Pulau Bidari Simpan Kearifan Lokal

Senin, 15 Agustus 2016

foto internet

INHIL - riautribune : Selain Pantai Solop yang berada di Kecamatan Mandah yang selalu dikunjungi masyarakat untuk mengisi waktu liburan. Sejatinya Kabupaten Inhil adalah daerah kaya akan potensi wisata dan sumber alam. Salah satunya lagi, Pantai Bidari yang kini semakin memukau.

Pantai Bidari yang berada di desa Tanjung Pasir, Kecamatan Tanah Merah menambah khazanah wisata yang layak dikunjungi.

Di Pantai Bidari ini pulalah, sebuah penghargaan berskala nasional terukir manis, yakni penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) untuk agenda mandi lumpur di atas papan tongkah dengan peserta terbanyak.

Dari ibu kota Kecamatan Tanah Merah, untuk sampai ke Pantai Bidari yang berada di Desa Tanjung Pasir ini, hanya bisa ditempuh dengan menggunakan jalur laut. Pilihannya bisa menggunakan speadbot berukuran kecil (pancung) atau menggunakan kapal pompon. Jika menggunakan speedboat mesin 40 PK waktu tempuh hanya sekitar 20 Menit hingga 25 menit.

Keindahan Pantai Bidari ini akan terlihat jelas apabila kondisi air surut. “Jarak tempuh dari ibu kota kecamatan tidak memakan waktu banyak, dan tidak melelahkan badan. Hanya sekitar 20-25 menit perjalanan,” kata M.Aqil (55), salah seorang Kepala Dusun (Kadus) di desa Tanjung Pasir.

Mengapa dinamakan Pantai Bidari? Menurut penjelasan M.Aqil, diberi nama Pantai Bidari, karena pantai ini letaknya memang di muara Tanjung Bidari desa setempat. Keberadaan Pantai Bidari sudah diketahui khalayak ramai sejak tahun 2000 silam. Dan sejak itulah, Pantai Bidari tak pernah  sepi dari kunjungan masyarakat, terutama pada waktu liburan.

Dulu pantai ini hanya dikenal karena memiliki area pantai berlumpur. Tapi  dengan berjalannya waktu, di Pantai Bidari ini juga terbentuk tumpukan pasir atau bongkahan posil laut. Karena memiliki pantai yang berlumpur, tradisi manongkah pun mulai dikenal banyak orang.

“Keberadaan Pantai Bidari ini kita berharap mendapat perhatian serius dari Pemkab Inhil untuk dikembangkan agar menjadi daerah wisata lokal yang mumpuni,” kata Syamsudin, salah seorang tokoh masyarakat di desa Tanjung Pasir.

Keberadaan Pantai Bidari saat ini tak hanya dikenal oleh warga Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Tanah Merah , namun juga sudah dikenal oleh warga Provinsi Riau dan Nasional.

Dikenal nya Pantai Bidari oleh khalayak ramai, tidak lepas dari tradisi manongkah yang sedari dulu di lakukan oleh warga disana.

Lewat tradisi manongkah inilah, iven manongkah dibuat.Pada periode tahun 2016 ini, tonggak sejarah telah tertancap manis di Pantai Bidari ini, yakni dengan diraihnya prestasi yang membanggakan nama daerah dengan diterimanya penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) dengan penilaian mandi lumpur di atas tongkah dengan peserta terbanyak.

“Mandi lumpur di papan tongkah merupakan kegiatan pertama yang dilaksanakan di Indonesia,” kata Bupati seusai menerima penghargaan dari MURI belum lama ini. Agenda ini kata bupati, masuk dalam kegiatan iven wisata inhil, karena kegiataan ini telah dipadukan dalam pelaksanaan Festival Manongkah dan tahun 2016 ini dikolaborasikan dengan kegiatan mandi lumpur.

Bahkan Bupati  mengapresiasikan penuh acara manongkah ini, sebab pada beberapa tahun lalu, acara manongkah juga mendapatkan penghargaan dari muri, yakni pada tahun 2008 silam.

Sementara itu Kepala Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Inhil. Junaidy menyebutkan kegiatan manongkah merupakan iven wisata yang dilaksanakan dengan mengedepankan nuansa budaya masyarakat Duanu yang ada di Inhil, dan harus tetap di jaga dengan baik.

Adapun kegiatan iven Wisata Festival Manongkah Tahun 2016 meliputi, lomba pacu tongkah, menongkah kerang,merapah (berlari diatas lumpu),pelepasan burung kedidi, serta mandi lumpur diatas papan tongkah.

Kabid Kebudayaan Dinas Pemuda Olahraga kebudayaan dan Pariwisata Inhil, Haryono Karim menjelaskan, lokasi Tanjung Bidari merupakan tempat favorit dilakukan manokah, karena memiliki pantai lumpur yang sangat luas dibandingkan lokasi lain.

“Disana (Pantai Bidari), lokasinya pas. Pantai lumpur sangat luas, sekitar 20 kilometer terdapat lumpur yang membentang luas,” kata Haryono.

Menyaksikan ratusan peserta yang mencari kerang di pantai lumpur dengan menggunakan papan seluncur memang menjadi pemandangan yang indah. Pemandangan yang tidak biasa ini hanya bisa disaksikan di Inhil.

“Kalau di luar negeri orang biasanya menggunakan papan seluncur bermain di air, tapi di sini diatas lumpur. Unikkan,” sebut Haryono.
Mengenai pengembangan infrastruktur bagi parawisata yang ada di Tanjun g Bidari, dikatakan Haryono,saat ini pihak nya masih belum bisa berbuat banyak. Kesulitan untuk mengembangkan infrastruktur di sana tidak terlepas dengan kondisi alam setempat.

Disana hanya ada lumpur, makanya disebut pantai lumpur. “Pantai lumpur akan muncul maksimal hanya pada bulan tertentu, dimana air sedang surut terendah dibulan juni,juli, agustus. Jika tidak pas waktu air surut terendah, pantai lumpur hanya akan muncul sekitar 2 jam dan setelah itu di genangi air pasang,” ulasnya.

Keadaan itulah yang saat ini menjadi kendala bagi pengembang infrastruktur di Tanjung Pasir. Namun tidak hanya pantai lumpur, kata Haryono, disana juga terdapat wisata mangrove yang sangat potensial.

“Disana ada mangrove yang indah. Potensi ini bisa kita kembangkan ke depan bagaimana supaya khazanah wisata inhil makin bertambah yang nantinya diharapkan mampu meningkatkan sector pariwisata di Inhil ke depannya,” harapnya.(adv)