Rupat, Pulau Nan Eksotis Dengan Segudang Potensi Wisata yang Butuh 'Belaian'

Kamis, 04 Agustus 2022

Capacity Building Wartawan Provinsi Riau 2022 saat berkunjung ke Pantai Beting Aceh di Pulau Rupat, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. (Foto: M. Iqbal)

PEKANBARU, Riautribune.com - Keberadaan Pulau Rupat yang terletak di Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau tentunya sudah tidak asing lagi didengar. Menyimpan potensi wisataa yang bernilai, Pulau Rupat ibarat mutiara yang perlu dipoles agar menjadi perhatian orang.

Maka itu, perlu perhatian khusus dari segala aspek agar Pulau Rupat nan eksotis bisa dikembangkan untuk menarik wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Hal itulah yang mendorong Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Provinsi Riau pengembangan wisata di Pulau Rupat. 

Kepala BI Kantor Perwakilan Riau, Muhamad Nur menyebutkan ada banyak hal yang dibenahi agar Pulau Rupat bisa dikunjungi para wisatawan, salah satunya adalah infrastruktur yang memadai.

M Nur sendiri mengatakan dibutuhkan investasi yang besar agar Pulau Rupat layak untuk menjadi kawasan pantas menjadi pilihan wisatawan untuk dikunjungi. Maka itu, pihaknya juga mendorong bersama pemerintah untuk mengembangkan potensi wisata yang ada di daerah itu.

Masih kata M Nur, ada 3 hal yang perlu menjadi perhatian bersama dalam konsep pariwisata. "Pertama aksesibilitas, bagaimana agar tempat pariwisata bisa dengan mudah diakses, murah, dan efisien," katanya pada  Capacity Building Wartawan Provinsi Riau 2022 yang diadakan di Pulau Rupat, Rabu – Jumat, 27-29 Juli 2022 lalu.

Kemudian yang kedua, lanjut M Nur, tempat wisata juga harua ada fasilitas-fasilitas yang mendukung seperti penginapan, hotel, cottage, dan lain-lain. Dan yang ketiga adalah atraksi, suguhan-suguhan yang sifatnya lokal atau budaya-budaya setempat.

"Untuk pengembangan Pulau Rupat ini memang tidak bisa sendiri-sendiri dan harus kolaratif antara banyak pihak," ucapnya.

Rupat Menyimpan Segudang Potensi Wisata
Akademisi Universitas Riau (Unri) Ahmad Nawawi mengatakan di Pulau Rupat sendiri ada banyak potensi baik wisata alam maupun budaya yang tersimpan di pulau ini. Apa saja potensi yang ada di Rupat? Berikut ini rinciannya yang disampaikan Ahmad Nawawi:
1. Pantai Pesona Desa Teluk Rhu Kecamatan Rupat Utara,
2. Pantai Tanjung Lapin Desa Tanjung Punak Kecamatan Rupat Utara
3. Pantai Pasir Putih Desa Putri Sembilan Kecamatan Rupat Utara,
4. Pulau Beting Aceh Desa Suka Damai Kecamatan Rupat Utara,
5. Pantai Makeruh Desa Makeruh Kecamatan Rupat,
6. Pantai Ketapang Desa Cingam Kecamatan Rupat,
7. Wisata Hutan Mangrove, dan
8. Wisata Burung Migrasi.

Tak hanya sampai disitu saja, kata Ahmad, di sana juga ada daya tarik wisata budaya yang berasal dari Rupat sendiri. Salah satunya Tarian Zapin Api. Dia mengatakan, Zapin Api merupakan permainan tua yang hanya ada di Rupat Utara. 

Dijelaskannya, dibutuhkan lima pemain Zapin Api, tiga pemukul kompang, dua pengawas api dan satu khalifah pemain gambus. Tali alat musik gambus harus berjumlah tujuh, mengacu pada surat Al Fatihah yang berjumlah tujuh ayat.

 

"Prosesi tarian Zapin Api memerlukan sejumlah alat pendukung, yaitu kayu dan serabut kelapa yang sudah menjadi api, kemenyan, alat musik kompang dan gambus. Ada mantera-mantera yang dibaca, yang berasal dari ayat Al-Quran. Hanya saja beberapa potongan ayat Al-Quran yang kita ambil untuk membangkitkan syeh yang akan menari," jelas Ahmad.

Setelah irama musik menyatu dan jiwa sudah bersatu, dengan diiringi syair, barulah para penari menari. Tanpa aba-aba seorang pemain langsung menembus kobaran api dari serabut kelapa yang sudah dibakar sebelumya.

Disusul dengan pemain kedua, serabut yang membara itu dipegang, digosokkan ke badan hingga memercikkan bunga-bunga api yang beterbangan. Sesekali penari itu merebut kompang yang dipakai pemusik dan memainkannya. 

Kata dia lagi, gerakan para penari tidak ada yang direncanakan. Inilah yang membedakan dari gerakan tarian Zapin biasa. "Zapin Api kembali menggeliat sejak 2013 lalu, tarian itu digadang-gadang sebagai andalan pariwisata untuk menarik minat wisatawan, terutama ke Rupat Utara, yang juga pantai yang indah," tuturnya.

Mengenai Zapin Api ini, Ketua Sanggar Petak Semai Muhammad Hafiz memaparkan, seni zapin api merupakan kesenian asli Rupat Utara yang pada zaman dahulu merupakan ritual bela kampung atau pelihara kampung. Setidaknya, dia bersama sanggaranya kini tengah berjuang melestarikan dengan menjadikannya hiburan menyambut tetamu di Pulau Rupat.

"Dulu zapin api bernama tari api, selain untuk pelihara kampung, ritual ini juga dilakukan guna menjaga ladang dari banjir, serta tanda syukur setiap habis panen, di mana pawang api melakukan tari api. Seiring berjalannya waktu, sejak datangnya bangsa Aceh yang membawa pengaruh agama Islam, tari api berganti menjadi zapin api, yang dibubuhi dengan irama zapin," jelasnya.

Hafiz menuturkan, tidak sembarang orang bisa menarikan zapin api dan para penari zapin api ini adalah orang-orang pilihah, berpikiran lurus, dan jujur. "Jadi tidak sembarang orang yang bisa main," tuturnya.

Agar zapin api ini tetap bisa lestari di Rupat, dia mulai mendidik penarinya di usia 14 tahun, di mana pada usia itu, para remaja belum terpengaruh oleh budaya luar, agar bisa menanamkan doa-doa yang diajarkan oleh nenek moyang.

"Tari ini bisa disaksikan langsung di acara-acara tertentu, seperti peringatan hari-hari besar Islam, Rabu capuk bulan Safar (Rabu terakhir bulan Safar), penyambutan tamu-tamu terhormat, hingga acara pernikahan," tutupnya. (M. Iqbal)