Imbas Gelombang Panas, India Hadapi Krisis Listrik

Kamis, 02 Juni 2022

JAKARTA, Riautribune.com - India sedang menghadapi krisis listrik di tengah gelombang panas yang mengerek permintaan energi.

Sejumlah analis memperkirakan krisis listrik di India kemungkinan belum bisa diatasi dalam waktu dekat.

"Pemerintah tahun betul dampak monsoon terhadap pertambangan dan transportasi. Namun, belum ada langkah preemptif untuk mengatasi krisis ini," ujar catatan Pusat Riset Energi dan Udara Bersih (CREA), seperti dikutip dari Reuters, Kamis (2/6).

CREA memperkirakan persediaan batu bara sebelum angin muson melanda mengindikasikan kemungkinan krisis listrik akan berlanjut pada periode Juli-Agustus 2022.

Batu bara sendiri merupakan bahan bakar untuk lebih dari 70 persen pembangkit listrik di India.

Persediaan batu bara pada April merupakan yang terendah dalam beberapa tahun terakhir. Namun, angkanya naik 6,3 persen menjadi 23,3 juta ton pada Mei lalu.

Data POSOCO mencatat defisit listrik di India murni terjadi karena lonjakan permintaan, bukan pasokan.

Panas ekstrem membuat permintaan listrik naik ke level tertinggi dalam sejarah. Banyak rumah tangga yang menyalakan AC sehingga memicu pemadaman listrik.

Mengutip Reuters, permintaan listrik pada Mei lalu 23,5 persen lebih tinggi dibandingkan periode yang sama sebelumnya.

Laju permintaan listrik hingga Maret 2023 diperkirakan merupakan yang tercepat untuk setidaknya 38 tahun terakhir.

Aktivis perubahan iklim menilai kekurangan listrik di India terjadi karena lambannya pemasangan pembangkit listrik energi terbarukan. Target kapasitas energi hijau India diperkirakan 37 persen di bawah target pada akhir 2022.

Pusat batu bara di India, Jarkhand, menjadi salah satu yang terdampak imbas 'cuaca neraka' di negara itu yang mencapai 42-45 derajat celsius. Saat ini, terdapat 150 tambang batu bara di Jarkhan.

Sejumlah penduduk di wilayah penghasil batu bara ini mengeluh kerapnya pemadaman listrik mengganggu kehidupan dan pekerjaan mereka.