Kanal

Saktioto: “Harus diikuti dengan Kualitas Akademik”

PEKANBARU - riautribune : Universitas Riau baru-baru ini mempublikasikan pretasi webrometrik,dimana UR berada pada posisi ke 8 Perguruan tinggi se Indonesia. Menyikapi hal ini Dosen yang juga peneliti terbaik UR Dr.Saktioto menuturkan hendaknya civitas UR tidak larut seketika dengan peringkat yang didasarkan halaman web hosting, yang tidak sepenuhnya menggambarkan kemampuan sebuah perguruan tinggi.

     “Kita bisa lihat di internet bagaimana kemudian webro melakukan penilaian, berdasarkan kriteria size, visibility, rich text, dan scholary, namun kali ini Webometrics menggunakan presence (20%), impact (50%), openness (15%), dan excellence (15%) sebagai kriteria penilaian. Yang sepenuhnya menggambarkan interaktif web portal yang kita miliki. Pertanyaan kita hari ini adalah, sudahkah kita memperhatikan indicator percepatan perguruan tinggi, sudahkah penelitian, pengajaran dan pengabdian terakomodir lebih baik secara sistemik, sehingga mengantarkan kita menjadi salah satu perguruan tinggi terbaik tingkat nasional?,”Ucap Saktioto Dosen FMIPA UR, yang pernah meraih predikat terbaik.

    Ditambahkan Saktioto, memang benar Webro digunakan oleh beberapa Universitas ternama untuk mempublis diri, namun demikian perlu diingat bahwa UR tidak harus membuktikan diri sama dengan perguruan tinggi tersebut, yang harusnya menjadi prioritas adalah kualitas akademik.

  “UR harus menjadi jati dirinya sendiri, untuk apa harus menjadi pengikut, yang akhirnya membuat kita larut dalam ceremonial. Harusnya kita tanya, berapa jumlah jurnal dosen kita yang terindeks scopos, berapa jumlah penelitian-penelitian dosen UR yang muncul di jurnal Internasional? Dan berapa banyak yang sudah dikutip oleh peneliti-peneliti lainnya, sehingga kita dikenal dalam kualitas ilmiah. Ini yang mestinya menjadi perhatian utama,”dituturkan Saktioto.

     Dari data UR saat ini jumlah dosen tercatat sebanyak 1029, dan hanya 148 dosen saya yang masuk dalam indeks scopus, bahkan dikatana saktioto harusnya kita tetap merujuk pada konteks dasar perguruan tinggi di Indonesia yakni merujuk pada Ristek Dikti sebagai lembaga yang berwenang menaunginya.

 “Kita juga miris dengan kondisi yang ada saat ini, bahwa kesadaran dosen untuk merekord penelitiannya dalam jurnal yang terakrediasi masih minim, dana penelitian yang ada banyak namun sepi peminat, jumlah doctor yang ada sudah cukup banyak, Cuma semangat untuk meneliti sesuai dengan visi misi Universitas masih belum maksimal,”Ucap Saktioto.

   Sementara itu dari data yang diperoleh Koran Riau, indicator Ristek Dikti dalam menilai sebuah lembaga yakni Dosen (12%), Kualitas dosen (18%), Akreditasi (30%), Kualitas kegiatan kemahasiswaan (10%), dan Kualitas kegiatan penelitian .nYAS

 

Ikuti Terus Riautribune

BERITA TERKAIT

BERITA TERPOPULER