Kisah Mengharukan Leani Ratri Oktila, Sang Ratu Parabadminton Dari Riau

Selasa, 07 September 2021

Foto : Kompas

Pekanbaru, RiauTribune.com - Mengalami kecelakaan di usia 21 tahun  ini sehingga membuatnya patah kaki dan tangan kiri, tak membuat Leani Ratri Oktila patah semangat. Ia berhasil mengharumkan nama Indonesia di pentas internasional, hal yang hanya dapat dilakukan oleh sedikit orang dan butuh perjuangan yang melelahkan.

Leani Ratri Oktila melambungkan nama Indonesia di pentas Paralimpiade Tokyo 2020, pertarungan tertinggi para atlet penyandang disabilitas (parasports).

Ratri berhasil menyabet tiga medali cabang bulutangkis di kejuaraan itu - dua medali emas dari ganda campuran dan ganda putri serta satu medali perak dari tunggal putri.

Pada kategori ganda campuran SL3-SU5, Leani dan Hary Susanto mendapatkan medali emas setelah mengalahkan pasangan Lucaz Mazur/Faustine Noel dari Prancis dalam dua set.

Sebelumnya, Leani bersama Khalimatus Sadiyah meraih medali emas dengan mengalahkan pasangan China di ganda putri SL3-SU5.

Dan pada nomor tunggal putri SL4, Leani meraih medali perak usai kalah dari Cheng Hefang asal China di final.

Prestasi gemilang yang diraih Leani menobatkan perempuan berusia 30 tahun itu tak hanya menjadi atlet parabadminton terbaik Indonesia, tetapi juga yang terbaik di dunia dalam kategori tunggal putri.

Di ajang Paralimpiade Tokyo 2020 ini , Leani merupakan pemegang rangking nomor 1 dunia di 3 nomor (WS, WD, XD).

Ia merupakan satu-satunya atlet Indonesia yang meraih dua medali emas sekaligus plus 1 perak, sehingga dijuluki "Ratu Parabadminton di Paralimpiade 2020" - tulis situs resmi Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora).

Leani Ratri Oktila bercerita, mulai menekuni olahraga badminton sejak berusia tujuh tahun.

"Saya dilatih oleh papa sendiri, dan ketika SMA saya mulai berlatih di klub, salah satunya adalah Klub Angkasa Riau," kenang Leani.

Namun, pada tahun 2011, Leani mengalami kecelakaan yang menyebabkan patah kaki dan tangan kirinya. Kaki kirinya tujuh sentimeter lebih pendek dari kaki kanan. Namun kecelakaan itu tidak menghambat cintanya pada badminton.

"Puji Tuhan saya tidak terpuruk atau menyerah karena saya tidak kehilangan anggota tubuh seperti teman-teman yang lain. Ketika saya kecelakaan pun, support dari keluarga, teman-teman dan orang sekitar pun luar biasa. Jadi saya tidak pernah merasa harus bangkit di saat itu.. Saya ingin cepat sembuh karena melihat saya terbaring patah kaki dan tangan itu adalah kesedihan terbesar untuk orang tua dan keluarga," kenang Leani.

Keluar dari rumah sakit, Leani terus berlatih tanpa henti di tengah hambatan fisik. Dua tahun kemudian, dia bergabung dengan timnas para-bulutangkis, dalam NPC Indonesia (National Paralympic Committee Indonesia).

Leani Ratri lahir di Dusun Karya Nyata, Desa Siabu, Kecamatan Salo, Kabupaten Kampar, Riau pada tanggal 6 Mei 1991.

Selain menjadi atlet para-bulutangkis, saat ini, Leani tengah menyelesaikan master di Universitas Veteran Bangun Nusantara di Sukoharjo.

Leani Ratri dianugerahi gelar atlet parabadminton putri terbaik dari Federasi Badminton Dunia (BWF) dua tahun berturut-turut 2018-2019.