Ekonomi Petani Rohul Kian Terpuruk

Senin, 24 Juni 2019

ilustrasi internet

PASIR PANGARAIAN - Hingga saat ini, harga komoditi karet dan kelapa sawit petani semakin tak menentu, mengakibatkan ekonomi petani karet maupun kelapa sawit semakin terpuruk.

Anjloknya harga dua komoditi tersebut yang menjadi ekonomi petani di Rohul sudah terjadi sekitar tahun 2015 hingga saat ini. Malahan sejak beberapa bulan terakhir ini, harga dua komoditi masih jauh dari harapan para petani.

Seorang petani kelapa sawit di Km 6, Desa Sukamaju Kecamatan Rambah, Dedy mengaku, dua bulan terakhir ini harga jual kelapa sawit yang dibeli para tengkulak (toke) Rp700 per kgnya.

"Kondisi mengakibatkan ekonomi petani seperti kami menjadi sulit. Rata rata 500 kg per dua minggu hasilnya untuk se hektar, dan Kita hanya mendapatkan Rp350 ribu per hektar, itu belum termasuk upah panen yang harus dikeluarkan Rp200 sampai Rp300 per kgnya," jelas Dedy, Senin (24/6/2019).

Dedy berharap, pemerintah bisa menjamin harga kelapa sawit petani bisa lebih membaik, apalagi adanya program sawit untuk rakyat yang tengah digalakkan di Rohul saat ini, berharap kesejahteraan masyarakat bisa lebih terjamin.

"Karena untuk apa program sawit rakyat diterapkan bila harga tidak terjamin. Program dibuat seharusnya bisa tingkatkan perekonomian masyarakat, khususnya di Rohul ini," harap Dedy.

Selain petani kelapa sawit yang mengeluh, patani karet juga mengalami hal yang sama.Harga karet petani dalam dua bulan terakhir ini, rata rata di bawah Rp9000 per kgnya.

"Minggu kemarin, harga karet petani hanya Rp8000 per kgnya.Sementara penghasilan yang kita dapat, harus bagi 50 persen dengan yang menakik (pemotong). Bahkan bila kebunnya jauh dari kampung, dua bagi untuk pemilik tiga bagi untuk penyadap.Tetapi harus bagaimana lagi, itulah kondisi saat ini," ucap Anis petani karet di Desa Sialang Jaya, Kecamatan Rambah.

Dampak terpuruknya ekonomi petani di Rohul, juga dirasakan sejumlah pedagang.Karena kini daya beli masyarakat kini semakin menurun, terutama untuk membeli kebutuhan sandang seperti pakaian dan lainnya.

"Juga pemilik rumah makan di Rohul, kini mereka menyiasati dengan menurunkan harga jual mereka. Kalau biasanya beli nasi bungkus bisa Rp13.000 hingga Rp19.000 per kg, kini banyak pemilik rumah makan menjual serba Rp10000," kata Edi pedagang nasi di kawasan Pasir Pangaraian.

"Jelasnya sebagai petani, kita merasa sangat sulit sekali. Berharap ke Pemkab Rohul bisa carikan solusi, agar ekonomi masyarakat bisa membaik ke depannya," harap Dedy Dan Anis.(hrc)