Ridwan Kamil dan Deddy Mizwar Bicara Pertikaian Suporter Sepakbola

Rabu, 09 November 2016

foto internet

BANDUNG - Perseteruan sesama suporter seolah menjadi bumbu tersendiri dalam dunia sepakbola nasional. Kadang perseteruan yang ada melewati batas. Sudah tak terhitung berapa orang terluka, termasuk nyawa yang melayang akibat perseteruan yang ada.

Salah satu yang paling dikenal publik adalah The Jakmania (suporter Persija Jakarta) dan Bobotoh (suporter Persib Bandung). Pertikaian kedua kubu berlangsung sejak tahun 2000-an awal hingga kini.

Upaya perdamaian pun berkali-kali digagas berbagai pihak. Hasilnya, perseteruan justru tak pernah berhenti. Gesekan demi gesekan terus terjadi. Bahkan beberapa nyawa sudah melayang akibat panasnya tensi permusuhan kedua kubu.

Menanggapi permusuhan yang sudah tidak sehat itu, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengungkapkan kunci penyelesaian utamanya adalah dialog. Ia pun berinisiatif beberapa kali melakukan pertemuan dengan petinggi The Jakmania dan Persija.

“Kalau saya banyak melakukan inisiatif, pada dasarnya itu tidak dalam kapasitas formal sebagai wali kota, tapi sebagai Bobotoh atau warga yang ingin proses-proses pertandingan berjalan lancar. Saya percaya dengan yang namanya dialog. Kunci dari semua itu dialog,” ujar Emil, sapaan akrabnya, di Gedung Merdeka, Kota Bandung, Selasa (8/11/2016).

Untuk mewujudkan perdamaian, ia mengaku sudah lebih dari empat kali melakukan pertemuan dengan petinggi The Jakmania dan Persija. "Ini untuk menandakan secara pribadi kami terbuka," ucapnya.

"Tapi urusan ini kan tidak sebatas di level pengurus yang atasnya, ngobrol yang di bawah susah. Karena kalau namanya kultur ini butuh langkah jangka panjang. Tapi kuncinya menurut saya ada disitu (dialog)," ungkapnya.

Emil bahkan mengaku akan terus membuka ruang dialog agar permusuhan yang ada bisa diselesaikan. Sehingga pada akhirnya suporter kedua kubu akan menikmati pertandingan dan mendukung tim kesayangan tanpa harus 'berperang'.

"Jadi kita tidak akan menyerang, tentunya akan membuka ruang-ruang dialog. Berhasil tidaknya, wallahualam, tapi dengan nawaitu membuka dialog menurut saya seharusnya bisa mengurangi indikasi-indikasi yang kita tadi sampaikan," jelas Emil.

Secara pribadi, ia juga melakukan langkah seperti mengunggah hal-hal positif menjelang pertandingan kedua tim. "Dan alhamdulillah, kalau dari sisi pengaruhnya itu luar biasa, tidak banyak yang saling memaki di media sosial, saya monitor itu," tuturnya.

Hanya saja, diakuinya terkadang di stadion ada hal-hal yang sulit diprediksi. Hal sepele kadang bisa berubah menjadi besar dan merembet menjadi hal negatif.

Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar setuju dengan pandangan Emil bahwa dialog harus dikedepankan untuk menghentikan perseteruan. Tapi ada hal penting yang juga harus dilakukan.

"Saya kira ini betul-betul penegakan hukum harus ditegakkan selain dialog yang intens. Saya kira enggak bisa cepat. Tapi harus secara bertahap dilakukan dialog. Dan saya kira enggak ada yang enggak bisa dan lebih baik selain dengan dialog tadi," jelasnya.

Ia lalu mengungkap pentingnya pembelajaran dalam sepakbola, yaitu sportivitas. Harusnya, sportivitas menjalar dalam berbagai hal, termasuk cara suporter dalam mendukung tim kesayangannya.

"Saya kira ini di atas segalanya adalah sportivitas, saling menghargai kemanusiaan. Olahraga menang tadi bukan tujuan semata. Tapi bagaimana olahraga menginspirasi sportivitas bagi masyarakat yang mendukung, menghargai kemanusiaan," paparnya.

Soal penegakkan hukum, Deddy juga menegaskan bahwa hal itu tidak bisa kompromi. Sebab jika pelanggaran yang dilakukan suporter dibiarkan, itu akan jadi preseden buruk bagi sepakbola Indonesia, termasuk dari sisi kemanusiaan.

"Saya kira ini perlu dlihat secara keseluruhan, bukan sekedar kemenangan dari klub. Tapi ada kemanusiaan yang ditinggalkan, menghinakan saudara sendiri, wah ini luar biasa, merendahkan saudara sebangsa kita sendiri, ini luar biasa. Ada hal yang lebih besar dibanding hanya sebuah pertandingan sepakbola menurut saya," pungkas Deddy.