Potret Badut Jalanan di Kota Pekanbaru, Mengais Rezeki Lewat Kostum

Jumat, 03 September 2021

Badut jalanan beraksi di sudut kota

PEKANBARU, Riautribune.com - Atraksi badut jalanan memang sering kali di jumpai di beberapa lampu merah. Biasanya para badut tersebut mencoba menghibur orang untuk bisa mendapatkan uang.

Namun di balik keriangannya, ada duka tersembunyi dalam kostum badut jalanan. Mereka harus tetap kuat demi bisa menyambung nyawa keluarga.  Dengan keringat bercucuran dan napas yang tersengal-sengal karena mulai dari kepala hingga ujung kaki tertutup dengan kostum, badut jalanan ini berjibaku di bawah teriknya matahari dan udara berpolusi.

Lengkap dengan kaleng yang sudah disiapkannya, Murni (38), dengan kostum yang lumayan berat, menghampiri tiap kendaraan yang sudah mengantre di lampu lalu lintas, berharap mendapatkan uang berapapun jumlahnya.

Sekitar tiga menit berkeliling, ia mengharap uang dari tiap pengendara. Kadang ada yang memberinya Rp. 2.000 - Rp. 5.000, bahkan tak jarang hanya lambaian tangan dan banyak yang tak memberi respons dengan kaca tertutup.

"Yang sedih itu kalau ga dihirauin, bang. Mending ditolak, dikasih kode gitu tapi kalau mereka diam aja, kami jadi bingung. Ada juga yang ngasih tapi dengan pandangan hina dan sinis. Sudah biasa. Saya harus ikhlas," aku Murni di sela kisahnya.

Murni dengan pakaian badutnya biasa mangkal di perempatan lampu merah Jalan Soekarno Hatta - Jl. Darma Bhakti (Sigunggung). Memang, para badut-badut jalanan lebih memilih lokasi lampu lalu lintas dengan durasi lampu merah yang lama. 

Sambil memutar musik dari sebuah tape recorder dan speaker portable mereka berjoget di depan antrean kendaraan yang menunggu lampu hijau. Pelakonnya juga banyak bocah-bocah di bawah umur.

Begitu lampu lalin menjadi warna hijau, kembali ia duduk, lalu membuka kostum boneka bagian kepala, untuk sekedar menghirup udara segar sambil menunggu lampu rambu berubah kembali berwarna merah.

Ia mengaku menjadi badut jalanan sudah dilakoninya sejak lima bulan terakhir, setelah diajak oleh teman-temannya, untuk menutupi kebutuhannya sehari-hari terlebih di masa pandemi Covid-19 ini. "Jadi badut ini karena diajak teman bang, lumayan bisa nambah uang belanja di rumah," kata ibu anak satu ini.

Ketika riautribune mencari tahu tentang pandangan keluarga, sambil menghela nafas Murni menjabarkan.

"Sebenarnya suami marah waktu awal-awal kemarin, apalagi anak harus dititip ke tetangga. Tapi kan kerjanya dia (suami) hanya pembantu tukang, berapa lah gaji pembantu tukang. Iya kalau ada borongan, keseringan sekarang ga kerja. Mau tak mau, istri juga harus pandai cari duit bang," katanya.

Sembari meneguk air minum yang ia bawa di dalam botol, Murni menjelaskan bahwa ia dan teman-temannya yang lain pernah sampai dikejar petugas penertiban kota dari dinas sosial.

"Kalau dikejar petugas, bukan hanya sekali dua kali lagi bang, sering malah. Tapi namanya cari duit, dari pada maling, kan mending jadi badut," ceritanya.

Dengan tergopoh-gopoh Murni meninggalkan riautribune di saat lampu kembali menyala dengan warna merah.***