Pengurus Golkar Pilih Mundur Daripada Dukung Ahok

Rabu, 08 Maret 2017

foto internet

JAKARTA - riautribune : Internal Partai Golkar dipastikan pecah suara dalam putaran kedua Pilkada Jakarta 2017. Sudah beberapa kader beringin terang-terang menolak keputusan DPP-nya mendukung pasangan calon nomor urut 2, Basuki 'Ahok' Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat.
 
Sebut saja Ketua Departemen bidang Energi dan Energi Terbarukan DPP Golkar, Dedy Arianto. Mantan aktivis mahasiswa 98 tersebut bahkan sudah menyuarakannya dari putaran pertama, jauh sebelum Wakil Ketua Dewan Pakar DPP Golkar Siti Hediati Harijadi atau Titiek Soeharto.

Ia pun tak gentar mendapat sanksi partai atas sikapnya itu. "Saya mohon maaf karena keputusan ini bertentangan dengan aqidah (keyakinan agama) saya. Terlebih lagi Ahok telah sangat jelas melukai perasaan umat Islam, tidak ada pilihan lagi bagi saya," ujar politisi muda yang akrab disapa Uu ini.

Uu menjelaskan, keputusan itu bukan didasari alasan aqidah semata, tapi juga pertimbangan-pertimbangan logis. Antara lain, dalam penilaiannya, Ahok adalah pengkhianat partai.

Ahok dengan gampangnya mundur dari anggota DPR Fraksi Golkar dan bergabung Partai Gerindra demi jabatan calon wakil gubernur DKI. Belakangan setelah menjadi wagub, Ahok justru hengkang dari partai besutan Prabowo Subianto tersebut.

"Saya tak mau dianggap tak mematuhi partai, makanya lebih baik saya mundur dari pengurus," tukasnya.

Sementara Titiek berpendapat dukungannya untuk paslon nomor urut 3, Anies Baswedan-Sandiaga Uno adalah hak pribadi. Ia merasa tidak melanggar aturan partai. Lagipula, menurut putri pendiri Golkar, Soeharto itu, tidak ada atribut partai digunakannya saat menyatakan dukungan kepada Anies-Sandi.

"Salahnya di mana?" tegas Titiek. Pilihannya ini juga didasari keyakinan yang ia anut.(rmol)