• Tentang Kami
  • Redaksi
  • Info Iklan
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Kontak Kami
  • Home
  • Fokus Riau
    • Kabupaten Kuansing
    • Kabupaten Rokan Hilir
    • Kabupaten Rokan Hulu
    • Kota Pekanbaru
    • Kota Dumai
    • Kabupaten Siak
    • Kabupaten Pelalawan
    • Kabupaten Kampar
    • Kabupaten Indragiri Hulu
    • Kabupaten Indragiri Hilir
    • Kabupaten Bengkalis
    • Kabupaten Kepulauan Meranti
  • Legislator
  • Nasional
  • Internasional
  • Politik
  • Hukrim
  • Ekonomi
  • Pendidikan
  • More
    • Olahraga
    • Tokoh
    • Opini
    • Kolom
    • Gaya Hidup
    • Serba Serbi
    • Pekanbaru
    • Video
    • Pilihan Editor
    • Terpopuler
    • Indeks
  • Fokus Riau
  • Legislator
  • Nasional
  • Internasional
  • Politik
  • Hukrim
  • Ekonomi
  • Pendidikan
  • Olahraga
  • Tokoh
  • Opini
  • Kolom
  • Gaya Hidup
  • Serba Serbi
  • Pekanbaru
  • Video
  • Kabupaten Kepulauan Meranti
  • Kabupaten Bengkalis
  • Kabupaten Indragiri Hilir
  • Kabupaten Indragiri Hulu
  • Kabupaten Kampar
  • Kabupaten Pelalawan
  • Kabupaten Siak
  • Kota Dumai
  • Kota Pekanbaru
  • Kabupaten Rokan Hulu
  • Kabupaten Rokan Hilir
  • Kabupaten Kuansing
  • Pilihan Editor
  • Terpopuler
  • Indeks
Masukkan Kata Kunci atau ESC Untuk Keluar

pilihan +INDEKS

Wabup Rohil Mengadiri Rapat Paripurna Penyampaian Rekomendasi Pansus LKPJ Bupati 2021
Menghilang Setelah Kutip Uang, Jukir Liar Jadi Sorotan Dinas Perhubungan Pekanbaru
Dukung Ketahanan Pangan Nasional Pangdam I Bukit Barisan Kunjungi Kediaman Ketum DPP Santri Tani NU
Ini Aturan Baru KTP: Nama Minimal Dua Kata, Dokumen Lama Tetap Berlaku
5 Sapi Warga Rohul Ditemukan Terpapar Penyakit Mulut Dan Kuku

  • Home
  • Opini

Melihat Kemiskinan Dengan Sudut Pandang Multidimensi

Redaksi

Jumat, 13 September 2019 16:28:37 WIB
Cetak
Melihat Kemiskinan Dengan Sudut Pandang Multidimensi
kemiskinan di riau salah satu kabupaten kota, dimana truk truk pengangkut BBM

Kemiskinan Definisi dan Konsep

Kemiskinan merupakan suatu kondisi dimana seseorang merasa tidak sanggup untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Beberapa pendapat ahli seperti Ritonga (2003:1) memberikan definisi bahwa kemiskinan adalah kondisi kehidupan yang serba kekurangan yang dialami seorang atau rumah tangga sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan minimal atau yang layak bagi kehidupannya.  Sedangkan beberapa ahli lainnya memandang bahwa kemiskinan justru bersifat multidimensional, artinya banyak faktor yang menyebabkan  sesorang menjadi miskin.

BPS mendefinisikan kemiskinan dengan membuat kriteria besarannya pengeluaran per orang per hari sebagai bahan acuan. Dalam konteks itu, pengangguran dan rendahnya penghasilan menjadi pertimbangan untuk penentuan kriteria tersebut. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur menurut garis kemiskinan.

