Sagu Jadi Produk Unggulan Riau yang Menasional

Senin, 28 November 2016

Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman menerima penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI).

PEKANBARU-riautribune: Menampilkan 369 menu makanan berbahan Sagu yang disuguhkan bersempena dengan peringatan Hari Pangan Se Dunia ke 36 Tingkat Provinsi Riau, Ikon pangan lokal Provinsi Riau itu berhasil masuk dalam Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai bahan pangan berbasis sagu terbanyak, kegiatan tersebut belangsung di halaman Kantor Gubernur Riau.

Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman yang turut hadir pada acara tersebut mengatakan, prestasi yang telah diraih mendapatkan Rekor MURI ini sangat membanggakan, sesuai dengan niat dan karya segenap lapisan masyarakat Riau untuk meningkatkan diversifikasi pangan lokal yang berasal dari pangan sagu, sekaligus untuk memajukan pariwisata bebasis budaya. "Sagu ini bias dijadikan sebagai pendorong pariwisata berbasis budaya di Riau", kata Gubernur Arsyadjuliandi Rachman.

Dikatakannya, untuk lebih meningkatkan produksi sagu dimasa datang, Pemerintah dan masyarakat bekerjasama dalam dalam pengembangan budidaya sagu. Saat ini produksi pangan sagu Riau berasal dari Kabupaten Kepulauan Meranti, Indragiri Hilir dan Bengkalis. Kabupaten Kepulauan Meranti menjadi andalan untuk komoditas sagu, dan berdasarkan hasil penelitian sagu yang berasal Kabupaten Kepulauan Meranti merupakan varietas terbaik dengan produksi sekitar 276 ton pertahun.

Menurut Gubri, melalui gerakan makan sagu, Riau dapat menghemat konsumsi beras sekitar 8 ton perbulan, dan gerakan makan sagu dapat membantu swasembada pangan untuk jangka panjang, mengingat pemenuhan kebutuhan beras di Riau masih disuplai dari provinsi tetangga.

"Ini merupakan karya yang luar biasa kategori kuliner produk pangan lokal yang disajikan dalam berbagai verivikasi varien olahan, Riau memecahkan rekor yang sebelumnya pernah dicatat oleh Kabupaten Buru Provinsi Maluku dengan 308 jenis varien berbahan dasar sagu", kata Senior Manager MURI, Awan Rahargo.

Sementara itu, Kepala Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau, Ir. H. Darmansyah menjelaskan bahwa saat ini pemanfaatan sagu masih rendah yaitu sepuluh persen, dan kedepannya dengan momen Sagu Riau Menyapa Dunia akan di munculkan Gerakan Sehari Makan Sagu, hal ini guna lebih mengangkat pemanfaatan sagu sebagai konsumsi karbohidrat pengganti beras yang juga sejalan dengan program ketahanan pangan yaitu penganekaragaman konsumsi pangan yang Bergama, bergizi seimbang dan aman.

"Untuk itu diperlukan komitmen bersama antara instansi terkait dan peran lemabaga masyarakat seperti Tim PKK, Tokoh Masyarkat serta peran swasta dalam mendukung program ini," kata Darmansyah.

Sungai Tohor Hasilkan Sagu Terbaik
Desa Sungai Tohor Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Kepulauan Meranti ternyata menghasilkan sagu terbaik  dan diakui hingga ke internasional. Hal itu dibuktikan dengan hasil penjualan sagu oleh masyarakat sungai Tohor dijual sampai ke negeri jiran yaitu Malaysia, namun keberadaan sagu di Kampung tertua di Kecamatan Tebing Tinggi saat ini berjalan di tempat.

Pasalnya lahan untuk mengembangkan komoditi sagu di daerah tersebut dinilai belum ada. Lahan untuk mengembangkan komoditi sagu itu ada, tapi milik perusahaan yaitu PT LUM bergerak di bidang tanaman HTI yaitu akasia.

"Namun masyarakat mendapatkan angin segar, pasalnya PT LUM akan menyerahkan sebagian asetnya yaitu lahan kurang lebih ribuan hektare akan diserahkan  ke negara," kata Kepala Desa Sungai Tohor, Efendi.

