Di Oxford, JK Bicara Soal Islam di RI dan Kasus Hukum Ahok

Jumat, 19 Mei 2017

foto Detik.com

LONDON - Kasus hukum yang menjerat Gubernur nonaktif DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mendapat sorotan di dunia internasional. Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta semua pihak menghargai proses hukum yang berlangsung di Indonesia.

"Sehubungan dengan kasus baru-baru ini oleh Gubernur DKI Jakarta, izinkan saya mengingatkan semua orang bahwa proses hukum dan peradilan masih berlangsung," ujar JK.

Hal itu disampaikan saat memberi kuliah umum di Oxford Centre For Islamic Studies, London, Inggris, Kamis (18/5/2017). Kuliah umum bertema 'Islam Middle Path: Indonesia's Experience' ini dihadiri 150 peserta dari kalangan diplomatik, akademisi, tokoh agama dan pelajar asing dan Indonesia.

JK menjelaskan proses hukum kasus Ahok belum selesai. Sebab berdasarkan hukum di Indonesia, keputusan akhir ada di Mahkamah Agung (MA). "Mahkamah Agung masih harus mempertimbangkan kasus ini segera," jelasnya. JK mengaku mengenal baik sosok Ahok. JK menilai Ahok adalah gubernur yang berdedikasi namun bersifat impulsif dan tempramental.

"(Ahok) Menyindir bahwa lawan-lawannya telah menggunakan sebuah ayat Alquran untuk mengelabui orang agar tidak memilih dia. Hal ini menyebabkan serangkaian demonstrasi damai di Jakarta," kata JK.

JK yakin Inggris dan negara-negara Eropa lainnya memiliki sistem hukum yang berbeda mengenai masalah tersebut. "Namun sebagai bagian dari sistem demokrasi kita harus menegakkan supremasi hukum dan independensi Pengadilan, dan saling menghormati satu sama lain," ungkapnya.

Dalam kesempatan itu, JK juga menyampaikan soal Islam di Indonesia. Islam datang ke Indonesia secara damai, melalui guru sufi, perdagangan atau perkawinan, tidak dengan kekuatan dan perang.

"Dengan demikian, Islam di Indonesia juga berkembang dengan cara damai dan sekarang 88% dari total populasi 260 juta adalah Muslim," paparnya. JK menegaskan Indonesia adalah negara demokrasi terbesar ketiga dengan populasi Muslim terbesar di dunia. Meski begitu Indonesia bukanlah negara Islam.

"Dasar negara kita adalah Pancasila, Lima Prinsip, yang menempatkan agama di tempat yang mulia sebagai prinsip pertama: Percaya pada Satu Tuhan Yang Maha Esa," tuturnya.

Indonesia terkenal karena keragamannya, dengan beragam etnis, agama, adat istiadat dan bahasa daerah. Keanekaragaman di Indonesia, lanjut JK, disebut Bhinneka Tunggal Ika.

"Di bawah asas Bhinneka Tunggal Ika, Indonesia selalu merayakan keragaman yang mengarah pada toleransi dan koeksistensi damai di antara berbagai kelompok masyarakat Indonesia. Oleh karena itu prinsip ini membentuk negara dan membantu mencapai tujuan pembangunannya," pungkasnya.(dtk)