Penyebab-Penyebab Kemiskinan

Michael. P Todaro (1997) dalam buku Economic Development menyatakan bahwa variasi kemiskinan dinegara berkembang disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: (1) perbedaan geografis, jumlah penduduk dan tingkat pendapatan, (2) perbedaan sejarah, sebagian dijajah oleh Negara yang berlainan, (3) perbedaan kekayaan sumber daya alam dan kualitas sumber daya manusianya, (4) perbedaan peranan sektor swasta dan negara, (5) perbedaan struktur industri, (6) perbedaan derajat ketergantungan pada kekuatan ekonomi dan politik negara lain dan (7) perbedaan pembagian kekuasaan, struktur politik dan kelembagaan dalam negeri.

Namun dalam tulisan ini,  saya ingin mengelompokan penyebab kemiskinan di Indonesia kepada tiga kategori besar yaitu:

 Pertama, kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang diderita oleh satu golongan masyarakat karena struktur sosial masyarakat tersebut tidak mampu memanfaatkan sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka (Alfian, Mely G. Tan, Selo Sumardjan). Dalam sebuah diskusi di kampus saya, terungkap bahwa kemiskinan struktural tercipta dari kebijakan pemerintah yang menguntungkan pihak tertentu dan menampikan pihak lain sehingga mereka terjebak dalam kemiskinan karna tidak memiliki kemampuan/akses untuk mengelola sumber daya disekitar mereka. Hal ini diperparah dengan pembiaran (dipelihara) oleh kebijakan pemerintah yang hanya menguntungkan kaum kapitalis. 

Kedua, kemiskinan kultural jenis kemiskinan ini lebih dipengaruhi oleh budaya yang tercipta dalam masyarakat. Kemudahan yang diberikan oleh lingkungan/alam sekitar tanpa disadari membentuk budaya tertentu pada masyarakat atau bisa saja nilai-nilai yang ditanamkan oleh penjajah hingga menyebabkan budaya malas dan tidak kompetitif. Kemiskinan kultural dapat diilustrasikan dengan perbedaan antara nelayan Cina yang akan mencari cara untuk mendapatkan hasil laut sebanyak-banyaknya dan menyiapkan es di kapalnya, sedangkan nelayan “Melayu” akan mencari ikan secukupnya di sekitar pantai untuk pemenuhan kebutuhannya dan selebihnya dijualnya dipasar kemudian waktunya akan dihabiskan dengan berbual di warung kopi.

Ketiga, kemiskinan akibat turunan/nasib, mungkin pernyataan ini akan mengundang sedikit kontroversi dan berkesan kurang ilmiah namun tidak dapat dipungkiri bahwa orang tua yang miskin akan cenderung menurunkan kemiskinan pada anaknya, hal ini dimungkinkan akibat ketidakmampuannya untuk memberikan kebutuhan dasar yang cukup seperti sandang, pangan (gizi) hingga pendidikan. Kondisi ini menyebabkan si anak akan cenderung terkalahkan dalam kompetisi memperebutkan sumberdaya.

Profil Kemiskinan Provinsi Riau dan Urgensi Pengentasannya

Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Provinsi Riau pada Bulan September 2018 sebanyak 494,26 ribu jiwa. Terjadi penurunan jumlah penduduk miskin dibandingkan dengan kondisi September 2017 sebesar 2,13 ribu jiwa.

Tingginya tingkat imigrasi ke provinsi Riau terutama dari provinsi tetangga Sumatera Utara dan Sumatera Barat menyebabkan pertumbuhan jumlah penduduk yang cukup pesat, banyaknya pendatang dengan tingkat pendidikan rendah dan tidak memiliki keahlian dapat menyebabkan bertambahnya pengangguran, sejalan dengan hal tersebut intrusi penduduk akan menyebabkan persaingan terhadap sumber daya alam, faktor-faktor tersebut pada akhirnya juga akan memperparah tingkat kemiskinan di Provinsi Riau.

 

 

 

 

 

 

 

Grafik. 1  Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin  di  Provinsi Riau Tahun 2010-2018

Sumber: BPS, data diolah

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, jumlah penduduk miskin terbesar yang sebelumnya ada di kabupaten Kampar, saat ini telah digeser oleh Kabupaten Rokan Hulu dengan jumlah 69.240 jiwa, namun demikian kab Kampar tetap menempati peringkat kedua sejumlah 66.330 jiwa mengingat jumlah penduduk yang cukup besar di kabupaten Kampar.

