pilihan +INDEKS
Film James Bond No Time To Die: Wajib Nonton di Bioskop!
JAKARTA, Riautribune.com - Ketika Spectre dirilis, Daniel Craig yang telah berhasil merevitalisasi karakter James Bond yang jadul menjadi kekinian, berkata bahwa film tersebut adalah film terakhirnya. Daniel Craig bahkan sampai membuat lelucon soal memotong nadinya kalau dia main jadi James Bond lagi. Entah apa yang membuatnya berubah pikiran untuk memainkan James Bond sekali lagi dalam No Time To Die.
Mungkin karena respon Spectre sangat jelek sehingga dia ingin meninggalkan karakter ini dengan lebih baik? Atau mungkin rayuan dollar yang lebih banyak?Apapun itu, kita semua harus bersyukur Daniel Craig memerankan James Bond sekali lagi karena No Time To Die adalah salah satu entry James Bond yang baik.
Dengan durasi 163 menit (hampir tiga jam!), No Time To Die dimulai dengan sebuah gambaran James Bond yang aneh. Aneh karena potret ini adalah potret normal seorang manusia kebanyakan: seorang lelaki yang jatuh cinta dan menikmati waktu bersama.
Bond bersama Madeleine (Lea Seydoux) menikmati waktu mereka berdua setelah kejadian Spectre dan kini mereka berjanji untuk selalu bersama. Tapi bisakah cowok yang pekerjaannya mengharuskan selalu curigaan dengan orang punya hidup normal? Tentu saja tidak. "Bulan madu" James Bond dan Madeleine langsung buyar begitu ada sekelompok orang yang berniat untuk menghabisi mereka berdua.
Dari opening yang sangat dahsyat ini kita kemudian dibawa ke lima tahun kemudian. James Bond ternyata pensiun dan menikmati kesendiriannya dengan hidup tenang di Jamaika. Hidup James Bond terlihat sangat menenangkan karena tidak hanya dia tinggal di sebuah rumah yang sangat indah (kamar mandinya sungguh bikin ngiler) tapi juga karena tidak ada lagi bayang-bayang Madeleine yang menyakiti hatinya.
Tapi tentu saja kita semua tahu ketenangan ini tak berjalan lama. Laboratorium rahasia yang diawasi oleh MI6 dibom dan ada beberapa barang krusial hilang. Sekarang misi Bond adalah mencari si ilmuwan yang hilang.
Setiap frame No Time To Die terlihat sangat mewah, kaya dan megah. No Time To Die seolah-olah berteriak bahwa film seperti ini memang harus disaksikan di layar lebar karena menontonnya di TV atau di komputer akan sia-sia. Karena ini adalah James Bond, salah satu daya tariknya tentu adegan-adegan aksinya yang spektakuler.
No Time To Die memberikan banyak sekali adegan gila-gilaan yang tentunya sangat layak untuk Anda menontonnya di bioskop. Openingnya Italia sungguh mempesona. Kamera Linus Sandgren merekam semua adegan tanpa kedip. Gerakan kamera beserta komposisi gambarnya diatur dengan sempurna sehingga adegan "sesederhana" tembak-tembakan terlihat begitu anggun seperti tarian balet. Dan ini saya belum membahas adegan Bond di Kuba dan kejar-kejaran di Norwegia.
Ada dua karakter baru yang James Bond temui di film ini dan dua-duanya sangat menarik. Yang pertama adalah Nomi (Lashana Lynch), seorang agen 00 baru yang tidak hanya mempunyai kemampuan yang sama spektakulernya tapi juga punya attitude keras kepala yang sama. Dan yang kedua (dan yang paling mencuri perhatian) adalah Paloma (Ana de Armas), seorang agen CIA baru yang menggemaskan.
Mereka berdua langsung mencuri perhatian. Dan dalam kasus Paloma, langsung membuat saya jatuh cinta. Perhatikan kolaborasinya dengan Bond di Kuba dan Anda akan merasakan hal yang sama.
Hal berikutnya yang membuat No Time To Die sangat asyik adalah skenario "bagaimana jika James Bond punya kehidupan normal". Topik ini ternyata menjadi sebuah tema yang penting karena ada kejutan di pertengahan film yang membuat James Bond (sekaligus penonton) langsung berada di posisi yang asing. Ini adalah situasi yang Bond tidak pernah alami. Dengan ending yang lumayan sempurna untuk mengantarkan akhir aksi Daniel Craig, opening No Time To Die menjadi make sense.
Dalam permainan akhirnya sebagai James Bond, Daniel Craig tidak pernah tampil lebih badass, lebih emosional dan... lebih seksi. Kalau kamera film-film James Bond biasanya sangat male gaze, dalam No Time To Die memutar keadaan itu. Kameranya jauh lebih genit terhadap Daniel Craig dan ini adalah sebuah improvement. Tapi totalitas Daniel Craig tidak terbatas pada aksi laganya yang oke tapi juga cara dia membawakan adegan dramatis. No Time To Die tidak akan berhasil kalau Daniel Craig tidak emosional.
Kalau Anda hanya bisa menonton ke bioskop sekali dalam sebulan, saya sangat merekomendasikan menonton No Time To Die di bioskop. Ini adalah blockbuster yang harus Anda saksikan di layar besar. Layar besar dan tata suara yang mumpuni adalah satu-satunya cara untuk melihat aksi Daniel Craig yang
terakhir kalinya sebagai James Bond. Dan percayalah, Anda tidak akan menyesal.*
Berita Lainnya +INDEKS
Gen Z Rentan Alami Gangguan Kejiwaan, Ini Saran Spesialis Kesehatan Jiwa Mengatasinya
PEKANBARU, Riautribune.com - Kesehatan mental (mental health) kini menjadi topik hangat yang perl.
Batik Tulis Rumah Lengkepe Kreatif Gelar Fashion Show di Mal SKA Pekanbaru
PEKANBARU, Riautribune.com - Rumah Lengkepe Kreatif menggelar fashion show hasil karya batik tuli.
Penelitian Tunjukkan BPA Berbahaya, Ancam Kesehatan Masyarakat Indonesia
PEKANBARU, Riautribune.com - Hingga saat ini, galon yang mengandung BPA masih terus beredar di In.
Mengenal Lebih Dekat Hewan Imut Bernama Sugar Glider
PEKANBARU, Riautribune.com – Ada berbagai macam komunitas pecinta hewan di Pek.
Ingin Nikmati Masakan Jepang dengan Kelas Hotel Mewah? Yuk ke BATIQA Hotel, Ada Promonya Loh
PEKANBARU, Riautribune.com - Masakan Jepang memang dikenal memiliki cita rasa yang unik dan nikma.
Masih Jadi Pilihan Favorit, Selama Libur Lebaran 15 Ribu Wisatawan Kunjungi Alam Mayang
PEKANBARU, Riautribune.com - Taman Rekreasi Alam Mayang yang berlokadi di Jalan Imam Munand.