pilihan +INDEKS
Israel Ultimatum Warganya: Siapa Dukung Palestina, Silakan Pindah ke Gaza
JAKARTA - Sederet kekerasan antara warga Israel dan Palestina terus terjadi di Tepi Barat dan sejumlah daerah perbatasan lainnya.
Pemerintah Israel hingga melarang bendera Palestina berkibar di negaranya karena dianggap sebagai ancaman baru.
Pemerintahan Perdana Menteri Naftali Bennett mendesak rancangan undang-undang (RUU) yang melarang bendera Palestina berkibar di negaranya, termasuk di lembaga negara seperti rumah sakit hingga universitas.
Bagi para nasionalis, pengibaran bendera Palestina dianggap warga Yahudi Israel mewakili entitas "musuh" dan sebuah provokasi.
Bagi banyak orang Palestina di Israel, RUU tersebut merupakan perpanjangan dari apa yang mereka lihat sebagai upaya Israel untuk menghapus identitas mereka.
"Siapa pun yang ingin tinggal di Negara Israel, satu-satunya negara demokrasi di Timur Tengah, harus menghormati simbol-simbolnya," kata anggota parlemen Israel dari partai sayap kanan Likud, Eli Cohen, pada Selasa (7/6).
"Yang mau jadi warga Palestina, bisa pindah ke Jalur Gaza atau Yordania," ucapnya menambahkan.
Penduduk minoritas Arab-Israel sebagian besar adalah keturunan Palestina yang hidup di bawah kekuasaan Ottoman hingga kolonial Inggris.
Penduduk Arab-Israel mencakup 21 persen dari populasi negara Zionis tersebut. Pada umumnya, warga keturunan Arab lebih menghargai kewarganegaraan Israel mereka karena lebih banyak manfaat yang didapat ketimbang warga Palestina yang tinggal di Tepi Barat atau Gaza.
Anggota parlemen Israel Joint List, sebuah koalisi partai-partai Arab, Ahmad Tibi, mengatakan larangan bendera Palestina itu ditujukan "untuk menargetkan nasionalisme Palestina".
"Bendera itu mewakili rakyat Palestina di mana pun mereka berada," ucap Tibi kepada Reuters.
Selama ini, hukum Israel tidak melarang pengibaran bendera Palestina. Namun, aparat berwenang memiliki kewenangan melarang dan menurunkan pengibaran bendera tersebut jika dianggap mengancam ketertiban umum.
Bulan lalu, polisi Israel menyerang pengusung jenazah di pemakaman jurnalis terkenal Palestina Shireen Abu Akleh lantaran menggunakan bendera Palestina untuk menyelimuti peti jenazah.
Abu Akleh tewas tertembak polisi Israel saat meliput bentrokan antara aparat dan warga Palestina di Jenin.
Kematian sang wartawan perempuan veteran Al Jazeera itu pun menjadi sorotan dunia dan memicu hujanan kecaman terhadap Israel.
Beberapa hari kemudian, puluhan ribu nasionalis berbaris dengan bendera Israel di luar Gerbang Damaskus Yerusalem, daerah yang didominasi warga keturunan Arab.
Banyak orang Palestina menganggap aksi itu sebagai provokasi dan serangan terang-terangan terhadap identitas mereka. *
Berita Lainnya +INDEKS
Bocorkan Rencana Mengebom Gaza dengan Bom Nuklir, Menteri Israel Ini Dicopot
TEL AVIV, Riautribune.com -- Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu mencopot Menteri Kebudayaa.
Kecam Israel, Aktris Angelina Jolie Sebut Gaza Berubah Dari Penjara Terbuka Menjadi Kuburan Massal
JAKARTA, Riautribune.com - Angelina Jolie menyebut Jalur Gaza dengan cepat berubah menjadi “kub.
Bolivia Jadi Negara Pertama Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Israel Karena Bombardir Gaza
JAKARTA, Riautribune.com - Bolivia memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel sebagai teguran a.
Pasokan Diblokade Israel, Warga Gaza Minum Air Laut untuk Bertahan Hidup
GAZA, Riautribune.com -- Penduduk Gaza semakin putus asa karena kehabisan air bersih untuk dikons.
Masjid dan Seribu Bangunan di Gaza Hancur Lebur Dibombardir Pesawat Tempur Israel
JAKARTA, Riautribune.com - Pesawat tempur Israel menggempur rumah ibadah umat Islam di wilayah Ja.
Serangan Udara Israel di Gaza Tewaskan 232 Orang, Ribuan Warga Terluka
GAZA, Riautribune.com - Jumlah korban tewas akibat serangan udara Israel di Gaza bertambah menjad.