 

                  Grafik. 2 Penyebaran Penduduk Miskin Provinsi Riau Tahun 2017 (Ribu jiwa)

 

    

            Sumber: BPS, data diolah

 

Jika diihat dari tingkat kemiskinan yaitu dengan membandingkan persentasi penduduk miskin terhadap jumlah penduduk maka kabupaten Kepulauan Meranti adalah adalah kabupaten dengan tingkat kemiskinan terparah yaitu 28,99% jauh diatas rata-rata tingkat kemiskinan provinsi Riau yaitu 7,7%. Berikut ditampilkan grafik tingkat kemiskinan di Provinsi Riau.

                

                

 

 

                 Grafik. 3 Tingkat Kemiskinan di  Provinsi Riau Tahun 2017 (%)

Sumber: BPS, data diolah

                        Dinamika perkembangan penduduk miskin di Provinsi Riau sangat dipengaruhi beberapa faktor antara lain pertumbuhan ekonomi, inflasi dan tingkat perpindahan penduduk baik emigrasi maupun imigrasi. Inflasi sangat terkait dengan garis kemiskinan, hal ini disebabkan pengaruh kenaikan harga barang dan kemampuan daya beli masyarakat.  Sejalan dengan hal tersebut garis kemiskinan provinsi Riau meningkat tiap tahunnya, pada September 2018 sebesarRp. 487.146,- per kapita per bulan, meningkat 4,72 persen dari September 2017 yang sebesar Rp.465.181,- per kapita per bulan. Grafik dibawah menggambarkan perkembangan garis kemiskinan provinsi Riau.

                  Grafik. 4  Perkembangan Garis Kemiskinan  Provinsi Riau

               Pertumbuhan ekonomi tidak akan selalu mengurangi kemiskinan atau kekurangan lainnya. Beberapa penelitian telah sering kali menemukan bahwa adanya pertumbuhan ekonomi namun kejadian kekurangan gizi anak atau kematian anak masih juga terjadi. Hal ini dimungkinkan mengingat ketidakmerataan pendapatan maupun kesejangan yang terjadi. Memahami hal tersebut SDGs mengemukakan prinsip no one left behind  atau tidak ada satupun yang tertinggal dibelakang, sehingga dengan perlibatan pihak-pihak dalam pembangunan diharapkan kesenjangan dapat dikurangi. Grafik berikut menggambarkan perkembangan kesenjangan di Provinsi Riau yang diukur berdasarkan Gini Ratio.

             Grafik. 5  Perkembangan Gini Ratio di Provinsi Riau

 
 

 

 

                      Sumber: BPS, data diolah

 

Pendekatan Kemiskinan Multi Dimensi (MPA) Dalam Pengentasan Kemiskinan Provinsi Riau

 

               Multidimension Poverty Approach (MPA) adalah pendekatan yang memandang kemiskinan yang dilihat dari beberapa dimensi seperti kondisi kesehatan yang buruk, kurangnya pendidikan, standar hidup yang tidak memadai, kurangnya pendapatan, ketidakberdayaan, kualitas kerja yang buruk dan ancaman dari kekerasan. Pendekatan multidimensional dapat menggabungkan berbagai indikator untuk menangkap kompleksitas kemiskinan, dengan demikian maka kebijakan pengentasan kemiskinan dapat dikeluarkan dengan lebih baik.

               Dengan menggunakan pendekatan MPA, maka kita dapat memasukan ukuran kemiskinan multidimensi sebagai rangkaian indikator yang menangkap kompleksitas fenomena ini untuk menginformasikan kebijakan yang bertujuan mengurangi kemiskinan dan kekurangan di suatu negara. Bergantung pada konteks suatu negara dan tujuan pengukuran, berbagai indikator dapat dipilih untuk mencerminkan kebutuhan dan prioritas suatu negara, serta daerah, kabupaten, provinsi, dan konstituennya.

