Inflasi Inggris Tembus 9 Persen, Pecahkan Rekor 40 Tahun

Kamis, 19 Mei 2022

JAKARTA, Riautribune.com - Inflasi atau kenaikan harga barang di Inggris memecahkan rekor tertinggi 40 tahun pada April 2022. Inflasi menembus 9 persen, lebih tinggi dari inflasi saat resesi di awal 1990 yang kala itu menyebabkan bunga pinjaman menjadi selangit dan menjamurnya gagal bayar properti.

Realisasi inflasi yang mengkhawatirkan tersebut menekan Menteri Keuangan Inggris Rishi Sunak untuk mengeluarkan bantuan. Di sisi lain, bank sentral Inggris juga terpaksa harus terus meningkatkan suku bunga untuk menekan inflasi, meski risiko resesi ada di depan mata.

Inggris diproyeksikan menjadi negara dengan inflasi tertinggi di negara-negara utama Eropa, terutama dalam kelompok G7. Saat ini kelompok G7 masih menunggu laporan dari Kanada dan Jepang. Keduanya diprediksi tak akan setinggi Inggris.

Dari data yang sudah keluar, inflasi terendah dipegang oleh Prancis dengan capaian 5,4 persen, sedangkan sisanya bertengger di antara 6 persen-8 persen.

Melonjaknya harga energi menjadi faktor pendorong utama inflasi Inggris meroket. Efek tidak langsung dari invasi Rusia ke Ukraina diproyeksi bakal membuat tagihan energi Inggris makin mahal pada Oktober mendatang.

"Kami tidak bisa melindungi sepenuhnya masyarakat kita dari tantangan global ini, tapi kami menyediakan bantuan signifikan yang kami bisa. Kami siap mengambil langkah lanjutan," kata Sunak dikutip dari Reuters, Rabu (18/5).

Para ahli memeringatkan rumah tangga Inggris akan kemungkinan meroketnya biaya hidup ke level terburuk sejak 1950. Sejalan dengan itu, indeks keyakinan konsumen anjlok ke level terendah sepanjang masa.

Juru kampanye anti-kemiskinan mendesak Sunak untuk bertindak segera, dimulai dengan peningkatan tunjangan kesejahteraan.

"Tidak adanya tindakan (Sunak) akan membuat situasi yang sudah putus asa bagi banyak orang menjadi lebih buruk," kata Ekonom Senior di Yayasan Joseph Rowntree Rebecca McDonald.

Sebuah survei pada Selasa menunjukkan dua dari tiga orang telah mematikan pemanas mereka ketika mereka biasanya menyalakannya, hampir setengahnya mengurangi mengemudi atau mengganti supermarket, dan lebih dari seperempat mengatakan mereka mengurangi makan. Maklum, harga makanan naik hampir 7 persen dalam 12 bulan hingga April.

Kendati begitu, bank sentral Inggris (Bank of England) memproyeksikan inflasi masih akan lebih buruk. Inflasi bulan ini diprediksi akan menyentuh 10 persen.

Pada investor memproyeksi bank sentral akan meningkatkan suku bunga yang diimplementasikan sejak Desember lalu, level tertinggi sejak 2009, 1 persen.

Langkah bank sentral Inggris yang tak jelas mendapat kritikan dari Bank of America, yang menilai kebijakan moneter mereka kurang transparan.

"Fungsi Bank of England jadi kurang transparan dan kebijakan moneter lebih berisiko dipolitisasi. Akibatnya ekspektasi inflasi mungkin kurang jelas sehingga kami mengharapkan tingkat suku bunga, pertumbuhan, dan volatilitas inflasi yang lebih tinggi," pungkasnya.