Petani Pelalawan Dapat Pelatihan Peremajaan Sawit

Selasa, 08 November 2016

Pelatihan Peremajaan Sawit yang dilaksanakan di salah satu hotel Pekanbaru.(mbo)

PEKANBARU-riautribune: Sejumlah petani asal kabupaten pelalawan yang tergabung dalam ASPEKPIR mendapat kesempatan mengikuti pelatihan pengembangan kompetensi dalam bidang cocok tanam kelapa sawit.  "Di era peremajaan  sawit ini, pemerintah merasakan perlu adanya pembinaan terhadap petani sawit sehingga produksi atas produk perkebunannya betul-betul berkualitas dan memiliki nilai tinggi,"ucap Dr.Djaimi selaku ketua panitia pelaksanaan pelatihan peremajaan Kelapa sawit baru -baru ini di salah satu hotel di pekanbaru.

Program pelatihan yang didanai oleh pemerintah melalui BPDP (badan pengelola dan perkebunan) khususnya kelapa sawit memberikan hibah dalam bentuk pendanaan pelatihan,pengembangan SDM petani sawit, bahkan pemahaman mengenai karakter tanaman sawit menjadi focus utama.  BPDP pada kesempatan ini menyanding perguruan tinggi, khusus nya lembaga penelitian dan pengabdian (Lemlit) universitas riau, dan asosiasi petani sawit rakyat atau Aspekpir.

Lebih lanjut panitia pelaksana pelatihan peremajaan kebun sawit Dr Djaimi yang juga didampingi ketua Lemlit UR Prof Almasdy Syahza menuturkan, dana hibah ke petani sawit ini merupakan keputusan utama direktur BDKS. Hibah yang diberikan yakni 25 juta/hektar dan petani yang bisa mendapatkan adalah maksimal 4 hektar dalam mendapatkan bantuan tersebut dan peremajaan itu juga ada pedoman berupa pedoman pembiayaan itu dari pemerintah yang memutuskan.

Jadi petani yang menginginkan bantuan saja,itu tidak bisa karena semua sudah ada aturannya jadi bantuan hibah itu memang grand hibah jadi tidak membalikan tapi untuk peremajaan tidak cukup karena aturan peremajaan itu sampai menghasilkan jadi harus biayanya tetap sedia semua. Ditambahkan Djaimi, untuk petani pelalawan bantuan hibah ini kita harapkan semakin meningkat bila perlu peremajaan itu petani tidak perlu bayar karena pajak dari sawit ini membantu cukup tinggi, karena di malaysia itu kalo peremajaan tidak perlu bayar kenapa di kita sudah ada banyak hasil sawit ini membantu pemerintahan, tidak ada salahnya kalau itu diberikan ke petani secara murni.

Program peremajaan ini kita berharap melalui kelembagaannya diberdayakan jadi kalau masih pola-pola reapet berarti petani ini dianggap tidak mampu sama sekali padahal petani plasma ini pengalamannya sudah jauh memang perlu kelembagaanya perlu pembimbing supaya petani ini kedepannya tidak selalu bergantung terhadap pemerintah, tapi kalau kita tidak didorong untuk membuktikan kemampuan sampai kapan kita selalu begini, jadi petani melalui kelembagaan harus diberi kesempatan.(mbo)