pilihan +INDEKS
Prof Saktioto Ingatkan Puluhan Dosen Waspadai Mafia Publikasi Jurnal Internasional
PEKANBARU - riautribune: Puluhan dosen di lingkungan Universitas Riau diingatkan oleh Prof.Dr.Saktioto agar berhati-hati dalam memasukkan tulisan ke jurnal internasional, karena kenyataannya saat ini ada ratusan jurnal predator atau abal-abal yang telah menjebak profesionalitas dosen di perguruan tinggi.
“Permainan tak baik rupanya tak hanya menyasar dunia politik dan hukum. Dunia akademisi pun tak lepas dari sasaran orang-orang tak bertanggung jawab. Salah satunya adalah mafia publikasi pada jurnal internasional. Maka berhati-hatilah ketika anda ingin mendaftarkan publikasi karya anda ke jurnal yang tepat dan ter akreditas, memang benar prosesnya lama, dan penuh kesabaran, tetapi disinilah ke orisinilitas tulisan dan karya penelitian kita diuji,”Ucap Prof Saktioto.
Guru Besar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Riau (UNRI) Prof Dr Saktioto M Phill, yang juga pernah ditabalkan di LAM Riau ini mengaku, dirinya cukup resah dengan fenomena ini. Ia menyampaikan terkait kiat-kiat penelusuran sumber referensi terupdate dan pemilihan jurnal internasional bereputasi yang tepat.
Ia juga menjelaskan banyak mafia publikasi tak bertanggung jawab yang bekerja dengan berorientasi pada bayaran dari jurnal yang diterbitkan. "Jangankan dunia politik dan hukum, dunia akademisi banyak dipermainkan," ujar Saktioto saat menjadi pemateri workshop Writing a Scientific Article for Reputable International Jurnal di Universitas Riau, Rabu (4/9).
Saktioto menyampaikan mafia tersebut menjual lahan website kepada oknum-oknum yang menginginkan publikasi secara instan. Tanpa disadari hal tersebut dapat membawa pada situasi buruk bagi pemilik jurnal bahkan instansi terkait.
"Mereka ini menjual lahan website kepada kita, terlebih di negara berkembang yang dituntut untuk dapat melalukan publikasi. Orientasinya kembali ke uang," jelas Saktioto.
Profesor yang telah menerbitkan 79 artikel di Scopus dan 100 artikel di Sitasi ini juga mengatakan, jurnal tersebut ketika sudah diterbitkan akan disebut jurnal abal-abal. Pasalnya, artikel tersebut tidak direview sebelum diterbitkan serta hasil riset yang tidak baik. Belum lagi termasuk tata bahasa inggris yang semrawut.
"Artikel yang diterbitkan bisa menjadi jurnal abal-abal karena tidak direview terlebih dahulu atau asal terbit saja," kata peraih penghargaan periset terbaik dan dosen berprestasi tahun 2015 ini.
Untuk itu, dalam agenda yang juga dihadiri oleh Guru Besar International Islamic University Malaysia Prof Irwandi Jaswir dan Guru Besar Fakultas Teknik UNRI Prof Dr Amun Amri Ini, Saktioto berharap para akademisi memahami trik dan strategi dalam menerbitkan jurnal internasional agar tidak terjebak atau melibatkan diri kepada mafia publikasi yang merugikan.
"Semoga tumbuh spirit dan prestasi bagi akademisi untuk mempublikasikan hasil prestasi bereputasi tingkat internasional," pungkas Saktioto. Kegiatan ini merupakan bagian dari world class professor yang digagas oleh kemenristekdikti untuk menumbuhkan spirit dan prestasi para akademisi.
Berita Lainnya +INDEKS
Meriahkan HUT Hardiknas, Disdikbud Pelalawan Gelar Pameran Pendidikan
PELALAWAN, Riautribune.com - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pelalawan menggelar Pamera.
DPP PKB Undang Cagub Nasarudin Ta'aruf Dengan Ketum PKB
PELALAWAN, Riautribune.com - Dewan Pengurus Pusat Partai Kebangkitan Bangsa (DPP PKB) secara resm.
Pererat Silaturahmi, IKASMANDA 94 Gelar Halal Bihalal 5 Mei 2024
PEKANBARU, Riautribune.com - Mempererat silaturahmi setelah Hari Raya Idul Fitri 1445 H, Alumni S.
Mahasiswa Magang Program AUM Rumah Lemon Kunjungi PLUT Riau
PEKANBARU, Riautribune.com - Mahasiswa peserta program magang Apindo UMKM Merdeka (AUM) mengunjun.
Ketua KPU Riau Tekankan Penguatan Kelembagaan Menuju Pilkada 2024
PEKANBARU, Riautribune.com - KPU Provinsi Riau laksanakan kegiatan Penguatan Kelembagaan di Lingk.
Kampar Expo 2024, Ajang Edukasi Industri Migas untuk Masyarakat dan Pelajar Riau
BANGKINANG, Riautribune.com - PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) bersama dengan Satuan Kerja Khusus Pe.