Pilkada Mengembalikan Kedaulatan Yang Hilang.

Senin, 28 September 2020

PEKANBARU - riautribune : Kawal Pilkada serentak pada Rabu, 9 Desember 2020, yang di gelar di sebagian wilayah Republik Indonesia, mulai jabatan Gubernur, Walikota dan Bupati menjadi rebutan para politisi demi menjadi penguasa di daerahnya masing-masing. Pilkada tahun ini kembali menjadi momentum bagi masyarakat untuk memilih pemimpin terbaiknya yang memiliki keberpihakan kepada Rakyat. Gagalnya pemerintahan periode demi periode sebelumnya, seyogyanya menjadi pelajaran agar tidak terulang kembali.

 

Pelaksanaan Pilkada berintegritas ditentukan oleh masyarakat itu sendiri, sukseskan Pilkada secara bermartabat sehingga  akan terpilih Kepala Daerah  yang bisa membawa kesejahteraan bagi daerah dan rakyatnya. Pilkada adalah sebuah sarana, tetapi tujuan akhir adalah kesejahteraan masyarakat dan tegaknya keadilan. Jangan menjadi bagian dari  merusak negri dengan transaksi-transaksi yang merugikan masyarakat peserti menerima uang, sembako, souvenir bahkan peralatan ibadah. Hentikan menggadaikan nasib dengan nilai yang tak sebanding. Masyarakat harus memilih pemimpin yang berpihak kepada kepentingan rakyat, bukan kepentingan segelintir orang atau kelompok.

 

Pilihlah pemimpin yang mampu memetakan karakteristik persoalan yang dihadapi setiap daerah. Pemetaan ini nantinya mampu mewakili segala persoalan yang dihadapi masyarakat, seperti ekonomi, perdagangan rakyat, pendidikan, kesehatan, politik, birokrasi/administrasi rakyat, hukum, sosial budaya, dan ekologi. Terpenting lagi, sosok kepala daerah yang dipilih tidak hanya memiliki cita-cita politik saja, tetapi harus mampu merangkul beragam sektor, seperti agamawan, budayawan, perempuan, dan intelektual. Karena kekuasaan harus dibangun dalam kerangka menyelesaikan permasalahan bersama. Ini dibutuhkan seni atau kepiawaian kepala daerah dalam mendefenisikan sebuah program dan kebijakan yang nantinya dapat mengakomodir kepentingan masyarakat dari semua sector yang ada.

 

Oleh karenanya semangat dan pemahaman ini mesti terus ditumbuhkan. Karena satu suara turut menentukan masa depan Kita di daerah. Memilih pemimpin berarti menentukan denyut nadi seluruh instumen didaerah guna menjawab tantangan diwaktu mendatang. Dan pilihan itu ada ditangan kita sebagai rakyat, ditangan seluruh bangsa ini. Untuk memilih pemimpin yang amanah, kredibel dan aspiratif serta mampu memberikan perbaikan dan kemajuan bagi daerahnya di masa depan.

 

Masyarakat harus menyadari akan pentingnya Pemilu/Pilkada, tidak perlu apatis dan beranggapan bahwa pemilu tidak berpengaruh pada kehidupan. Yang jadi petani ya tetap jadi petani, yang jadi pedagang ya tetap jadi pedagang, yang jadi tukang pangkas tetap jadi tukang pangkas, penjahit tetap jadi penjahit. Pandangan tersebut tidak sepenuhnya benar.

 

Memang Pilkada tidak akan melahirkan tukang jahit yang akan menjelma menjadi direktur Perusahaan Daerah atau Nasional, tapi setidaknya akan menjadi pengusaha dan direktur untuk usahanya sendiri dengan memperluas pasar, menambah mesin-mesin jahit modern, menambah jumlah pekerja yang tentu menambah besarnya penghasilan. Usaha-usaha kerakyatan akan tumbuh subur yang akan mendapatkan bantuan permodalan, pemasaran, serta kemudahan-kemudahan lainnya bagi usaha-usaha yang di jalankan oleh masyarakat, Pemerintah Daerah akan berkontribusi dan berperan serta secara langsung. Hal ini dapat dilakukan oleh Kepala Daerah terpilih yang di dukung oleh rakyat, bukan justru yang di dukung oleh para cukong dan kekuasaan lainnya.

 

Aturan tentang usaha rakyat, perekonomian rakyat, perdagangan rakyat, pertanian, dan kebijakan lain mengenai seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara yang terkait hajat hidup masyarakat banyak ditentukan oleh kebijakan kekuasaan secara politik dan hukum, dan mereka hanya bisa dipilih melalui Pemilu/Pilkada. Oleh sebab itulah kita perlu memberikan pemahaman ini kepada seluruh masyarakat sebagai pemilih, dengan mensosialisasikan sosok calon dan program secara masif.

 

Pesta demokrasi seperti Pilkada, jangan dijadikan ajang cari makan dengan memperdagangkan suara, justru peristiwa inilah awal bencana yang menyebabkan terjadinya kemiskinan, ketidakadilan dan ketidakberpihakan pemimpin kepada rakyatnya. Pastikan pemimpin terpilih lahir dari tangan rakyat yang bersih dan bermartabat sehingga mampu mengimplementasikan otonomi daerah dan berhasil membawa kesejahteraan bagi rakyat di daerahnya.

 

Untuk itu terkait pengawasan pelaksanaan Pilkada tidak hanya menjadi tanggung jawab Pawaslu saja, akan tetapi menjadi tanggung jawab seluruh komponen masyarakat dalam mengawasi para calon peserta Pilkada, KPUD, termasuk melakukan pengawasan kepada Panwaslu. Berkomunikasilah dengan seluruh komponen terkait, guna menyepakati dan mewujudkan Pemilu yang luber (langsung, umum, bebas, dan rahasia) serta jurdil (jujur dan adil).

 

Rakyat yang menentukan pilihan, dari rakyat untuk rakyat. Tentukan pilihan mu sekarang, padukan kekuatan dan menangkan pilihan Mu. Selanjutnya nikmati kue kemenangan secara bersama dengan professional dan proporsional berdasarkan ketentuan peraturan yang berlaku. Selamat melaksanakan pesta demokrasi, semoga kemenangan dan kedaulatan kembali ketangan rakyat.(br)