Pilpres 2024: Pertaruhan Ganjar Pranowo di Tengah Rayuan NasDem

Senin, 20 Juni 2022

JAKARTA -  Nama Ganjar Pranowo masuk dalam daftar calon presiden rekomendasi Partai NasDem berdasarkan rapat kerja nasional yang diselenggarakan partai pada 15-17 Juni 2022.

Daftar itu terbit saat Ganjar justru "dianaktirikan" sejumlah elite PDIP. Nama Ganjar bersanding dengan Anies Baswedan dan Andika Perkasa dalam daftar tersebut.

Gubernur Jawa Tengah itu mengantongi dukungan dari 29 dewan pimpinan wilayah (DPW) Partai NasDem. Namun, keputusan akhir ada di tangan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh.

NasDem punya modal 10,26 persen kursi di DPR RI. Untuk mengusung calon presiden, mereka harus berkoalisi dengan satu atau dua partai pemilik kursi di DPR.

Sebab, berdasarkan ketentuan UU Pemilu Nomor 7 Tahun 2017, hanya partai politik atau gabungan partai politik yang memiliki minimal 20 persen kursi di DPR atau 25 persen suara sah nasional yang dapat mengajukan capres/cawapres.

Pada saat yang sama, Ganjar belum mendapatkan sinyal dukungan dari partainya sendiri. Bahkan, sejumlah elite PDIP melontarkan kalimat-kalimat keras kepada Ganjar.

Ketua Bappilu PDIP Bambang Wuryanto menyatakan PDIP tak akan mendukung Ganjar pada Pilpres 2024. Dia menegaskan PDIP hanya akan mengusung Puan Maharani yang saat ini menjabat sebagai Ketua DPR RI.

Anggota Fraksi PDIP DPR Trimedya Panjaitan menyebut Ganjar kemlinthi atau sok. Dia menilai Ganjar tak menghormati Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang punya wewenang menentukan capres.

PDIP menjadi satu-satunya partai yang memiliki tiket emas pada Pilpres 2024. Dengan modal 22,26 persen kursi di DPR RI, PDIP bisa mencalonkan presiden tanpa dukungan partai lain.

Peneliti Charta Politika Indonesia Ardha Ranadireksa berpendapat Ganjar tak akan mudah terpengaruh rayuan NasDem. Dia mengatakan Ganjar adalah kader tulen PDIP yang akan manut dengan perintah Megawati.

Selain itu, menurutnya, Ganjar akan merugi secara elektoral jika membangkang dari PDIP. Survei Charta Politika pada Juni 2022 merekam sebagian calon pemilih Ganjar merupakan pemilih PDIP pada Pemilu 2019.

"Dari seluruh pemlih PDIP, 62,5 persennya memilih Ganjar. Ketika nanti misalnya berlabuh ke partai lain, saya pikir 62,5 persen ini juga akan berkurang. Tidak serta-merta pendukung Ganjar akan ikut," kata Ardha saat dihubungi CNNIndonesia.com.

Ardha mengatakan jalan terbaik bagi Ganjar saat ini adalah menunggu. Menurutnya, belum ada koalisi yang kokoh yang bisa Ganjar gunakan untuk beralih dari PDIP.

Sementara itu, ada kemungkinan saga Ganjar mirip dengan Jokowi pada Pilpres 2014. Saat itu, PDIP memutuskan mengusung Jokowi pada waktu akhir.

"Ketika nama Jokowi dikeluarkan sebagai calon, ada boosting terhadap elektabilitasnya. Kita tidak menyangka PDIP tiba-tiba mencalonkan Pak Jokowi," ucapnya.

Analis Politik Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago juga mengatakan opsi terbaik Ganjar adalah menunggu restu PDIP.

Pangi meyakini PDIP akan mengusung Ganjar pada 2024. Dia menyampaikan PDIP butuh elektabilitas tinggi Ganjar untuk memenangkan Pemilu 2024.

"Nanti ujungnya [PDIP] akan menyerah tanpa syarat melihat realitas politik bahwa elektabilitas Ganjar bagus, enggak bisa terbendung lagi. Tentu Puan harus menyatakan mundur," kata Pangi.

Pangi berpendapat akhir cerita Ganjar akan mirip dengan Jokowi pada 2014. PDIP akan memberikan restu pada detik-detik akhir.

Dia menilai PDIP akan rugi besar jika mempertahankan ego mengusung Puan Maharani. Menurutnya, elektabilitas Puan tak akan mampu memenangkan PDIP.

"Bencananya ada pada PDIP. PDIP itu bisa diselamatkan hanya dengan Ganjar hari ini," ucap Pangi.

"Kalau misalnya Prabowo-Puan, enggak masuk akal, sama saja memberi jalan kepada Gerindra. Orang akan berpikir Prabowo adalah Gerindra, Gerindra adalah Prabowo. Itu bunuh diri untuk PDIP," imbuh dia.

Sementara, pada 16 Juni 2022, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo telah merespons dinamika Rakernas Partai NasDem ketika dirinya masuk bursa calon presiden di Pilpres 2024. Dia mengucapkan terima kasih sekaligus menegaskan dirinya adalah kader PDIP.

"Saya terima kasih mendapatkan kehormatan itu, tapi saya PDIP," kata Ganjar kepada wartawan di sekolah PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan.

Ganjar lantas melontarkan guyon saat ditanya kemungkinan dirinya dipinang partai lain di Pilpres 2024. Dia kembali menegaskan bahwa dirinya kader PDIP.

"Apa lamaran-lamaran? Memangnya mau nikah. Partainya PDIP, markasnya PDIP kok," kata Ganjar.*