Pendekatan kemiskinan multi dimensi melihat kemiskinan dalam dimensi yang terintegrasi dengan menggunakan 3 dimensi (pendidikan; kesehatan; dan kualitas hidup) dan menggunakan 10 indikator dalam melihat kondisi penduduk miskin, sepuluh indikator tersebut adalah lama sekolah; Kehadiran dalam pendidikan; gizi; kematian bayi; bahan bakar untuk memasak; sanitasi;  air bersih; listrik; kondisi lantai rumah; dan kepemilikan asset. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada ilustrasi grafik berikut;

           

 

 

 Grafik. 4  Pendekatan Kemiskinan  Multidimensi


Sumber: Sri Endang Cornita, Paparan Workshop Penyusunan Kerangka Kerja Percepatan SDGs Bidang Kemiskinan Provinsi Riau Tahun 2018

 

Selanjutnya pemerintah juga dapat melakukan pemetaan dan perbandingan antar jumlah penduduk miskin di desa dengan di kota. Tingginya angka kemiskinan di desa disebabkan antara lain, rendahnya tingkat pendidikan,  ketiadaan kepemilikan lahan pertanian dan banyaknya anak dalam satu keluarga.  Berbeda dengan pedesaan kemiskinan di perkotaan lebih disebabkan oleh sempitnya lowongan kerja dan rendahnya kualitas sumber daya manusia. Dengan demikian pemerintah perlu mempertimbangkan arah dan strategi penanggulangan kemiskinan baik di desa maupun di perkotaan, mengingat hal ini membutuhkan dua pendekatan yang berbeda. Perlu juga dipahami bahwa kemiskinan adalah sesuatu hal yang bersifat multi dimensi, untuk itu diperlukan strategi dan kebijakan yang holistik multi sektor untuk penaggulangan kemiskinan tersebut.

Pengentasan kemiskinan harus menggunakan strategi, arah kebijakan dan program yang tepat tidak hanya berorentasi material dan bersifat sektoral.  Pengentasan kemiskinan harus melibatkan berbagai peran stakeholder dan dilakukan secara sinergi bukan sporadis, serta menjawab permasalahan penyebab kemiskinan itu sendiri. Adanya campur tangan dari pemerintah provinsi dan kabupaten/kota diharapkan dapat mempercepat penanggulangan kemiskinan mengingat permasalahan kemiskinan merupakan permasalahan dasar dalam kehidupan masyarakat.

 

Konklusi

Pada tahap awal permasalahan pengentasan kemiskinan provinsi Riau adalah bagaimana mengidentifikasi kemiskinan itu sendiri, sehingga adanya persamaan persepsi mengenai definsi kemiskinan, faktor determinan dan langkah-langkah penanggulangannya. Identifikasi dan persamaan persepsi ini penting mengingat ini adalah kunci keberhasilan dari program kemiskinan. Upaya sporadis yang dilakukan pemerintah daerah dalam penanggulangan kemiskinan akan lebih efektif dan efisien jika semua pihak dapat bersinergi dalam arah dan langkah penanggulangan kemiskinan itu sendiri, sehingga target yang dituju akan lebih tepat sasaran. 

Pendekatan kemiskinan multi dimensi (MPA) dapat membantu mendifinisikan kemiskinan itu sendiri secara lebih konprehensif sehingga langkah-langkah yang diambil  untuk penngulangan kemiskinan itu sendiri lebih menyeluruh dan intregatif. Disisi lain SDGs telah mentapkan indikator-indikator capaian yang lebih holistik dan komprehensif, sehingga dengan mengintegrasikanya dengan MPA diharapkan rekomendasi terhadap penanggulangan kemiskinan tersebut lebih tepat sasaran dan terukur. Ketersedian penyediaan pelayanan publik seperti fasilitas pendidikan, pelayanan kesehatan, pelayanan air bersih,  pelayanan perumahan dan pelayanan administrasi umum merupakan indikator-indikator utama dalam SDGs yang menjadi kewajiban bagi stakeholder (pemerintah dan non pemerintah) untuk mewujudkannya.

