Waduh, Mandalika Kekurangan Penginapan jelang MotoGP 2022

Sabtu, 27 November 2021

JAKARTA, Riautribune.com - Kawasan Mandalika, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat kekurangan penginapan jelang gelaran MotoGP 2022. Hal itu diungkapkan sejumlah pengusaha pariwisata usai gelaran FIM MOTUL Superbike World Championship (WSBK).

Ketua Badan Usaha Milik Desa Berkarya Merta, Sri Anom Putra, menyebut penginapan di sekitar Sirkuit Internasional Mandalika penuh saat WSBK. Dia memprediksi jumlah kunjungan pun bakal meningkat saat MotoGP digelar di Mandalika pada Maret 2022.

"Kemarin kita melihat secara langsung jumlah tamu yang di luar kendali kita. Tolong sampaikan, kami kekurangan kamar," kata Anom saat ditemui di Lombok Tengah, Jumat (27/11).

Anom menyebut kamar penginapan tetap laku meski dijual hingga Rp800 ribu per malam. Padahal, biasanya kamar cottage dan homestay di sekitar Mandalika berkisar Rp200 ribu hingga Rp500 ribu per malam.

Dia menyebut penonton WSBK bahkan ada yang harus menginap di Mataram. Jarak antara Mataram dengan Mandalika sekitar 50 kilometer dengan waktu tempuh sekitar 1 jam.

Pengusaha homestay di Mandalika juga terpaksa membuka kamar-kamar yang belum siap huni. Anom menyebut kamar-kamar itu tetap laku meski fasilitas terbatas.

"H-3 mereka siap-siap untuk bersihkan kamar, satu syarat, no complain, tidak boleh komplain tamunya, laku, enggak ada air hangatnya, laku," ujar Anom.

Hal serupa juga diungkap pengusaha homestay di Desa Wisata Kuta, Tomi Julianda Akbar. Tomi mengaku mendapatkan berkah dari WSBK Mandalika.

Sejak pandemi, kamar-kamar di penginapan Tomi kosong. Kamar mulai diisi oleh pegawai sirkuit sekitar Maret 2021 dengan biaya sewa Rp800 ribu per bulan. Saat WSBK, dua kamar Toni disewa dengan harga Rp300 ribu per malam.

"Lumayan, terisi dua kamar pas tiga hari kemarin," ucap Tomi yang mengelola penginapan bernama Homestay Robby.

Anom berharap ada bantuan dari pemerintah untuk pembiayaan pengusaha yang hendak membangun homestay. Ia berkata bantuan bisa berupa pinjaman modal untuk membangun penginapan.

Anom mencontohkan pinjaman ringan seperti yang dikucurkan BUMN PT Sarana Multigriya Finansial (SMF). Pinjaman ini diberikan untuk pengusaha penginapan di desa wisata yang hendak membangun atau merenovasi penginapan.

Pinjaman yang diberikan memiliki plafon hingga Rp150 juta dengan bunga datar 3 persen. Tenor cicilan diberikan hingga 10 tahun sesuai kebutuhan masyarakat. SMF pun memberi relaksasi 1 tahun terakhir untuk pembebasan biaya cicilan karena dampak pandemi Covid-19.

Hingga saat ini, ada 11 desa wisata yang telah menerima bantuan dana. Dua desa wisata di sekitar Mandalika, Kuta dan Merta, telah menerima total Rp811 juta. Uang itu diterima oleh 7 homestay di Kuta dan 4 homestay di Mertak.

"Kami apresiasi program SMF. Ini inspirasi masyarakat yang belum ada homestay. Ketika mereka lihat banyak tamu, mereka akan berpikir menjadikan rumahnya homestay," tutur Anom