Tiga Akademisi UR Ajarkan Warga Gunakan Fish Counter

Senin, 12 Agustus 2019

Dr.-Ing. Lazuardi Umar (FMIPA),Dr. Yanuar, M.Si (FMIPA) dan Prof. Ir. Syafriadiman, Ph.D (Faperika) berfoto dengan sejumlah masyarakat

PEKANBARU-riautribune: Petani ikan khususnya penjual benih ikan ternyata juga menghadapi masalah ketika mendapat order banyak, terutama hingga ribuan benih.    Guna mengefisiensikan pekerjaan ini, beberapa akademisi Universitas Riau yang tergabung dalam program pengabdian masyarakat akhirnya turun ke lapangan dengan memperkenalkan Produk Fish Counter. Demikian diungkapkan oleh akademisi Fisika UR Dr.-Ing. Lazuardi Umar (FMIPA), dan didampingi oleh  Dr. Yanuar, M.Si (FMIPA) dan Prof. Ir. Syafriadiman, Ph.D dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau baru-baru ini kepada Riautribune.com saat turun ke Desa Desa koto Masjid yang masuk dalam kecamatan XIII koto Kampar.


  "“Umumnya petani ikan menghitung benih mempergunakan tangan, ikan ditangkap dengan seser dan dihitung dengan tangguk. Ikan dihitung secara manual dan dipindahkan ke wadah untuk dimasukkan ke dalam plastik beroksigen dan siap diantar. Jika ada pembelian benih dalam jumlah banyak, maka tidak terlayani karena proses penghitungan benih secara manual memakan waktu yang lama sementara jumlah tenaga kerja yang kompeten dalam menghitung benih terbatas. Inilah yang kemudian, menjadi persoalan yang menurut kita perlu dicarikan, sebuah solusi cerdas dan efisien,"Ucap Dr.Lazuardi

  Nah kami, di Laboratorium Fisika Terapan, Jurusan Fisika telah mengembangkan solusi cerdas, dengan menerapkan teknologi sensor.  "Itulah kemudian hadir, alat Teknologi Fish Counter (FC). Teknologi ini diperkenalkan untuk penghitungan ikan secara cepat dan efisien dengan alat Penghitung Benih Ikan Patin Multi Slit Otomatis Berbasis IR-Sensor"Ucap Lazuardi
  Ketika ditanyai oleh Riautribune.com, bagaimana proses kerja alat yang diperkenalkan oleh tiga akademisi Universitas Riau ini.
  "Alat ini akan menghitung benih ikan (fish counter) berdasarkan prinsip sensor infra red (IR-Sensor) yang dapat mendeteksi gerakan ikan. Alat ini dikembangkan berdasarkan hasil penelitian terdahulu yaitu memanfaatkan prinsip “akuisisi multikanal” dan prinsip sensor IR , untuk mendeteksi “gerakan objek”. Untuk kebutuhan, pada alat terdapat celah counter (slit) sebanyak 4 celah dan dapat diperluas sampai dengan 16 kanal penghitungan. Pada tiap-tiap kanal, terdapat sepasang sensor infra red yang akan mendeteksi pergerakan benih ikan yang melewati kanal dan data hasil penghitungan diakusisi secara simultan dengan ADC yang terintegrasi rangkaian mikrokontroler Ardunino UNO. Jika dibandingkan dengan alat yang telah ada dipasaran, penghitung ikan ini memiliki dimensi yang sederhana, tampilan mempergunakan LED Display,"terangnya.

  Bukan hanya itu, dalam pelatihan, petani diajarkan untuk memandu memanfaatkan alat secara optimal karena sistem mikrokontroler yang terpasang mampu mengendalikan sistem buka tutup kanal ikan berdasarkan jumlah ikan yang telah diprogram terlebih dahulu sehingga memudahkan petani menyiapkan pesanan. "Pesan utama, Kanal buka tutup yang dibuat harus dirawat sehingga diharapkan ketekunan petani memperhatikan tiap bagian alat,"Ucapnya

  Kepada Riautribune.com dikatakannnya, bahwa program ini dalam rangka menjalankan amanah, Pengabdian Kepada Masyarakat melalui Program Kemitraan Masyarakat (PKM) yang didanai oleh: Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM) Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Tahun 2019

Kami tegaskan juga, Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan dua tahap. Yaitu demo penggunaan alat Fish Counter,Kedua, ceramah tentang pembibitan dan pembenih bibit ikan yang disampaikan oleh Prof. Syafriadiman membahas tentang rendahnya konsumsi ikan Indonesia sehingga berpotensi dipenuhi dari usaha perikanan di Desa Koto Mesjid.
 Dari pantauan Riautribune.com, kegiatan para akademisi Universitas Riau ini, mendapat sambutan luar biasa dari masyarakatdi Desa Koto Mesjid.

  "Ketika mereka mencoba alat Fish Counter ini, mereka merasakan dampaknya. Inilah bukti bahwa perguruan tinggi hadir ditengah-tengah persoalan masyarakat, menjawab secara ilmiah, dan bisa dimanfaatkan secara praktis,"Dr Lazuardi .(rls)