pilihan +INDEKS
Aksi Tolak Kenaikan Harga Tiket Komodo, 10 Orang Ditangkap
KUPANG, Riautribune.com - Aksi mogok massal yang dilakukan pelaku dan operator pariwisata di Labuan Bajo berujung penangkapan oleh polisi di Manggarai Barat, Nusa Tenggara Barat (NTT) pada Senin (1/8).
Salah seorang yang ikut dalam aksi, Rio Prakoso mengatakan sedikitnya 10 orang ditangkap. Termasuk Ketua Forum Masyarakat Penyelamat Pariwisata Manggarai Barat (FORMAPP) Rafael Todowera.
"Sekitar 10-an orang (yang ditangkap) tapi kalau untuk teman yang saya tahu itu yang setahu saya sendiri enam orang. Tapi informasi semua sepuluh orang," kata Rio Prakoso, Senin (1/8).
Dia menyampaikan penangkapan terhadap massa yang melakukan aksi mogok terjadi di Puncak Wairingin.
Ada beberapa dari sepuluh orang yang ditangkap polisi dikenali olehnya. Mereka adalah Ahyar Abadi, Luis, Rafael Todowela (Ketua Formapp) dan Afand.
Dia membantah penangkapan terhadap massa yang melakukan aksi tersebut berlangsung di Bandara Komodo seperti disampaikan Kapolres Manggarai Barat, AKBP Felli Hermanto.
"Di Puncak Wairingin penangkapannya bukan di Bandara. Tidak ada aksi di bandara, tidak ada, tidak ada. Saya jamin itu. Tidak ada aksi demo di bandara," ujar Rio yang ikut dalam aksi mogok tersebut.
Rio menyebut tersebut dilakukan oleh sepasukan polisi bersenjata lengkap saat massa tiba di Puncak Wairingin. Salah satu yang ditangkap yakni Luis sedang melakukan orasi kala mengakhiri kegiatan mogok massal seraya memungut sampah.
"Kalau dari aparat jelas ada (kekerasan) dan bukti-bukti video ada," ungkapnya.
Rio mengatakan pelaku pariwisata yang melakukan mogok massal kini menjadi resah akibat kekerasan dan penangkapan yang dilakukan kepolisian.
Kapolres Manggarai Barat, AKBP Felli Hernato mengamini ada kekerasan dari personelnya. Namun, ia mengatakan petugas perlu melakukan itu karena massa melakukan perlawanan.
"Itu reaksi (dari aparat), karena yang bersangkutan melawan, (saat diamankan)" ucapnya.
Dia menegaskan bahwa orang-orang yang diamankan tersebut adalah mereka yang berorasi. Ada pula beberapa orang lainnya yang diduga sebagai penyusup yang ikut dalam aksi tersebut.
Felli kembali menegaskan bahwa penangkapan tersebut berlangsung di Bandara Komodo. Pasalnya, aksi massa tersebut telah mengancam obyek vital nasional dan juga menghalangi kedatangan para tamu ke Labuan Bajo.
"Masalahnya sudah memasuki dan melawan menerobos pagar obyek vital nasional yang menghambat kedatangan tamu dan wisatawan manca negara," kata Felli.
Felli juga mengaku punya video saat penangkapan dilakukan di bandara. Aksi tersebut pun tidak disertai pemberitahuan sama sekali ke pihak kepolisian.
Aksi mogok dan long march para pelaku pariwisata itu dilakukan merespons penetapan tarif masuk Pulau Komodo dan Pulau Padar. Mereka tidak setuju dengan harga tiket yang dinaikkan menjadi Rp.3,75 juta karena bisa mematikan sektor pariwisata.
Berita Lainnya +INDEKS
Gelas Kertas Ramah Lingkungan dari Indonesia Dukung Ajang Lari Internasional Bergengsi The RunCzech
JAKARTA, Riautribune.com - Dalam upaya mendukung pengurangan sampah plastik baik secara nasional .
Dubes Iran Terima Kunjungan Pengurus JMSI Pusat
JAKARTA, Riautribune.com - Duta Besar (Dubes) Republik Islam Iran, Mohammad Boroujerdi menerima k.
HUT Ke-4 JMSI akan Berikan Penghargaan untuk Sejumlah Tokoh Nasional dan Daerah
JAKARTA, Riautribune.com — Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) akan memberikan penghargaan un.
MoU PWI Pusat- Universitas Mercu Buana Meningkatkan Literasi Digital dan Memerangi Hoax
JAKARTA, Riautribune.com - PWI Pusat dan Universitas Mercu Buana sepakat menjalin kerja.
KSP Sebut Pencabutan Label Halal Produk Perusahaan Pendukung Israel Tak Punya Dasar Hukum
JAKARTA, Riautribune.com - Kantor Staf Presiden (KSP) Joko Widodo merespons pernyataan Maje.
Merasa Bingung Soal Keputusan MK, Saldi Isra Malah Dilaporkan ke Majelis Kehormatan
JAKARTA, Riautribune.com - Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Saldi Isra dilaporkan ke Majelis .