Pertalite Naik Diam-Diam

Rabu, 24 Januari 2018

Riautribune:Diam-diam ternyata Pertamina telah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite dari Rp7.900 menjadi Rp8000,- per liter. Bahkan diakui kenaikan BBM ini telah ditetapkan sejak 20 Januari 2018 lalu, dan Riau berada di harga tertinggi dari wilayah lainnya.

 

Menanggapi kenaikan BBM jenis pertalite ini, Ketua fraksi PKB DPRD Kota Pekanbaru, Zaidir Albaiza menilai kenaikan ini sangat tidak pantas dan jelas membuat masyarakat semakin sulit di tengah himpitan ekonomi yang morat marit saat ini. "Harusnya Pemerintah tidak menaikkannya (pertalite_red).

 

Kan Pemerintah bisa pantau situasi. Jangan malah menaikkan di tengah situasi yang lagi terpuruk, dan membuat masyarakat semakin terpuruk," tegas Zaidir ketika dikonfirmasi di kantor DPRD Pekanbaru, Selasa (23/1). Diakui Zaidir, ketika Pemerintah mulai membatasi dan menghilangkan BBM jenis Peremiun dan memindahkannya ke BBM jenis Pertalite, ketika sudah digunakan sebagian besar masyarakat, Pemerintah malah menaikkan. "Ini jelas menyulitkan masyarakat.

 

Semestinya Pemerintah bisa berpihak ke masyarakat di tengah ekonomi yang kian terpuruk saat ini," ungkap dia. Sementara itu, Ratna (23) warga Panam mengaku, kenaikan harga BBM jenis Pertalite baru dikatahui sejak keluar pemberitaan di sejumlah media massa. "Saya tidak menyangka Pemerintah menaikkan Pertalite. Jelas saja kenaikan Pertalite ini membuat kita semakin sulit. Gaji tidak seberapa minyak semakin naik. Kami minta Pemerintah bisa memberi perhatian dan memikirkan juga nasib kami, jangan hanya pandainya menyulitkan masyarakat saja," ungkapnya singkat.

 

Terpisah, Marketing Branch Manager Pertamina Sumbar-Riau, Pramono Wibowo menjelaskan, kenaikan harga pertalite tersebut memang tidak diumumkan ke masyarakat, karena Pertalite ini tidak ada subsidi dari Pemerintah, dan bisa dinaikkan oleh pihak Pertamina jika harga minyak dunia mengalami kenaikan yang cukup tinggi. "Jadi harga itu harus dilihat komponennya, selain Premium dan Solar. Kenaikan harga ini karena adanya kodisi naik turun harga minyak dunia, dan setiap minggu kami mengevaluasi harga minyak Pertalite, minggu lalu 7.900 rupiah, sekarang 8000 rupiah.

 

Naiknya hanya 100 rupiah, tapi karena menyentuh angka 8 (ribu_red) maka jadi besar dibaca, padahal hanya 100 rupiah yang naik," jelas Pramono, saat dihubungi, Selasa (23/1). Namun begitu, terang Pramono, harga pertalite ini bisa saja akan turun kembali dan bisa juga akan naik lagi, dengan persentase yang tidak begitu tinggi. Jika harga mintak dunia turun maka harga Pertalite juga akan ikut turun. "Tak selamanya akan naik, nanti juga akan turun kalau minyak dunia turun harganya. Ada mekanismenya dan akan dievaluasi terus setiap minggunya," kata Pramono.(rm)