbaru
PEKANBARU, Riautribune.com - Rumah Lengkepe Kreatif menggelar fashion show hasil karya batik tuli.
Penelitian Tunjukkan BPA Berbahaya, Ancam Kesehatan Masyarakat Indonesia
PEKANBARU, Riautribune.com - Hingga saat ini, galon yang mengandung BPA masih terus beredar di In.
Mengenal Lebih Dekat Hewan Imut Bernama Sugar Glider
PEKANBARU, Riautribune.com – Ada berbagai macam komunitas pecinta hewan di Pek.
Ingin Nikmati Masakan Jepang dengan Kelas Hotel Mewah? Yuk ke BATIQA Hotel, Ada Promonya Loh
PEKANBARU, Riautribune.com - Masakan Jepang memang dikenal memiliki cita rasa yang unik dan nikma.
Masih Jadi Pilihan Favorit, Selama Libur Lebaran 15 Ribu Wisatawan Kunjungi Alam Mayang
PEKANBARU, Riautribune.com - Taman Rekreasi Alam Mayang yang berlokadi di Jalan Imam Munand.