Penulis:Hasan Warso Syahputra, S.IP

Fungsional Perencana Muda, Bappeda Provinsi Riau

 


[ Ikuti RiauTribune.com ]


RiauTribune.com

Berita Lainnya +INDEKS

Opini

Jabatan Sama Nama Beda

Senin, 14 Maret 2022 - 16:07:20 WIB

Oleh: Ilham Muhammad Yasir Sore itu, Paul Michail Hutabarat, SH (39) tampak begitu khidma.

Opini

Metode Bisnis Rasulullah

Senin, 07 Maret 2022 - 10:31:35 WIB

Oleh :  Azmi Rozali    Semua orang tahu bahwa Rasulullah adalah pe.

Opini

Komitmen Melahirkan Trainer Profesional

Selasa, 19 Oktober 2021 - 12:41:43 WIB

Oleh : Fahrial Saat ini telah banyak berhadiran lembaga dan pusat pembelajaran maupun pel.

Opini

Datuk Seri Al Azhar (Di Dadanya Mengalir Luka Riau)

Rabu, 13 Oktober 2021 - 10:30:37 WIB

Oleh EDDY A. MOHD YATIM   Kullu Nafsin Dzaiqotul Maut. Setiap yang bernyawa .

Opini

Peran Perpustakaan Sekolah Dalam Meningkatkan Indeks Kegemaran Membaca dan Pembangunan Literasi

Kamis, 16 September 2021 - 10:06:39 WIB

Oleh : Dra. Hj. Kamala Sia Rio Nita, M.Pd  Perpustakaan selalu dinyatakan sebagai gu.

Opini

Apa Kabar Sejuta Kebun Sawit Ilegal di Riau?

Selasa, 24 Agustus 2021 - 12:03:15 WIB

oleh: Romes Irawan Putra* Kala pandemi di tahun kedua, kebakaran hutan dan gambut masih t.


tulis komentar +INDEKS



Terkini +INDEKS

Komisi IV DPRD Pekanbaru Beri Waktu 15 Hari
25 Mei 2022
Tarik Biaya Parkir Rp5 Ribu, Dishub Pekanbaru dan PT YBS Cari Pelaku Jukir Nakal
25 Mei 2022
Halal Bi Halal Partai, Demokrat Riau Target Menang Pemilu 2024
25 Mei 2022
Gempa M 6,2 Guncang Nias Selatan, Tak Berpotensi Tsunami
25 Mei 2022
Ketua KONI: Atlet yang Berprestasi Akan Kita Bina
25 Mei 2022
Pemprov Riau Melalui Diskes akan Buat Mal Vaksinasi
25 Mei 2022
Honor Petugas Pemilu 2024 Naik, Ada yang Terima Rp8 Juta
25 Mei 2022
Kinerja DLHK Terkesan Tidak Disiplin, DPRD Kota Pekanbaru Harapkan Walikota Tegas
25 Mei 2022
Mesut Ozil Jatuh Cinta pada Gado-gado
25 Mei 2022
DPRD Riau akan Panggil Bapedda Terkait MCC Batal Kucurkan Dana Hibah
25 Mei 2022

Terpopuler +INDEKS

  • 1 Pemprov Riau Melalui Diskes akan Buat Mal Vaksinasi
  • 2 Singapura: Kami Tak Akan Biarkan Orang Macam UAS Raih Pengikut di Sini
  • 3 5 Sapi Warga Rohul Ditemukan Terpapar Penyakit Mulut Dan Kuku
  • 4 Deni Efizon Maju Jadi Calon Rektor Unri Periode 2022-2026
  • 5 UR Kampus Pertama di Riau yang Miliki Pojok Statistik
  • 6 MA Kabulkan PK dan Pangkas Hukuman Jadi 2 Tahun 8 Bulan
  • 7 Ketika Presiden Putin Menolak Kalah

Ikuti Kami

Tentang Kami
Redaksi
Pedoman Pemberitaan
Info Iklan
Kontak
Disclaimer

RiauTribune.com ©2015 | All Right Reserved