723 Tahun Surabaya dan 2 Periode Tri Rismaharini

Kamis, 09 Juni 2016

Foto riautribune.com

SURABAYA-riautribune: Sura/Suro (ikan hiu) dan Baya/Boyo (buaya) adalah lambang dari Kota Surabaya. Dengan 31 Kecamatan dan 163 Kelurahan. Keberadaan Surabaya secara formal diakui sejak 31 Mei 1293, sehingga tepat tanggal 31 Mei 2016 yang lalu Kota Surabaya telah berumur 723 tahun. Umur yang cukup matang untuk satu Kota Metropolitan.

Memperingati Hari Jadinya dibulan Mei  yang lalu beragam acara dilaksanakan oleh Pemerintah Kota, yang tetap melibatkan masyarakatnya. Dari mulai perlombaan, parade budaya, pawai bunga dan lainnya dilaksanakan dengan penuh kemeriahan dan disambut penuh suka cita oleh masyarakatnya.

Sebagai Kota Metropolitan kedua terbesar setelah Jakarta, harus diakui Kota Surabaya memang luar biasa. Dimana Pembangunannya bertumpu pada aspek ekolog, ekonomi, dan sosial budaya secara simultan dan komprehensif. Perubahan ini amat sangat terlihat sejak Kota Surabaya dipimpin oleh Walikota Wanita pertama di Surabaya yang dimulai pada tahun 2010, yaitu Tri Rismaharini. Awalnya Tri Rismaharini adalah Pegawai Negeri  Sipil di Kota Surabaya, dengan jabatan terakhir sebagai Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan dan Kepala Badan Perencanaan Kota Surabaya. Tamatan Fakultas Arsitektur dan Pasca Sarjana Managemen Pembangunan Kota dari Institut Teknologi Surabaya, peraih gelar Dokter Honoris Causa juga dari ITS. Tahun 2010 diusung dari Partai PDIP, Tri Rismaharini maju sebagai Walikota Surabaya dan hingga kini memasuki periode kedua sebagai Walikota Surabaya.

Ditangan Tri Rismaharini Surabaya mengalami banyak sekali perubahan, baik dalam sistem di Pemerintahan yang jauh lebih terbuka dan transparan dengan E-Government nya, ruang terbuka hijau (RTH) yang telah mencapai lebih dari 30 persen, bahkan beberapa SPBU didalam Kota Surabaya yang menganggu jalur hijau dirubah menjadi ruang terbuka hijau. Awalnya Kota Surabaya hanya memiliki ruang terbuka hijau berupa taman hanya sebanyak 3 taman saja, yaitu; Taman Apsari, Taman Surya, Taman Jayengrono, namun sekarang Kota Surabaya telah memiliki 30 taman, salah satunya yang sangat terkenal adalah Taman Bungkul. Tidak hanya itu, ruang terbuka hijau hampir dapat dilihat juga disetiap jalan raya yang kita lintasi di Kota Surabaya. Keberhasilan Tri Rismaharini dalam membangun ruang terbuka hijau tidak terlepas dari kegagalan disana sini. Namun dengan komitmen, konsisten dan intergritas semua pihak yang menginginkan Surabaya lebih baik, manuasiawi dan berorientasi lingkungan maka akhirnya semua itu terujud.

Berbagai perhargaan telah didapatkan oleh Kota Surabaya ditangan Walikotanya yang sangat dicintai masyarakatnya, diantaranya: Adipura secara beruntun, Konsep Kota hijau Indonesia Green Region Award (IGRA) dengan program urban farming, Surabaya Green and Clean, Surabaya berwarna Bunga dan lainnya.

Dengan landasan Komitmen, Konsisten, Intergritas dari Walikota Tri Rismaharini perlahan tapi pasti jajaran dan masyarakat dapat melihat perubahan yang terjadi di Kota Surabaya. Ruang terbuka hijau yang lebih dari cukup, taman-taman yang tertata indah, kali atau sungai yang bersih, sistem pemerintahan yang lebih terbuka dan transparan dan banyak lainnya. Sehingga Surabaya pantas mendapatkan pengakuan Internasional sebagai Kota dengan partisipasi masyarakat tertinggi di Asia Pasifik.

Saat ini Kota Surabaya banyak dijadikan sebagai bahan perbandingan oleh Pemerintah Kabupaten dan kota lainnya diseluruh Indonesia, baik dalam sisi sistem pemerintahannya ataupun ruang terbuka hijaunya. Bahkan DKI Jakarta pun saat ini, terutama, dalam konsep ruang ruang terbuka hijau, juga banyak belajar dari Kota Surabaya ini.

Seharusnya dari keberhasilan Tri Rismaharini memimpin Kota Surabaya dapat dijadikan pelajaran yang amat berarti untuk Kepala Daerah lainnya. Seorang Wanita memimpin Kota Metropolitan sebesar Surabaya dapat membuktikan dan membawa perubahan yang lebih baik untuk kota dan masyarakatnya. Sehingga beliau amat sangat dicintai oleh masyarakat. Jadi tidak mengherankan kenapa saat lalu Tri Rismaharini maju kembali sebagai Calon Walikota Surabaya pesaingnya  salah tingkah dan sangat sangat grogi. Iya karena dapat dipastikan tanpa suara dan media promosi dan publikasipun Tri Rismaharini bakal menang dan itu terbukti !

Kepala Daerah yang bijak tidak akan mencari alasan pembenaran kenapa mereka tidak bisa seperti Tri Rismaharini. Semua pasti bisa selama didukung dengan komitmen, konsistensi, intergritas dan kemauan untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik. Sama seperti halnya Tri Rismaharini karena kesungguhan beliau berbuat untuk masyarakat maka adalah wajar bila masyarakat sangat mencintai beliau sebagai pemimpin.


Banyak pemimpin yang kita lihat suaranya saja ada dimana mana dan promo serta publikasi ‘mukanya’ yang juga ada dimana mana. Tapi tidak ada hasil kerjanya untuk kepentingan masyarakat dan untuk kesejahteraan masyarakat. Yang terlihat hanya kekuasaan yang menggurita sebagai pemimpin dengan jajarannya yang tertata dan menumpuk kekayaan pribadi dengan berbagai cara dan trik ganti rupa supaya tidak terlihat. Semoga Kota Pekanbaru tidak demikian adanya.(BSP)