Dia menyebut, dengan diserahkan lahan ke negara, tentunya ada peluang masyarakat untuk mengembangkan komoditi sagu di Sungai Tohor. Saat ini ada 14 kilang pengelolahan sagu di Sungai Tohor dan penghasilan per bulan sampai 700 ton per bulan.

Efendi berharap kepada negara, dengan penghasilan masyarakat dibilang fantastis tersebut dapat menyerahkan sepenuhnya sebagian lahan PT LUM kurang lebih 9 hektar ke masyarakat.Sebab dengan lahan 9 hektare tersebut diyakini dapat meningkatkan ekonomi masyarakat setempat melalui sagu basah tersebut.

Akan Dipromosikan Ke Manca Negara
Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMPPT) Kabupaten Kepulauan Meranti, Hendra Putra SIp, MSi mempromosikan makanan terbuat dari sagu Meranti, yang sekarang hendak di perkenalkan kemancanegara.

"Kita akan mempromosikan bahan makanan yang terbuat dari sagu yang di kelola menjadi makanan pokok, seperti bahan kemasan, mie sagu, kerupuk sagu dan beras sagu," sebutnya. Selain itu menurut Hendra juga ada menu makan sagu lainnya seperti, mie sagu kuah, cendol sagu, mie sagu kering, bubur sagu, sop sagu rendang, dan banyak lagi makanan lain yang terbuat dari sagu Hanya sebagian saja yang terungkap.

Bukan itu saja, sagu juga sebagai salah satu bahan makanan pokok yang bergizi yang baik untuk di komsumsikan sebagai bahan makanan pokok penganti beras. "Sagu yang ada di Kabupaten Kepulauan Meranti merupakan salah satu sagu dengan kualitas terbaik yang ada di Indonesia," jelasnya.

Hendra juga mengharapkan, dengan adanya booklet pangan sagu yang ada di kabupaten Kepulauan Meranti, yang memiliki sagu dengan kualitas terbaik tersebut, ini dapat menjadi cluster Sagu nasional. "Allhamdulillah, sagu Meranti juga akan menjadi destinasi bagi memenuhi kebutuhan akan bibit sagu terbaik di Indonesia"ungkapnya.

Kebun Sagu Menuju Swasembada Pangan Riau
Pertanian dan perkebunan menjadi sektor yang penting karena menjadi sumber utama kehidupan dan pendapatan masyarakat petani di Riau. Selain itu, sektor ini juga dapat menanggulangi krisis pangan di Riau, mengingat selama ini sangat tergantung pasokan dari luar daerah. Salah satu potensi yang perlu mendapatkan perhatian serius dari pemprov adalah Sagu.

Gubernur Riau, Arsyadjuliandi Rachman saat menghadiri Peringatan Hari Nusantara Dan Hari Pangan Sedunia di Halaman kantor Gubernur beberapa waktu yang lalu mengungkapkan bahwa Riau kaya akan potensi sagu.

Bahkan, Kabupaten Meranti dan Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) memiliki perkebunan sagu yang melimpah. Sayangnya, komoditas ini masih belum populer di tengah-tengah masyarakat terutama di Riau.Padahal sagu memiliki kandungan karbohidrat yang sangat tinggi, sehingga  dapat memberikan energi yang dibutuhkan manusia sebagai makanan pokok alternatif pengganti beras.

Gubri menambahkan, tanaman yang tumbuh subur di dua kabupaten di Riau tersebut, sebenarnya sudah menjadi ciri khas di Indonesia. Karena sagu banyak terdapat di nusantara dan sudah dimanfaatkan sebagai bahan makanan pokok kedua setelah beras. Terutama di wilayah Indonesia bagian timur.

"Untuk itu, kami sebagai pemerintah provinsi akan  mendorong penggunaan sagu supaya menjadi bahan makanan pokok alternatif dan bisa semakin populer di Riau," kata Andi Rachman. Untuk mendukung rencana Pemprov Riau, dibutuhkan kerja sama dari semua pihak, termasuk dari masyarakat. Plt Gubri berharap masyarakat tidak melupakan makanan lokal seperti halnya sagu.

"Jika kekurangan beras, kita punya bahan makanan lokal. Sagu kan enak, bisa dimasak apa saja," tambahnya.Sagu dari Kepulauan Meranti sudah pernah diteliti dan hasilnya cukup membanggakan. Sagu ini merupakan varietas terbaik di dunia. Sehingga dapat diandalkan sebagai salah satu sumber pangan bagi masyarakat Indonesia.

