Mengenal Motif Batik Riau, dari Fenomena Alam hingga Daun Akasia

Sabtu, 22 April 2017

JAKARTA -  riautribune : Jika mendengar kata batik, mungkin yang terlintas di benak adalah sebuah kain berwarna dasar cokelat dan putih dengan motif penuh yang berasal dari Jawa. Ternyata, daerah di luar Jawa juga memiliki batik yang khas. Jika berkunjung ke Riau, mampir lah ke Pangkalan Kerinci, Pelalawan untuk melihat proses pembuatan batik lokal di Rumah Batik Andalan.

Pusat produksi batik ini merupakan bagian dari program pemberdayaan masyarakat PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) yang didirikan pada akhir tahun 2014. Pelatihan membatik bagi masyarakat Riau ini terbuka bagi orang-orang yang berbakat dan tertarik untuk membatik.

Hingga kini, terdapat 10 orang pembatik tetap yang bernaung di bawah Rumah Batik Andalan. Sehari-hari mereka membuat batik tulis dan batik cap. Tak hanya dalam bentuk kain saja, tetapi juga dalam bentuk sarung bantal, tas, dompet, syal, hingga kotak tisu.

Apa yang membedakan Batik Andalan dengan batik di Jawa, seperti batik asal Pekalongan, Solo, dan Yogyakarta? Batik Andalan khas Riau ini terkenal dengan warnanya yang berani seperti warna kuning dan merah. Lain halnya dengan motif batik Jawa yang penuh, batik Riau motifnya jarang-jarang atau disebut tabur.

"Batik kita ini asalnya meniru dari songket. Songket kita di sana kan bekaki, bunganya tabur, jadi konsepnya masih meniru khas daerah kita. Dikarenakan peminatnya tidak suka yang penuh, kita bikinnya sesuai permintaan. Jangan terlalu cengkune (ramai atau terlalu banyak isinya), tapi warnanya memang harus meriah," jelas Siti Nurbaya, salah satu pembatik Rumah Batik Andalan saat ditemui detikcom di pameran Indogreen Environment & Forestry Expo 2017 di JCC Senayan, Kamis (13/4/2017).

Batik motif bono yang dipamerkan di Indogreen Environment & Forestry Expo 2017 di JCC Senayan, Kamis (13/4/2017).Batik motif bono yang dipamerkan di Indogreen Environment & Forestry Expo 2017 di JCC Senayan, Kamis (13/4/2017).

Rumah Batik Andalan memproduksi berbagai batik yang menjadi motif khas batik Riau. Ada Batik Bono yang motifnya merupakan gelombang ombak bono di Sungai Kampar. "Kalau di Pelalawan khasnya motif bono. Orang inginnya di suatu daerah punya ciri khas masing-masing. Di Pelalawan, di Teluk Meranti ada bono. Turis-turis banyak ke sana, kami pengen mengangkat daerah sana," ujar Yusmaini, pembatik Rumah Batik Andalan lainnya.

Bono merupakan fenomena alam yang terjadi di Muara Sungai Kampar, Kabupaten Pelalawan, Riau. Gelombang atau ombak unik ini terjadi karena bertemunya arus sungai menuju laut dan arus laut yang masuk ke sungai akibat pasang. Menariknya, ombak besar yang terjadi di sungai ini dimanfaatkan para peselancar. Biasanya, bono terjadi di bulan November sampai Desember ketika musim hujan.

Kekayaan flora Riau juga diaplikasikan ke dalam motif batik khas Rumah Batik Andalan, salah satunya daun dari pohon akasia. "Akasia sudah kita patenkan, motifnya kita ambil persis dari pohon yang dikelola PT RAPP. Daun akasia kita contoh, kita petik, kita jiplak menggunakan kertas gambar," kata Siti Nurbaya.

Untuk harga, Rumah Batik Andalan membanderol kain batik cap mulai dari harga Rp 200 ribu sampai Rp 300 ribu per potong. Sedangkan kain batik tulis dijual mulai dari harga Rp 350 ribu sampai Rp 500 ribu per potong.

Program Rumah Batik Andalan menciptakan sumber mata pencaharian bagi masyarakat Riau. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan, khususnya mengurangi tingkat pengangguran wanita di Pangkalan Kerinci. Para ibu-ibu yang mengikuti program ini bisa mendapatkan penghasilan dari Rp 2 juta hingga Rp 4 juta per bulannya.

"Dari rumah batik ini juga sangat membantu ibu-ibu di sekitar untuk menambah income keluarga, yang biasanya tinggal di kebun atau mengontrak, sekarang udah berani untuk DP rumah. Ada yang sudah ambil kereta (sepeda motor) sendiri. Kalau dulunya cuma bisa menyekolahkan anak sampai SMA, sekarang bisa sampai kuliah," kisah Yusmaini.

PT RAPP yang bernaung di bawah APRIL Group ini memberikan modal awal berupa peralatan, bahan, dan pelatihan membatik hingga ke Pulau Jawa untuk membangun industri batik. Hingga kini, ibu-ibu sudah bisa menyiapkan modal dengan mandiri hingga memberikan pelatihan batik kepada ibu-ibu di daerah lain dan anak-anak Sekolah Luar Biasa (SLB).

Selain itu, PT RAPP juga mempromosikan Rumah Batik Andalan pada tamu-tamu perusahaan yang berasal dari berbagai negara. PT RAPP turut mengikutsertakan pada pameran UKM di dalam dan luar Provinsi Riau. Bahkan Rumah Batik Andalan telah memiliki galeri dan rencananya akan membuka galeri kedua di Pekanbaru.(dtk)