Wawancara Guru Besar Bidang Sosiologi, Prof. Ashaluddin Jalil,MS

Jumat, 13 September 2019

Prof Ashaluddin Jalil,MS

Pekanbaru-riautribune: Fenomena kabut asap sudah mencapai punca, punca kegelisahaan seluruh masyarakat Riau, dan punca atas solusi yang tak kunjung ada. Melihat hal ini wartawan riautribune.com pun mencoba bertanya perihal pengalaman Rektor dua Priode Universitas Riau dalam melihat bencana asap yang selalu menimpa negeri lancang kuning ini

Bagaimana anda melihat Fenomena Bencana asap kali ini?

    Pandangan saya, hingga saat ini kita masih dalam persoalan yang sama, bahkan kian hari semakin parah.

Bukankah Beberapa tahun lalu, Universitas Riau dibawah Kepemimpinan Prof pernah mendeklarasikan Gerakkan?

Ya, saya masih ingat ketika itu, kami melakukan press confrens sikap, dalam suasana yang dikelilingi asap. Kami menyebutnya Satgas (Satuan tugas) STBa (solusi Tuntas Bebas asap). Saya bahkan pernah tegas menyatakan Satgas akan terus memberikan kontribusi sampai akhir bencana asap terselesaikan.

 Satgas ini berisikan para ahli untuk riset dan pengabdian masyarakat yang berkelanjutan dalam rangka pencegahan kebakaran di lahan gambut di Provinsi Riau. Ini adalah kegagalan pendekatan ekonomi, terutama pemanfaatan lahan gambut. Pembukaan kebun kelapa sawit yang tidak terkendali, menjadi penyebab yang membuat kondisi gambut Riau menjadi rentan terbakar. Itu spiritnya dulu, meskipun ketika saya habis jabatan, itu tak lagi terdengar. Tapi biarlah, itu dulu

   Kini, tergerak oleh rasa keprihatinan, saya ingin mengajak dan menyuaran gerakkan, ayo seluruh akademisi muda, diseluruh Universitas yang ada di Riau, UNRI, UIN, UIR, UMRI, UNILak, Sekolah Tinggi yang ada di Riau, berkumpul berdialog, dan memutuskan. Segera turun dengan format relawan, mendekati titik-titik kebakaran, ajak warga yang paham akan medan lokasi kebakaran itu. Bersama-sama kita turun melihat langsung, sekaligus mempelajari, bagaimana solusi kedepan agar bencana seperti ini tidak terjadi lagi. Jika secara fisik kita tidak mampu memadamkan, minimal diupakan mem- blokir perluasan api pada  lahan yang akan terbakar.

Pekerjaan ini memang tidak mudah, memerlukan keseriusan, tekad, agar bencana asap dapat diatasi,

   Kenapa akademisi Muda, Prof?

Mereka adalah anak-anak muda harapan Riau, kepedulian ini akan cukup memeras keringat, dan keseriusan, tetapi karena back ground mereka akademisi saya yakin, niat baik ini bisa terlaksana.

Setelah itu apa Prof?

    Ketika kelompok intelektual muda sudah terhimpun, kita akan dipecah mereka dalam beberapa group mengikuti kawasan. Dimana yang menjadi titik titik kebakaran lahan dan hutan. Gerakkan ini sekaligus melakukan kajian, bagi akademisi, agar tidak lagi terjadi kebakaran yang dasyat dimasa yang akan datangf. Oleh karena itu, dicari apa yang akan dilakukan saat sekarang, dan yang akan datang

   Bagaimana solusi tuntasnya?

Merangkul seluruh stake holder, yang terkena dampak, agar berembuk, dan mencari langkah cepat untuk menyelesaikan secepat mungkin. Melakukan aksi, bukan hanya sekedar ucapan. Saya pribadi sedih, lembaga perguruan tinggi ada, tetapi tidak ada aksi nyata. Dulu pernah ada mahasiswa UIR yang pernah melakukan memadamkan api di Kabupaten Pelalawan Salute kepada mahasiswa UIR itu, yang langsung berjibaku, pemadaman. Jadi tunggu apalagi, ayok bersama-sama kita turun. Kita aksi nyata.(realse)