Fadli Zon Dibalas Puisi "Raisopopo Mung Kerjo"

Jumat, 21 Oktober 2016

foto internet

JAKARTA - riautribune : Peringatan dua tahun kinerja pemerintahan Jokowi-JK tak hanya diramaikan dengan aksi turun ke jalan, tapi juga diwarnai dengan aksi saling berbalas puisi para politisi. Wakil Ketua DPR Fadli Zon bikin puisi nyeleneh "Raisopopo". Isinya, mengkritik Wapres JK yang seolah hanya jadi ban serep Presiden Jokowi. Kritikan dan bikinan Fadli itu dibalas puisi "Raisopopo Mung Kerjo".    

Tanggal 20 Oktober kemarin adalah genap dua tahun Jokowi-JK memimpin Indonesia. Bagaimana hasilnya? Fadli menilai pemerintahan Presiden Jokowi masih jauh dari harapan rakyat. Indikasinya gampang saja. Dalam setiap reses, Fadli menceritakan selalu mengajukan dua pertanyaan kepada konstituennya. Apakah hidup sekarang lebih mudah atau lebih susah. dan rata-rata dijawab lebih susah.

Begitu juga urusan mencari pekerjaan saat ini. Jadi, lanjut dia, kalau ada yang bilang kinerja Jokowi hari ini sudah sesuai target pasti ada yang tidak nyambung.

"Kalau disuruh kasih angka, ya enam lah," kata Fadli, dalam sebuah diskusi bertajuk Refleksi 2 Tahun Pemerintahan Jokowi, di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, kemarin.

Hadir dalam diskusi adalah Politikus PDIP Maruarar Sirait, Pengamat Politk Indobarometer M Qodari dan ekonom dari Indef Enny Sri Hartati.

Nah, yang lebih parah lagi, lanjut Fadli, selama dua tahun ini Jokowi yang selalu terlihat bekerja sendirian. Ada pun Wapres JK seolah tidak dilibatkan dan hanya dijadikan cadangan. "Sekarang yang terlihat Jokowi sendirian one man show ke mana-mana. Sementara Pak JK ban serep saja, gitu. Seperti tidak terpakai. Walaupun dalam acara atau kegiatan pasti ada," ungkapnya.

Padahal, kata Fadli, JK punya kemampuan yang luar biasa dan punya pengalaman mumpuni mengelola pemerintahan. Semestinya, JK bisa difungsikan lebih maksimal. "Mestinya ada pembagian tugas. Tapi, ini tidak difungsikan sama sekali," ujarnya.

Sehari sebelumnya, Fadli berkunjung ke sebuah kantor berita online untuk membahas dua tahun Jokowi-JK. Apa yang disampaikan hampir sama. Namun di sana, Fadli membacakan puisinya berjudul "Raisopopo". Puisi tersebut dibikin pada 2014. Tapi karena kondisi saat ini tak jauh beda, Fadli menilai puisi tersebut masih relevan dengan sedikit modifikasi. Berikut bunyi puisnya tiga paragraf itu. Aku raisopopo/ Seperti wayang digerakkan dalang/ Cerita sejuta harapan/ Menjual mimpi tanpa kenyataan/ Berselimut citra fatamorgana

Dan kau terkesima. Aku raisopopo/ Menari di gendang tuan/ Melenggok tanpa tujuan/ Berjalan dari gang hingga comberan/ Menabuh genderang blusukan/ Kadang menumpang bus karatan/ Di antara banjir dan kemacetan/ Semua jadi liputan/ Menyihir dunia maya/ Dan kau terkesima./Sudah kubilang dua tahun lalu, aku raisopopo/ Hanya bisa berkata rapopo.

Maurar langsung menepis tuduhan ini. Dia bilang, JK justru sangat berperan di pemerintahan. Misalnya saat menyukseskan amnesti pajak. JK lah yang berkomunikasi dengan DPR dan para pengusaha. "Pak JK punya segudang jaringan dan pengalaman untuk diberikan peran-peran oleh Pak Jokowi. Keduanya saling menghargai dan mendukung," kata pria yang disapa Ara itu. Ara bilang dalam dua tahun ini politik dan hukum stabil. Contohnya, pembahasan APBN berjalan lancar, begitu juga amensti pajak dan pemilihan Kapolri.

Kemarin juga muncul puisi balasan Fadli yang dibikin politikus PDIP Eva Kusuma Sundari. Judulnya: Raisopopo Mung Kerjo. Begini bunyinya:

Katamu/ Sejuta harapan/ mimpi tanpa kenyataan/ dendam yang harus terus ditabuhkan./ Hanya bisa kujawab dengan kerja/ Aku memilih kerja daripada bermain kata.

Masih 2 tahun, kuhanya bisa/mengajak rakyat bekerja/ Sehingga/ Papua dalam benderang dan kemudahan/ Sumatra saling terhubung dan tersambung. /Indonesia Timur tumbuh mengejar keterpisahan/ Nelayan kembali menjadi penguasa samudra. /Petani mensyukuri berkah bumi yang memberi panen raya/ Kesejahteraan tidak dirampok inflasi/ Pariwisata, rupiah, neraca kompak/ menjadi perkasa.

Kuakan lanjut bekerja sehingga/ Sabang sama rasa dengan Merauke/; Muslim, Nasrani, Hindu, Budha, Konghucu, penghayat tenang berdoa/ untuk menyudahi sulutan kebencian/ atas persatuan dalam keberagaman./ Aku mung bisa kerjo. /Maka, tetaplah lantang bicara/

Tapi sebaiknya dengan mata terbuka/ Sehingga katamu bersambung fakta. /Buka pula telinga/Sehingga katamu/ Bersambung suara gebrakan perubahan/ bukan suara fatamorgana yang kau ciptakan./ Bukan pula dari keinginan atas kegagalan yang kau bunyikan. Monggo makaryo.

Eva Kusuma Sundari mengaku tidak kesulitan bikin puisi tersebut. Karena dia punya data kinerja 2 tahun pemerintahan Jokowi-JK untuk keperluan seminar. "Jadi tinggal menarasikan angka-angka tersebut untuk menjawab tuduhan Fadli," kata Eva.(rmol)