Saya Ngantor, Pak JK Juga

Jumat, 04 November 2016

foto internet

JAKARTA - riautribune : Siang ini, puluhan ribu orang dari berbagai daerah bakal menggeruduk halaman depan Istana. Mereka berunjuk rasa terkait kasus dugaan penistaan agama yang dilakukan Ahok. Lalu, ke mana agenda Presiden Jokowi saat demo berlangsung? Eks Walikota Solo itu memastikan akan tetap ngantor di Istana seperti biasa. Begitu juga dengan Wapres Jusuf Kalla.

Menghadapi aksi unjuk rasa hari ini, Jokowi mengosongkan agendanya. Tak ada agenda blusukan, rapat kabinet, apalagi menerima tamu di Istana. "Jadwal Presiden hari ini adalah intern," kata Kasubiro Wartawan Biro Pres Istana, Arachim kepada wartawan, tadi malam. Intern maksudnya urusan internal. Tidak diketahui apakah ada di Istana Jakarta atau di Istana Bogor yang jadi tempat kediaman Jokowi.

Namun, kemarin sore, Jokowi memastikan akan mengantor seperti biasa. Hal itu disampaikannya saat memberikan keterangan pers, usai ngobrol santai bersama Wapres Jusuf Kalla (JK) di pelataran Istana Merdeka. Pak JK pun turut mengamini pernyataan Presiden. "Tetap berkantor seperti biasa. Presiden di sini, saya di sebelah (Istana Wakil Presiden). Tidak akan meninggalkan tempat," kata JK.

Kemarin sore, JK memang mendadak merapat ke Istana Merdeka untuk menemui Jokowi. Keduanya terlihat ngobrol santai di pelataran belakang Istana Merdeka. Keduanya duduk di sofa krem dengan wajah penuh senyum. Gaya seperti ini biasanya dilakukan Jokowi saat menerima tamu-tamu kenegaraan.

Keduanya sepertinya ingin memperlihatkan bahwa unjuk rasa tidak perlu dikhawatirkan, apalagi ditakuti. Karena itu, usai ngobrol-ngobrol keduanya mengimbau masyarakat Jakarta beraktivitas seperti biasanya. Pemerintah meyakini bahwa demonstrasi yang baik dan santun merupakan salah satu instrumen dalam sistem demokrasi yang dianut Indonesia.

"Bekerja seperti biasanya, yang sekolah ya sekolah seperti biasanya," kata Jokowi, menanggapi rencana aksi demonstrasi hari ini.

Jokowi dan JK yakin aksi unjuk rasa akan berlangsung kondusif dan tidak menyebabkan terganggunya stabilitas keamanan Ibukota.

"Saya yakin betul, karena ini dilaksanakan di hari Jumat, hari yang mulia, pasti masyarakat atau teman-teman yang berdemo itu memaklumi hari Jumat ini adalah hari ibadah. Apalagi ini dilaksanakan dengan alasan agama. Islam itu rahmatan lil 'alamin, kalau ada yang merusak bukan rahmat itu," timpal JK.

Karena itu, masyarakat dan khususnya para pelaku usaha dan investor diminta tidak mengkhawatirkan kondisi keamanan di Indonesia. Sebab, sejatinya unjuk rasa merupakan hal yang lumrah dilakukan di negara demokrasi. "Bahwa demo di negara-negara demokrasi itu biasa dan saya yakin tidak akan menghambat ekonomi, apalagi ini dilaksanakan dengan alasan agama," tegas JK.

Terhadap masyarakat yang menyampaikan pendapatnya melalui aksi unjuk rasa, pemerintah juga menekankan bahwa aspirasi mereka pastilah didengarkan oleh pemerintah sepanjang demonstrasi dilakukan tertib dan tidak menyebabkan terganggunya stabilitas keamanan.

"Kalau soal menyampaikan sikap, pemerintah pasti mendengarnya. Asal hari Jumat yang suci ini juga dihormati sebagai hari ibadah," sambung Kalla.

Pemerintah juga berterima kasih dan mengapresiasi atas masukan-masukan yang diberikan Presiden Republik Indonesia Ke-6, SBY.

"Bagus, sangat bagus. Ya kan beliau memberikan masukan kepada pemerintah, sangat bagus," ucap Presiden. Terkait tudingan SBY yang menyebut intelijen telah memberikan informasi yang tak akurat berkaitan dengan aktor dan pembiayaan demonstrasi, Jokowi memilih menjawab diplomatis. "Ya yang namanya manusia kan kadang-kadang bisa benar, bisa nggak benar. Bisa error, bisa nggak error," ucapnya.

Senada dengan Jokowi, JK juga berpendapat, setiap masyarakat memiliki analisa berbeda mengenai informasi intelijen. "Kalau negara tidak ada intelijennya berarti tidak punya mata dan telinga. Intelijen itu maksud baik, supaya jangan terjadi," kata JK.(rmol)