Fahri Hamzah: Jokowi Jangan Kasih Judul Kalau Isinya Enggak Ada

Jumat, 14 Oktober 2016

foto internet

JAKARTA - riautribune : Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah, melontarkan catatan kritis terkait dua tahun umur pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla yang jatuh bulan ini.

Dia mengatakan, semua slogan politik yang dikumandangkan Jokowi dan para pendukungnya sebelum dan di awal kemenangan Pilpres 2014 kini malah sama sekali tidak terbukti dalam praktik.

"Jangan kasih judul kalau isinya enggak ada. Dulu kasih judul revolusi mental, kasih makan menteri-menterinya makanan rebusan, loncat pagar, matikan AC di kantor. Sekarang tidak ada yang terjadi," kata Fahri di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (12/10).

Dia mencontohkan beberapa program yang diekspos besar-besaran seperti tol laut atau poros maritim dunia. Menurut dia, apa yang dilakukan Jokowi sehari-hari malah menunjukkan arah berlawanan dengan visi poros maritim dunia.

"Kelola Indonesia dari pinggir. Berkantorlah di Kabupaten Kepulauan Seribu, jangan Ahok (Gubernur Jakarta) yang pidato di Pulau Seribu. Bikinlah kapal perang yang sebesar lapangan terbang, keliling nusantara, kelilingi rakyat dari pesisir. Itu poros maritim namanya," jelasnya.

Dia juga mengatakan, program Revolusi Mental yang dibanggakan Jokowi tidak menunjukkan hasil konkret. Malah revolusi mental itu dimentahkan oleh Gubernur DKI Jakarta, Basuki Purnama (Ahok), yang mengundang amarah umat Islam karena pidatonya yang menyinggung Al Quran Surat Al Maidah ayat 51.

"Revolusi mental itu apa? Tolong jelaskan. Terus poros maritim. Poros maritim itu pembalikan. Dulu kita darat, darat sudah dikuasai orang. Sekarang laut. Dari lautlah kita bicara. Bayangan saya presiden setiap hari bicaranya di laut," sindir Fahri.

Fahri pun menganggap sia-sia kedatangan Presiden Joko Widodo ke lokasi operasi tangkap tangan praktik pungutan liar di Gedung Kementerian Perhubungan, Jakarta (Selasa, 11/10). Kedatangan Jokowi itu semakin menunjukkan bahwa janji-janji kampanyenya atau program yang dulu dibesar-besarkan masih belum terwujud.(rmol)