Berdasarkan data BPS tahun 2010, luas area tanaman sagu di Kepulauan Meranti mencapai 5.086 hektar, atau 2,9 persen dari luas tanaman sagu Nasional. Perkebunan sagu juga sudah menjadi sumber penghasilan utama hampir 20 persen masyarakat di Meranti. Diperkirakan ada 50-an kilang sagu yang beroperasi secara semi mekanis dan masih memanfaatkan sinar matahari untuk pengeringannya. Selain itu juga ada sebagian kecil lagi kilang berkapasitas besar yang mampu memproduksi hingga 10 ribu ton tepung sagu kering per tahun.

Dalam satu tahun, produksi sagu Meranti mencapai 400 ribuanan ton. Jumlah ini tak  hanya untuk memenuhi kebutuhan sagu di Meranti dan wilayah di Riau saja.Sagu dari Meranti juga sudah dikirim hingga Pulau Jawa hingga ekspor ke negara lain. Mulai dari negara jiran Malaysia hingga kawasan Asia Timur dan Barat.

Dengan potensi yang besar ini, Gubernur Riau sudah menobatkan Kepulauan Meranti secagai pusat pengembangan sagu di Riau.  Wilayah yang terdapat perkebunan sagu luas di Meranti adalah Desa Sungai Tohor dan Desa Nipah Sendanu. Sementara itu di Inhil, perkebunan sagu memiliki potensi yang besar setelah kelapa dan sawit. Luas perkebunan sagu di Inhil mencapai 17.890 hektare dan tersebar di beberapa kecamatan. Diantaranya ada di Kecamatan Mandah dan pemanfaatan lahan tidur di Sungai Lalak Kelurahan Teluk Pinang.

Kelebihan dari komoditas sagu antara lain dari sifat tanaman yang tahan dengan gerusan air laut dan cocok di tanah bergambut. Selain itu, harga sagu juga tak mudah dipermainkan oleh pasar. Dari sisi produk, sagu juga dapat dikreasikan dalam berbagai jenis makanan. Hasil olahan industri rumah tangga yang berbahan dasar sagu di antaranya adalah tepung sagu, mi sagu, sagu rending, kerupuk serta berbagai jenis kue. Melalui sagu juga, Kabupaten Indragiri Hilir mampu mengharumkan nama Riau karena menjadi juara dalam lomba cipta menu tingkat nasional beberapa waktu lalu.  

Pemkab Meranti Siapkan 10 Ha Lahan dan Bibit Unggul
Menyadari sagu merupakan komoditas utama pangan di wilayahnya, Bupati Meranti Irwan mengaku akann menyiapkan lahan untuk penanaman bibit unggul seluas 10 ha. Dengan begitu, seluruh kebun sagu unggulan akan memiliki keseragaman bibit.

"Kita akan lakukan pembudidayaan bibit unggul sagu ini seluas 10 hektare. Setelah itu baru kita kembangkan ke seluruh kebun sagu yang ada di Kepulauan Meranti yang kita targetkan nantinya mencapai 100 ribu hektare," kata Bupati Kepulauan Meranti Irwan usai penandatanngan MoU dengan Baik Indonesia disaksikan Plt Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rahman, baru-baru ini.

Dikatakan Irwan, saat ini ada 51 ribu hektar total kebun sagu yang ada di seluruh wilayah Kepulauan Meranti. Jumlah itu sudah gabungan dari kebun sagu yang saat ini akan dikelola perusahaan Sampurna Agro dan kebun sagu milik masyarakat. "Sehingga, dalam upaya meningkatkan hasil sagu dan menjadikan potensi sagu ini menjadi unggulan nasional bisa berjalan dengan baik. Tentunya itu semua bertujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat di Kepulauan Meranti,"paparnya.

Sementara, Kepala Bank Indonesia Perwakilan Riau Mahdi Muhammad, mengatakan pihaknya memang mengandeng pemerintah daerah untuk mengembangkan kluster komoditas pangan. Menurutnya, sejauh ini Indonesia masih bergantung pada komoditas pangan padi atau beras, padahal produksinya bergantung musim tertentu. Padahal Riau menyimpan potensi komoditas pangan pengganti beras, salah satunya di Riau adalah sagu.(advertorial)