Tolak Wna Jadi Rektor, Anang: Akademisi Kita Juga Top

Senin, 06 Juni 2016

internet

JAKARTA - riautribune :  Komisi X DPR minta pemerintah berhati-hati dalam merealisasikan wacana perekrutan orang asing sebagai rektor perguruan tinggi negeri (PTN) di Tanah Air. Alasannya, selain mengancam nasionalisme, masuknya warga negara asing (WNA) di kampus-kampus negeri berpotensi merusak karakter dan budaya bangsa.

‎Wacana perekrutan orang asing sebagai rektor itu diungkap Menristekdikti M Nasir saat mengunjungi Universitas Negeri Surabaya, Kamis pekan lalu. Nasir beralasan bahwa Presiden Jokowi telah mengarahkan agar pendidikan tinggi Indonesia mampu bersaing di kelas dunia. Untuk mencapai hal itu, dia berencana meniru langkah China, Singapura, dan Arab Saudi yang memakai orang asing sebagai rektor di kampus-kampus negeri mereka.

‎"Dulu, Saudi Arabia tak diperhitungkan. Rangkingnya di luar 500 besar dunia. Sekarang, mereka masuk peringkat 200 dunia,” ucap Nasir kala itu. Namun begitu, dia memastikan rencana itu akan dirapatkan dengan dalam dengan Presiden Jokowi.‎

Anggota Komisi X DPR Anang Hermansyah geleng-geleng kepala saat mendengar kabar ini. Sebab, belum ada kajian mendalam penggunaan orang asing sebagai rektor dapat meningkatkan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia. "Harus dikaji dulu dengan jelas. Jangan main tiru negara luar,” pintanya, kemarin (Minggu, 5/6).

‎Anang khawatir, masuknya orang asing sebagai pucuk pimpinan di kampus negeri akan mengancam nasionalisme, merusak karakter, budaya, hingga keamanan negara. Karenanya, dia meminta rencana itu untuk dibatalkan saja.

‎Soal kualitas, Anang yakin, akademisi Indonesia juga banyak yang hebat. Buktinya, saat pulang kampung ke Jember, Jawa Timur, dirinya melihat hasil riset yang dilakukan akademisi kampus-kampus nasional yang menemukan parietas unggul buah coklat. Itu membuktikan bahwa kualitas akademisi Indonesia tidak kalah dengan orang asing.

‎"Hasil riset mereka sangat hebat. Sekarang, hasil mereka mau dicuri negara lain loh. Apa perhatian pemerintah terhadap mereka? Nggak ada. Jadi, jangan menganggap bangsa kita selalu kalah atau tidak mampu,” cetus politisi PAN ini.

‎Menurut Anang, kebutuhan orang asing dalam dunia pendidikan Indonesia hanya sebatas transfer pengetahuan. Bukan menjadikan mereka sebagai rektor. Karena itu, dia meminta Menristekdikti fokus pada upaya pemindahan teknologi tepat guna dari luar negeri dan mengaplikasikannya di Indonesia.

‎"Kalau bangsa kita belum punya teknologi yang sangat dibutuhkan, lebih baik kejar itu. Pekerjakan orang-orangnya, tapi jangan jadikan sebagai rektor. Jangan sekadar meniru langkah bangsa lain,” tandasnya.(rmol/rt)