Eddy Yatim: “Nilai Tersebut Harus Menjadi Refleksi Kewaspadaan kita”

Rabu, 07 September 2022

Ketua Komisi I DPRD RIau Eddy A Mohd Yatim,Sos,MSi

PEKANBARU- Riautribune: Provinsi Riau mendapatkan angka Kerukunan Umat beragama dibawah rata-rata indeks nasional, bahkan di bawah Provinsi Kepulauan Riau yang merupakan wilayah pecahannya.

Meskipun Survei Indeks Kerukunan beragama di Provinsi Riau rendah di angka 69,3,  jangan hanya dilihat kasat mata. Pemetaan kondisi kerukunan umat beragama, juga harus dilihat dari sisi isu kerawanan sosial seperti konflik lahan masyarakat, kerawanan sosial akibat peningkatan kasus narkoba, dan juga kekerasan terhadap anak dan perempuan, akan tetapi Indeks tersebut tetap menjadi refleksi kewaspadaan kita terhadap persoalan sosial lainnya.

Demikian diungkapkan oleh Ketua Komisi I DPRD Provinsi Riau Eddy A Mohd Yatim, Sos, Msi ketika hadir sebagai salah satu narasumber dalam agenda dialog tokoh pimpinan ibadah lintas agama yang digelar oleh Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Provinsi Riau, Rabu (7/9) di salah satu hotel Pekanbaru.

“Perlu dipahami Indeks KUB dibangun dari beberapa variabel seperti toleransi, kerja sama, dan kesetaraan. Artinya beberapa persoalan sosial lainnya, juga akan turut memberikan dampak terhadap pengukuran ini. Fenomena yang memiliki dampak itu seperti konflik lahan yang disusupi oleh persoalan sara, tingginya kasus narkoba, dan kekerasan merupakan awal dari keretakkan, sehingga kedinamisan sosial masyarakat turut terganggu. Meskipun demikian, kita paham Indeks KUB, menjadi early warning dan monitoring system, sehingga menjadi telaah bagi pemerintah daerah dalam melahirkan kebijakkan,” ucap Eddy A Mohd Yatim ketika ditemui di sela-sela acara.

Hadir sebagai pembicara KH.Dr.Mustafa Umar, LC,MA, dan pembicara FKUB nasional Kolonel I Nengah Dana, Ketua FKUB Provinsi Riau KH Abdurrahman Qoiruddin MA, Wakil Ketua FKUB Riau Pendeta Frans P F Sirait,Ssi, dan Sekretaris FKUB Riau Drs.Rasyidi Hamzah,MA

Dikatakan mantan pempred Batam Pos ini, peran tokoh agama sangat strategis, mendinginkan suasana (cooling system), beberapa fenomena sosial tersebut guna men jembatan komunitas antar umat beragama, sehingga masyarakat terbentengi dari rasa curiga, dan in toleran.

Eddy Yatim pun menegaskan perlunya program preventif, seperti  dialog dan ceramah keagamaan oleh tokoh lintas agama, dalam membentengi masyarakat dari penyakit penyakit sosial yang berujung pada keretakkan.

Pada kesempatan yang sama KH Dr.Musfata Umar juga menuturkan, bahwa rasa saling menghormati, dan mengasihi menjadi bagian dari ajaran seluruh agama. Hal inilah yang kemudian menjadi kedinamisan kondisi sosial masyarakat, termasuk di Provinsi Riau, sebagai modal pembangunan daerah.

Pada kesempatan berbeda, Sekdaprov Riau SF Haryanto menyampaikan bahwa berdasarkan survei indeks kerukunan beragama yang dilakukan oleh Kementrian Agama RI tahun lalu, Provinsi Riau termasuk provinsi dengan indeks kerukunan beragamanya masih rendah. Akan tetapi sebut Sekdaprov Riau tersebut, berdasarkan penilaiannya di lapangan, Provinsi Riau termasuk provinsi yang aman dan tertib, kerukunan umat beragama bisa dikatakan kondusif aman dan terkendali.

Untuk itu ia berharap Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) di Provinsi Riau dapat mencari titik persoalan kenapa indeks kerukunan beragama masih rendah. Selain itu, diharapkan pula peran FKUB dalam meningkatkan nilai indeks kerukunan beragama di Provinsi Riau.(rls)