Riau Berpotensi Jadi Daerah Penghasil Madu Kualitas Tinggi, Ini Yang Harus Dilakukan

Sabtu, 02 Oktober 2021

Pimred Riautribune bersama Mas Erwin dan Maal Abrar

PEKANBARU, Riautribun.com - Hamparan hutan Akasia yang terbentang luas di Riau ternyata memiliki potensi ekonomi lain yang sangat menjanjikan. Tidak hanya sekadar memanfaatkan kayunya untuk menjadi bahan baku pembuatan bubur kertas, kawasan hutan Akasia ini menjadi tempat yang baik untuk peternakan lebah madu.

Demikian disampaikan aktivis muda Riau, Ma'al Abrar yang sejak beberapa tahun terakhir mendampingi petani budi daya lebah madu di Kabupaten Siak saat berkunjung ke Kantor Riautribune.com, Jumat (1/10/2021). Ma'al Abrar datang bersama Erwin, seorang pakar lebah madu dari Jawa Tengah dan Ketua Forum Pimred, Rahmat Handayani.

Dijelaskan Abrar dirinya sengaja mengundang Erwin datang ke Siak untuk berbagi pengalaman tentang bagaimana teknik memelihara lebah madu yang baik.

"Saya melihat Riau berpotensi menjadi sentra penghasil madu terbesar di Indonesia. Pasalnya di Riau banyak hutan Akasia yang cocok menjadi habitat koloni lebah madu. Dan berdasarkan penelitian, madu yang dihasilkan lebah yang sumber pangannya dari kebun Akasia kualitasnya sangat baik," jelas Ma'al Abrar.

Namun sayangnya, tambah Abrar, pengalaman para petani budi daya lebah madu di Riau masih belum begitu mumpuni, sehingga sering terjadi kendala dalam memaksimalkan produksi. "Karena itu lah saya berinisiatif mengundang Mas Erwin ini untuk berbagi ilmu dan pengalaman," katanya.

Senada dengan Abrar, Erwin juga menyebutkan potensi Riau menjadi sentra penghasil madu sangat besar karena memiliki hamparan hutan Akasia. "Tinggal bagaimana para petani memaksimalkan teknik budi daya lebah madu yang benar, maka hasilnya akan melimpah," ujarnya.

Dari pengamatannya selama beberapa hari berkeliling di kawasan budi daya lebah madu di Siak, ia melihat masih ada beberapa kekurangan dalam budi daya lebah madu yang dilakukan petani, terutama dalam perlakuan terhadap koloni lebah yang berada dalam kotak-kotak.

"Lebah itu itu kan makhluk hidup juga, jadi memperlakukannya harus penuh kasih sayang. Terutama dalam hal memperlakukan ratu lebah, harus lebih hati-hati. Ratu lebah merupakan pusat kendali bagi koloni lebah, kalau ratunya stress, lebah pekerja tidak akan bekerja maksimal. Akhirnya produksi madu juga berkurang," jelasnya.

Erwin juga menyarankan agar di Riau perlu didirikan pusat penelitian dan pengembangan lebah madu agar ke depannya produksi bisa makin maksimal. "Misalnya bagaimana ke depan Riau bisa melakukan breeding queen, atau memproduksi ratu lebah unggul. Tidak seperti sekarang, para petani umumnya mendatangkan bibit dan ratu lebah dari Jawa. Ke depannya sudah harus bisa mengembangkan sendiri di sini," harapnya.

Sementara itu, Ketua Forum Pimred Riau, Rahmat Handayani menyampaikan, dirinya mendukung agar Riau ke depannya dapat menjadi daerah penghasil madu terbesar di Indonesia. "Hal ini tentu perlu kolaborasi semua pihak. Perusahaan yang bergerak di sektor HTI, pemerintah daerah, akademisi atau kampus serta didukung kawan-kawan media, harus bersama-sama mewujudkan harapan ini. Potensi ekonominya sangat besar, apalagi Riau berbatasan dengan sejumlah negara tetangga," ujarnya.***