Bisa Diterapkan di Seluruh Indonesia

Rabu, 26 Agustus 2015

Bupati Kampar Jefry Noer menjelaskan Biogas kepada Peserta Pelatihan Boisiklos Farming Desa Rimbo Panjang Kecamatan Tambang foto : say

KUBANGJAYA-riautribune: Program RTMPE (Rumah Tangga Mandiri Pangan dan Energi) sangat singkron dengan Kementerian Desa Pembangunan daerah dan Transmigrasi. Karena itu, program ini bisa ditularkan kepada masyarakat di seluruh Indonesia. Demikian disampaikan Ketua Penyuluh Kementerian Desa Pembangunan Daerah dan Transmigrasi, UPTP Balai Latihan Masyarakat Pekanbaru, Joni Sitorus di Lahan Percontohan RTMPE Desa Kubang Jaya, Kecamatan Siak Hulu, Selasa (25/8) kemarin.

Joni Sitorus mengatakan, kunjungan lapangan peserta Pelatihan Biosiklos Farma di Desa Rumbio Panjang, Kecamatan Tambang merupakan program yang sangat "serasi" dengan Program RTMPE Kabupaten Kampar. Karena, katanya, program tersebut sama-sama memanfaatkan limbah pertanian yang selama ini terbuang untuk dijadikan biogas dan biourine seperti yang telah dijalankan Pemda Kampar.

Dikatakan Joni Sitorus, pelatihan Biosiklofarming ini sengaja meninjau lahan RTMPE untuk menginspirasi peserta mengaplikasikan Program RTMPE di tempat mereka masing-masing.

Bupati Kampar Jefry Noer dalam sambutannya mengatakan, program RTMPE adalah program sederhana yang menghasilkan Rp15 jt hingga Rp25 juta perbulan. Di samping itu ada pula tabungan berupa anak sapi 6 ekor pertahunnya.

Dijelaskan Jefry, di atas lahan seribu meter persegi, setiap rumah tangga bisa memelihara empat ekor sapi jenis sapi brahmana. Namun, bila yang dipelihara sapi Bali, jumlahnya bisa enam ekor. Untuk lahan 1.500 meter persegi, jumlah sapi bisa lebih banyak.

Kemudian, dibangun pula lokasi untuk pemeliharaan 100 ekor ayam petelur dengan hasil lebih dari 50 hingga 60 butir per hari. Ada pula kolam untuk ikan lele. Untuk tanaman, rumah tangga mandiri dapat menanam berbagai jenis sayuran yang menjadi kebutuhan pokok, mulai bawang, jamur, dan cabai.

Sapi yang dipelihara tersebut juga akan menghasilkan lebih dari 40 liter urine per hari yang akan diolah menjadi biourine yang harganya bisa mencapai Rp25 ribu per liter. Biourine dapat digunakan sebagai pupuk berkualitas tinggi. Begitu juga kotoran padat sapi bisa menghasilkan biogas sebagai alternatif bahan bakar.

Jefry menuturkan, jika program tersebut serius dilaksanakan, masyarakat akan benar-benar sejahtera. Sebab, hasilnya tidak main-main. Masyarakat yang sebelumnya miskin akan menjadi jutawan dan tidak bingung memenuhi kebutuhan sehari-hari. ''Mau masak, tinggal beli garam dan bumbu. Mau bawang, cabai, dan sayuran, tinggal dipanen di halaman rumah.  Untuk masak, sudah ada biogas dan ikan yang dipelihara sendiri,'' ungkapnya.

Jefry merinci, jika program itu dijalankan dengan baik dan serius, hasilnya akan lebih dari memuaskan. Misalnya, dari biourine hasil kotoran cair sapi, per bulan bisa dihasilkan lebih dari seribu liter. ''Anggap saja, yang jadi atau berhasil diolah itu 250 liter, berarti sudah menghasilkan lebih dari Rp6 juta. Belum lagi dari hasil pertanian dan perikanan yang jika serius dijalankan juga akan mendatangkan uang,'' urai Jefry.

Program ini akan diterapkan di seluruh desa di Kabupaten Kampar secara bertahap. Setelah semua berjalan, baru nanti setiap kecamatan harus melakukannya. "Kita mencoba mengurangi pengeluaran masyarakat. Tapi dari segi pendapatan mereka bisa meningkatkan berlipat ganda. Sehingga masyarakat sedikit-demi sedikit mampu menyimpan atau menabung," jelas Jefry. (say)