Peran Perpustakaan Sekolah Dalam Meningkatkan Indeks Kegemaran Membaca dan Pembangunan Literasi

Kamis, 16 September 2021

Kamalasia Rio Nita

Oleh : Dra. Hj. Kamala Sia Rio Nita, M.Pd 

Perpustakaan selalu dinyatakan sebagai gudang ilmu, benarkah perpustakaan sebagai gudang ilmu? Bagaimana kalau kita katakan perpustakaan sebagai lembaga/tempat penyedia ilmu pengetahuan yang berisi buku-buku, sebagai sumber belajar dan informasi  yang mempunyai peranan signifikan terhadap lembaga induk serta masyarakat penggunanya. Demikian halnya di dalam lingkungan pendidikan seperti sekolah. Perpustakaan  sekolah merupakan pusat sumber ilmu pengetahuan dan informasi yang berada di sekolah, baik di tingkat dasar maupun menengah. 

Berperankah perpustakaan sekolah dalam meningkatkan indeks kegemaran membaca dan indeks pembangunan literasi masyarakat kota Pekanbaru? Jika pertanyaan ini dimunculkan tentu saja kita berharap  perpustakaan sekolah harus dapat memainkan perannya sebagai pusat informasi dan kegiatan berliterasi. Perpustakaan sekolah dapat menjadi salah satu indikator keberhasilan dalam mencapai indeks kegemaran membaca dan indeks pembangunan literasi masyarakat kota Pekanbaru.

Untuk tujuan tersebut, perpustakaan sekolah perlu merealisasikan misi dan kebijakannya untuk mendukung program literasi pemerintah guna memajukan masyarakat kota Pekanbaru. Sekolah perlu mempersiapkan bahan bacaan yang beragam dan menarik peserta didik. Sarana dan prasarana perpustakaan sekolah dapat memfasilitasi pemustaka untuk membaca dengan menyediakan  suasana yang nyaman di perpustakaan tersebut.

Peran pejabat publik yang dijadikan model sebagai penggiat literasi juga dianggap penting untuk menyukseskan kegiatan literasi ini. Peran warga sekolah,  orang tua murid  dan masyarakat sangat melekat untuk mencapai target   tercapainya indeks kegemaran membaca dan indeks pembangunan literasi masyarakat kota Pekanbaru.

Kegiatan Literasi yang mendongkrak indeks  tersebut tidak terlepas dari perhatian pemerintah kota, baik pejabat publik maupun masyarakat dan pemerhati kegiatan literasi. Untuk meningkatkan minat baca kota Pekanbaru perlu dimaksimalkan peran perpustakaan sekolah yang mampu membentuk iklim membaca bagi pesertadidik yang merupakan cikal bakal duta literasi di lingkungan tempat tinggalnya. Kegiatan literasi di sekolah perlu komitmen kepala sekolah dan guru dalam rangka menggali potensi peserta didik untuk memahami bahan bacaan, serta mengerti maksud dari sebuah informasi dan ilmu pengetahuan.

Perpustakaan sekolah sebagai wadah sumber ilmu pengetahuan dan informasi harus diwujudkan secara efektif dan efisien. Masyarakat sekolah  mulai dari pihak manajemen sekolah, guru, siswa, pihak orang tua, dan segenap warga sekolah yang lain harus menjadi cerdas dengan adanya perpustakaan sekolah. Peserta didik dan warga sekolah sebagai obyek  pembelajaran dan pengajaran, harus dikenalkan betapa pentingnya manfaat dari perpustakaan sekolah. 

Warga sekolah yang sadar dengan kehadiran perpustakaan akan mewujudkan masyarakat yang gemar membaca/reading society sehingga indeks kegemaran membaca dan indeks pembangunan literasi masyarakat akan tercapai dengan baik. Sungguh ironis ketika kita mengamati hasil dari sebuah penelitian yang menunjukkan dari 50 sekolah yang diteliti, ternyata 8 sekolah diantaranya tidak mempunyai perpustakaan (disperpusarsip.banglikab.go.id.-2013 ). Bagaimana akan meningkatkan indeks baca, apalagi mengharapkan  siswa dapat menghasilkan karya dan mengukir prestasi jika di sekolahnya tidak tersedia perpustakaan yang layak sebagai sumber ilmu pengetahuan.

Menggalakkan hobi membaca di kalangan pesertadidik diperlukan perpustakaan sekolah sebagai wadah yang  paling tepat untuk mengetahui indeks kegemaran membaca siswa. Perpustakan sekolah dapat dijadikan tempat berkumpul dengan kegiatan membaca yang nyaman dan menyenangkan. Kegemaran membaca yang sudah berbudaya di kalangan siswa, harus diimbangi perpustakaan sekolah yang atraktif yaitu dengan menyediakan koleksi yang bermutu dan bervariasi. Bukankah untuk menyediakan perpustakaan yang nyaman dengan koleksi yang lengkap sudah tercantum di peraturan menteri pendidikan dalam  penggunaan anggaran Biaya Operasional Sekolah? Bukankah idealnya 5 % anggaran BOS untuk pengembangan perpustakaan?

Dengan uraian di atas, maka kita optimis  indeks kegemaran membaca dan indeks pembangunan literasi masyarakat kota Pekanbaru akan tercapai andai semua lapisan masyarakat baik pejabat publik di kota ini, maupun penggiat literasi di sekolah bergerak serempak untuk menggelorakan semangat dan hobi membaca di kalangan lingkungan tempat tingal. Bukan hanya sekedar slogan di sudut sekolah, atau sekedar pelepas tanya pada saat akreditasi sekolah dan bukan hanya sekedar pemanis disetiap pembicaraan dalam mencerdaskan anak bangsa. 

 

*Penulis merupakan ASN di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Pekanbaru.