pilihan +INDEKS
Produksi Alat Pendeteksi Omicron Rampung Akhir Januari
JAKARTA, Riautribune.com - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengaku produksi alat S-Gene Target Failure (SGTF) atau tes PCR rampung akhir Januari 2022. Alat ini bisa mendeteksi virus dalam 4-6 jam sebagai indikasi awal Covid-19 varian omicron.
"Sekarang sudah kita siapkan mudah-mudahan bisa selesai produksinya akhir bulan ini nanti itu kita sebar ke seluruh provinsi akan kita mulai ke daerah yg tinggi omicronnya, seperti DKI, Banten, dan Jabar," kata Budi Gunadi Sadikin saat hadir di Peresmian Pabrik PT Biosensor Healthcare di Purwakarta, Jawa Barat, Kamis (20/1/2022).
Lebih lanjut Budi menjelaskan, PCR STGF adalah reagen PCR dan bukan rapid test. "Jadi itu cairan kimia yang dipakai laboratorium PCR dan, bisa mendeteksi positif atau tidak Covid," ujar Budi.
"Ada produsen dalam negeri, anak-anak pintar Indonesia bekerja sama dengan Bio Farma membuat reagen PCR bisa melakukan STGF, jadi kalau terlihat kemungkinan besar omicron," sambungnya.
Sebelumnya, dalam rapat dengan Komisi IX DPR, Menkes mengatakan alat SGTF merupakan solusi tes cepat terhadap indikasi omicron di Indonesia. Hal ini menyusul penggunaan alat genom sekuensing relatif mahal serta membutuhkan hasil yang lebih lama, yakni berkisar enam hingga tujuh hari.
"Genom sekuensing itu hanya ada di 12 laboratorium dan sekali tes satu reagennya Rp 5 juta sampai Rp 6 juta," ujarnya.
Budi mengatakan laporan dari hasil genom sekuensing yang relatif lama disebabkan jumlah laboratorium khusus genom sekuensing di Indonesia berjumlah 12 unit dengan jumlah alat tes 15 unit. Sementara penggunaan alat tes PCR membutuhkan biaya berkisar Rp 300 ribu per sampel dengan jumlah laboratorium pemeriksaan mencapai 1.100 unit di Indonesia.
Ia mengatakan metode genom sekuensing diperlukan untuk melihat pola penyebaran varian Covid-19 dan melakukan upaya pencegahan secara dini. "Genom sekuensing kita pakai di awal untuk melihat pola penyebaran, tapi kalau nanti semuanya sudah seperti Delta, ya sudah pakai tas PCR saja," katanya.
Budi menambahkan metode deteksi Covid-19 menggunakan tes antigen maupun PCR masih efektif untuk dilakukan. "Tapi masih lebih bagus PCR karena gold standard. Baik antigen maupun PCR terkonfirmasi masih bisa dan masih baik untuk mendeteksi virus Covid-19 apapun variannya," katanya.
Tapi untuk memisahkan varian Alfa, Beta, Delta, Gamma, atau omicron perlu dibedakan memakai alat genom sekuensing. "Tapi tetap karena sekarang kita pakai genom sekuensing berat, sekarang sudah ada variasi tes PCR yang namanya SGTF yang bisa mendeteksi mutasi tertentu yang unik seperti omicron," katanya
Berita Lainnya +INDEKS
Gelas Kertas Ramah Lingkungan dari Indonesia Dukung Ajang Lari Internasional Bergengsi The RunCzech
JAKARTA, Riautribune.com - Dalam upaya mendukung pengurangan sampah plastik baik secara nasional .
Dubes Iran Terima Kunjungan Pengurus JMSI Pusat
JAKARTA, Riautribune.com - Duta Besar (Dubes) Republik Islam Iran, Mohammad Boroujerdi menerima k.
HUT Ke-4 JMSI akan Berikan Penghargaan untuk Sejumlah Tokoh Nasional dan Daerah
JAKARTA, Riautribune.com — Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) akan memberikan penghargaan un.
MoU PWI Pusat- Universitas Mercu Buana Meningkatkan Literasi Digital dan Memerangi Hoax
JAKARTA, Riautribune.com - PWI Pusat dan Universitas Mercu Buana sepakat menjalin kerja.
KSP Sebut Pencabutan Label Halal Produk Perusahaan Pendukung Israel Tak Punya Dasar Hukum
JAKARTA, Riautribune.com - Kantor Staf Presiden (KSP) Joko Widodo merespons pernyataan Maje.
Merasa Bingung Soal Keputusan MK, Saldi Isra Malah Dilaporkan ke Majelis Kehormatan
JAKARTA, Riautribune.com - Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Saldi Isra dilaporkan ke Majelis .