Pencalonan Risma Nunggu Suara Tokek

Sabtu, 06 Agustus 2016

foto Walikota Surabaya, Tri Rismaharini.

 JAKARTA - riautribune : Maju, nggak, maju, nggak...Ibarat suara toke, mungkin itu bisa dikiaskan buat Walikota Surabaya, Tri Rismaharini. Maju di Pilgub DKI atau tidak, pertanyaan itu yang selalu melekat kepada Risma di mana pun dia berada. PDIP sendiri hingga kini belum menentukan jawaban. Sementara desakan agar Risma bertarung di Jakarta makin banyak dari luar partai.

Risma mulai terlihat risih jika ditanya wartawan apakah dia akan maju di Pilgub DKI atau tidak. Semakin keras menolak, desakan memboyong Risma ke Jakarta semakin kuat. Buktinya, pendukungnya yang tergabung dalam Jakarta Love Risma (Jaklovers) mendatangi Surabaya untuk menemui Sang Walikota, Senin (1/8). Sayang, Risma sedang sibuk dan tidak sempat menemui fansnya yang berasal dari Ibukota itu.

Mulai dari pertanyaan wartawan, hingga desakan memboyong Risma ke Jakarta sepertinya membuat Risma pusing. Dia berkali-kali menyatakan sedang fokus membangun Surabaya di masa bakti keduanya ini. Apa daya, desakan kian kencang bahkan Risma masuk survei penantang kuat Ahok.

Sementara PDIP belum memutuskan jagonya di Pilgub DKI. Padahal, sejak 21 Juli partai telah menyaring enam nama dari 27 pendaftar bakal calon Gubernur DKI Jakarta yang lolos fit and proper test. Melihat kondisi itu, Risma punya cara sendiri untuk menjawab keresahannya. Kemarin, dia mengatakan bakal menghadap Ketua Umum Megawati Soekarnoputri. Di dalam sistem partai banteng, Mega punya hak preogratif memilih calon gubernur, sekalipun tanpa mekanisme partai. "Keputusan memang di Ketua Umum, nanti Insya Allah saya berusaha menghadap Ibu," ujar Risma saat melakukan pengecekan proyek box culvert di Kenjeran, Surabaya, kemarin.

Berkali-kali Risma menyampaikan dirinya sulit melepas jabatan walikota karena sudah berjanji untuk memimpin warga Surabaya. Janji terhadap konstituennya itu juga sudah disampaikan kepada Mega. "Saya jelaskan lagi meski sudah saya sampaikan. Saya yakin Ibu sangat rasional," katanya.

Dia menegaskan, Mega sangat rasional dalam memberikan keputusan politik. Termasuk menentukan cagub DKI. Sebagai bahan cerminan, Risma bercerita PDIP pernah kalah dalam sebuah Pilkada, padahal nama kandidat keluar dari tiket hak prerogratif ketum. Namun, Risma tidak menyebut di mana dan kapan Pilkada itu terjadi. Dia menduga, kekalahan terjadi karena Mega memilih calon berdasarkan dorongan pihak lain. Bukan keputusan murni Mega.

Sejarah itu pun dianggap Risma terulang padanya, banyak desakan untuk dia maju ke Jakarta agar tidak maju di Pilgub Jawa Timur 2018. "Itu (Jagoan PDIP kalah) tahu aku, tapi Ibu putuskan itu karena dorongan, ada dorongan. Ada juga yang ingin aku maju dan aku tahu kalau Ibu sangat rasional," kata dia dengan nada optimis.

Nah, dalam pertemuannya dengan Mega nanti, Risma mencoba menjelaskan dan memberikan rasionalitas kalau dirinya lebih condong memilih bersama warga Surabaya. "Saya mau hadap, saya sampaikan kondisinya sepert ini, akan saya jelaskan dan saya masih pegang amanah warga Surabaya," pungkasnya.

Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menyatakan, hingga kini partainya belum memutuskan siapa jagonya di Pilgub DKI Jakarta. Apakah memilih enam dari 27 peserta seleksi internal partai atau memilih Risma. "Belum ada. Kan kami masih melakukan pemetaan," ujar Hasto.

Pemetaan yang dimaksud terkait respons publik atas kualitas nama bakal calon kepala daerah Jakarta yang terus dipantau partai. Termasuk bakal calon yang mendaftar ke DPD PDIP Jakarta, kader sendiri, hingga nama-nama bakal calon yang sudah muncul namun tak mendaftar ke partainya.

Seperti diketahui, nama Risma maju ke Pilgub DKI kembali mencuat ketika berpidato dengan kata-kata minta maaf, mirip sebuah pidato perpisahan saat membuka acara di Surabaya, Kamis (4/8). Tapi, setelah dikonfirmasi, ternyata pidato itu cuma ungkapan permintaan maaf karena berakhirnya bulan Syawal, setelah melalui Ramadhan.

Pengamat politik dari Indonesia Public Intitute (IPP) Karyono Wibowo mengatakan, PDIP khususnya Mega saat ini sedang bingung memilih jagoan di Pilgub Jakarta. Nama Risma diduga masuk radar, tetapi memilih Risma ibarat menunggu suara toke. "Ya gitu, kaya nunggu suara toke, jadi, nggak, jadi, nggak," ujar Karyono, tadi malam.

Karyono menduga, Mega saat ini bingung memutuskan memerintahkan Risma atau tidak. Pasalnya, PDIP masih berharap Ahok mau mendaftarkan diri ke partai untuk meminta tiket Pilgub Jakarta.

Dia pun memprediksi tiga skenario yang akan diterapkan PDIP. Pertama, mendukung Ahok. Kedua, mengusung kader PDIP sebagai cagub dan cawagub. Ketiga, mengusung kader sendiri dengan cawagub dari kalangan nonpartai.(rmol/rt)