Golkar: Penangkapan Rachmawati Dkk Bukti Rezim Jokowi Lebih Represif Dari Orde Baru!

Sabtu, 03 Desember 2016

foto internet

JAKARTA - riautribune : Penangkapan dan penetapan tersangka putri Proklamator RI Ir. Soekarno, Rachmawati Soekarnoputri dan kawan-kawan oleh pihak kepolisian karena tuduhan makar merupakan tindakan yang sangat berlebihan.

Hal itu diutarakan tokoh muda Golkar, Ahmad Doli Kurnia dalam perbincangan , Jumat (2/12).

"Penangkapan yang dilakukan menjelang aksi 212 dengan tuduhan makar merupakan tindakan yang mengada-ada. Apalagi ternyata kita sama-sama menyaksikan bagaimana Aksi 212 digelar dengan benar-benar 'super damai'," jelas dia.

"Tuntutannya cuma satu, tangkap, adili, dan pidanakan Ahok. Itu menunjukkan penangkapan yang terjadi pada saat para tokoh/aktivis akan menghadiri Aksi 212 itu pun menjadi out of context."

Penangkapan itu, lanjut Doli, juga membuktikan bahwa pemerintah tidak lagi menegakkan hukum yang berkeadilan. Dimana Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang sudah jelas menjadi tersangka penista agama ternyata sampai saat ini masih dibiarkan bebas berkeliaran.

"Polri dan Kejaksaan Agung tidak berani menangkap Ahok. Sementara 10 tokoh/aktivis itu, belum tentu benar apa yang dituduhkan berbuat makar, langsung ditangkap. Untuk kesekian kali terbukti bahwa memang Ahok dilindungi oleh pemerintahan Jokowi," sesalnya lagi.

Oleh karenanya, dia menyimpulkan bahwa penangkapan dan penetapan tersangka Rachmawati dan kawan-kawan itu seakan menujukkan bahwa pemerintahan Jokowi ternyata jauh lebih represif dari rezim Orde Baru.

"Bayangkan saja, baru berlangsung dua tahun, pemerintah Jokowi langsung menangkap 10 orang dengan tuduhan makar. Sebelumnya sekian media dibredel karena banyak menyampaikan berita yang pemerintah tidak suka. Kemudian Bun Yani pun jadi tersangka karena berani me-rebroad cast pernyataan Ahok. Pada Aksi 411 pun terjadi peng-kambing hitaman dan penangkapan aktivis mahasiswa/HMI. Dan itu semua dilakukan di era se-Demokratis seperti sekarang ini," tegas Doli.(rmol)