Kanal

Gagasan PPIP Terhadap Sampah di Pekanbaru

PEKANBARU-riautribune : Sejumlah peneliti yang tergabung dalam Pusat Penelitian Industri dan Perkotaan (PPIP) Universitas Riau minggu serius membahas persoalan sampah yang saat ini terjadi di kota Pekanbaru. Dalam pemaparannya, moderator Dr.Syawal Syatibi menuturkan diskusi ini adalah upaya para peneliti untuk menuangkan gagasan, upaya dalam menuntaskan persoalan sampah yang terus menjadi momok dalam kehidupan masyarakat kota Pekanbaru.

Hadir sebagai nara sumber Dr.Ikhsan,MSc peneliti bidang teknik dan urban studies. Dalam penjelasannya Ihsan menuturkan bahwa sampah berdampak luas, pertama dari sisi tampilan menimbulkan bau, kemudian mengundang lalat sebagai makluk yang banyak membawa berbagai bibit penyakit terakhir barulah menyebarkan bibit penyakit, hal inilah yang nantinya berdampak luas terhadap kesehatan masyarakat.

“Secara volume saat ini diperkirakan Pekanbaru menghasilkan 500 m3 sampah per harinya. Awalnya pengakutan sampah ini dikelola oleh pihak rt,rw,kelurahan hingga kecamatan. Namun hari ini sistem itu berobah sejak pemko menerapkan project multi years terhadap pengentasan sampah, dimana waktu yang mendapatkan projectnya adalah PT MIG, hanya saja perjalanannya bisa kita saksikan hari ini. Namun demikian, yang harus kita telaah adalah sejauh mana kita melihat penanganan sampah, dan sejauh mana Pemerintah kota menyusun strategi penyelesaiannya,’ucap Dr Ihsan.

Beberapa pertanyaan sempat dilemparkan oleh para peneliti PPIP UR ini, pertama, sejauh mana sistem yang diterapkan oleh pemko ataupun operator dalam memisahkan sampah sebelum diangkut, seperti sampah organik dan sampah an organik, ataupun bagaimana dengan sampah-sampah dengan kemasana plastik.

Hal kedua, bagaimana efisiensi yang dilakukan dalam pengangkutan sampah, sehingga setiap harinya pengangkutan sampah ini bisa selesai. Ketiga, jika hari ini yang bermasalah adalah operator pengakut sampah, maka kedepan bisa jadi lokasi pembuangan yang bermasalah, artinya kedepan Pekanbaru

“Menjawab hal ini, maka yang diperlukan yakni perlunya kajian mendalam terhadap semua lini dalam persampahan tersebut. Pertama untuk proses pengakutan, merujuk pada pengelolaan sampah di Surabaya, Pemko sudah memiliki armada yakni truk comfektor, yakni truk yang berfungsi mengakut sampah dari bak-bak sampah yang ada di beberapa titik kota. Di dalam truk tersebut sampah, akan dipadatkan sehingga memiliki daya tampung yang besar, dengan syarat sampah organik dan anorganik sudah terpisah. Hal kedua, bak-bak sampah tadi sudah didesain dalam bentuk portabel dan praktis, sehingga antara truk comfektor tadi bisa langsung mengakut bak dan memindahkan sampah secara praktis, ini sekaligus menghemat waktu pengakutan,”ucap Doktor Ihsan.

Disini kata Ihsan, secara tersirat, bahwa sampah-sampah yang diangkut pihak konvektor terlebih dahulu sudah melalui proses penyaringan, dengan adanya bank sampah. “Bank-bank sampah yang ada di kelurahan, juga meminimalisir jumlah sampah yang harus diangkut ke Tempat pembuangan sampah akhir.

“Artinya sampah sebelum bertumpuk, ada juga beberapa itemnya yang masih bernilai ekonomi, melalui pemilahan ini, berkurang juga jumlah sampah yang diangkut oleh truck komfector tadi. Seperti contohnya, di Surabaya sebelum adanya pemilihan itu, setiap harinya jumlah sampah yang diangkut mencapai 2300 M3, sementara setelah ada proses ini jumlah sampah berkurang menjadi 1200 M3,”ucap Ihsan.(ehm)
    
 

Ikuti Terus Riautribune

BERITA TERKAIT

BERITA TERPOPULER