Elmustian: Negara Tak Hadir Saat Kita Menderita

Kamis, 08 Oktober 2015

PEKANBARU-riautribune: Menanggapi keinginan Singapura untuk membantu bencana kabut asap yang melanda Riau khususnya, Sumatera dan Kalimantan umumnya, Budayawan Riau Drs. H. Elmustian Rahman, MA menyambut baik niat tersebut. Sebab, kata akademisi UR ini, selama lebih kurang dua bulan rakyat Riau terpapar karena musibah kabut asap, negara seperti tidak pernah hadir.

"Sudah banyak korban berjatuhan di Riau akibat bencana kabut ini. Hampir dua bulan sudah rakyat Riau "dipaksa" bernafas di tengah asap pekat. Negara tidak pernah hadir di saat rakyatnya menderita ini. Kita sudah tidak lagi senasib dan sepenanggungan. Bagaimana bisa kita mengatakan bahwa kita masih sebangsa dan senegara," ujar Elmustian.

Sebelumnya, Singapura dan Malaysia juga pernah menawarkan bantuan untuk mengatasi bencana kabut asap yang melanda Indonesia. Meski tawaran tersebut disambut baik Wapres Jusuf Kalla, namun Presiden Jokowi beserta kabinetnya menolak bantuan tersebut. Penolakan Presiden lebih disebabkan karena rasa malu dan menjaga marwah dan martabat bangsa Indonesia.

"Soal marwah dan martabat yang membuat Presiden Jokowi menolak bantuan negara tetangga, tak ada hubungannya dengan masyarakat Riau. Kita sudah tidak merasa senegara dan sebangsa lagi. Masak presiden dan kabinetnya lebih mementingkan marwah dan martabat bangsa dibandingkan dengan keselamatan rakyatnya. Di Riau ini ada enam juta lebih nyawa manusia yang terancam akibat asap," tegas kandidat doktor dari Malaysia ini.

Ditambahkan Elmustian, bagi rakyat Riau, katanya, sudah tidak perlu lagi pernyataan apa pun dari Indonesia. "Asalkan kita bisa bernafas kembali secara normal, aktivitas masyarakat berjalan seperti biasa, anak-anak kembali bisa sekolah, kita tidak peduli bantuannya datang dari mana. Kita maunya tindakan nyata. Ini kan soal hajat hidup orang banyak. Hak asasi yang mesti didapatkan umat manusia dimana pun berada," katanya. (ehm)