Pendidikan Agama dan Etika yang Menumbuhkan Akhlak Mulia

Senin, 31 Oktober 2016

Apel Akbar Hari Santri Nasional di Halaman Kantor Gubernur Riau.(foto:humas riau)

PERUBAHAN global begitu cepat terjadi saat ini. Gubri Arsyadjuliandi Rachman mengingatkan pentingnya pendidikan agama dari dini ditanamkan. Karena pendidikan agama ini akan melahirkan generasi masa depan yang berakhlak mulia. Hal ini disampaikan Gubernur Riau saat peringatan Apel Akbar Hari Santri Nasional yang dilaksanakan di Halaman Kantor Gubernur Riau, Pekanbaru pada Kamis (6/10/2016) lalu. Acara ini dihadiri 4.000 lebih santri dari 12 kabupaten/kota di Riau. Gubernur mengajak santri menanggapinya dengan positif dan tetap mengikuti perkembangan zaman, terlebih pesantren sekarang banyak yang sudah berbasis teknologi.

"Hal ini menunjukkan eksistensi santri dalam dunia politik dan kepemimpinan di Indonesia. Ini harus jadi motivasi bagi para santri di Riau untuk terus membangun Indonesia lebih maju ke depannya tanpa lupa akan pendidikan agama,"kata Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman.

Gubri juga mengingatkan para santri dari pondok pesantren (ponpes) di Provinsi Riau harus mampu menunjukkan eksistensi diri dan ikut memberi sumbangsih bagi Bumi Melayu khususnya dan Indonesia pada umumnya. Karena sudah terbukti dari sejarah, banyak tokoh nasional lahir dari lingkungan Ponpes.

"Santri juga dituntut menjadi agent of change (agen perubahan). Di zaman persaingan global ini, santri harus bisa menyelaraskan ilmu pengetahuan teknologi (IPTEK) dan tetap menjadi pribadi muslim yang beriman dan bertaqwa,"katanya.

Ditetapkannya hari santri nasional pada 22 Oktober 2015 lalu oleh Presiden Jokowi menuai banyak rasa syukur berbagai kalangan, khususnya dari para santri dan mantan santri yang kini berkiprah di berbagai bidang dalam mendukung pembangunan di tanah air. Ponpes kini bisa jadi garda depan dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Santri berperan dalam kemerdekaan Indonesia.

Pangeran Diponegoro adalah santri. Banyak santri-santri lainnya yang berjuang membela kemerdekaan Indonesia dari penjajahan di masa lalu. Termasuk KH. Hasyim Asyari selaku pendiri Nahdatul Ulama (NU). Beliau adalah tokoh pesantren yang moderat, pemikir Islam yang tak mau dibujuk penjajah dan tetap teguh memperjuangkan Indonesia merdeka.

Ada yang menganggap pesantren sebagai sarang teroris pada saat ini. Itu adalah pendapat yang benar-benar salah dan wajib kita lawan melalui gerakan santri nasional, katanya lagi.

Sistem pendidikan pesantren memiliki banyak peluang dan kesempatan yang lebih bagi anak bangsa karena kegiatan didalamnya banyak sekali hal-hal positif dibanding sekolah biasa pada umumnya. Berbagai aktivitas dan peraturan yang tersusun secara kompleks dan efisien menunjukkan bahwa sesungguhnya Indonesia dapat menjangkau nilai-nilai moral dan integritas yang memadai.

Seperti pengajian Al-Quran, pengajian kitab, ekstrakulikuler, sekolah berjenjang, kompetisi antar-madrasah, pertukaran pelajar, dan masih banyak lagi. Jika diisi dengan banyak kegiatan positif tersebut, waktu yang tersisa tidaklah sia-sia.

"Para santri berpotensi memberi pengaruh besar terhadap bangsa ini. Kita berharap, santri, dengan karakteristiknya yang mandiri, cinta ilmu, pengabdi, pejuang, ulet, sederhana, bersahaja, dan lainnya, bisa menjadi modal untuk melahirkan tokoh-tokoh besar yang tak hanya memiliki kedalaman ilmu agama, namun juga semangat membangun bangsa dan komitmen pada kehidupan yang penuh kedamaian," tandas gubri. Hadir pada peringatan hari santri tersebut, Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman, Sekdaprov Riau Ahmad Hijazi, Kapolda Riau Zulkarnaen serta berbagai undangan lainnya.(adv/humas)