Kanal

Petani Sawit di Siak Lakukan Hal Ekstrem: Kami Sangat Lelah

SIAK, Riautribune.com - Petani sawit di Desa Kampung Tengah, Kecamatan Mempura, Kabupaten Siak, tak mampu menahan amarahnya, saat menyampaikan kekesalannya terhadap PT Duta Swakarya Indah (PT DSI) yang saat ini masih menguasai lahan sawitnya.

Petani itu bernama Arkadius alias pak Ar. Pria berusia 58 tahun itu bersama belasan petani lainnya menyampaikan keluh kesah dan kekesalan mereka saat di temui awak media di kebun kelapa sawit yang sedang bersengketa dengan PT DSi itu.

Tak tanggung-tanggung, sebuah bohlam dan sebilah parang panjang pun dihujam ke kepala dan badan pak Ar saat dirinya menceritakan perjuangan masyarakat dari menanam karet dan pinang hingga di kuasai oleh PT DSI.

"Kami sangat lelah, kami sangat kesal, bertahun-tahun kami dijajah, jauh sebelum PT DSI itu ada, kami sudah bertanam di lahan ini, bahkan alas hak berupa surat yang kami miliki pun seakan tak berguna, hingga kini mereka (PT DSI) masih menguasai lahan kami," ucapnya dengan suara yang menggelegar saat ditemui awak media di kebun sawit miliknya Jum'at 9 Desember 2022 siang.

Arkadius yang didampingi oleh belasan petani lainnya itu juga meminta perhatian Presiden RI, Kepala Kepolisian, Gubernur Riau hingga Bupati Siak untuk membantu masyarakat menyelesaikan konflik berkepanjangan dengan PT DSI.

Dengan tegas dikatakannya, dirinya sebagai kader Partai Gerindra dan meminta Ketua Umum Prabowo Subianto untuk menyampaikan permasalahan yang dialami masyarakat itu ke Presiden Joko Widodo. 

"Saya mohon Bapak Prabowo bangunkan dan suruh Pak Jokowi, Pak Kapolri, Pak Kapolda. Untuk segera tuntaskan masalah ini pak, hitam putihkan masalah PT DSI ini pak. Ini bapak tahu ini pak?" teriak Arkadius sembari mengambil bohlam di tas pinggang yang dibawanya dan membenturkan bola lampu itu ke kepalanya. lalu memakan serpihannya. 

Tak berhenti disitu, dengan raut wajah yang penuh dengan amarah, ia kunyah bohlam tersebut hingga tampak keluar darah dari mulutnya dan kemudian Ia menggorok badannya dengan parang tanpa tergores sedikitpun.

"Setapak pun kami tak kan mundur, kami akan terus perjuangkan hak kami ini pak, hingga titik darah penghabisan, kami ini semuanya bersaudara, semua warga yang lahannya bermasalah dengan PT DSI itu baik  itu di Dayun, Sengkemang dan di sungai tengah ini adalah saudara kami, jika satu terusik kami semua juga pasti merasa terusik," tegasnya sembari mengunyah pecahan bohlam yang ia makan itu.

Seketika itu, seorang warga bernama Asul, yang berada di samping Arkadius berupaya menenangkan. Dia berupaya menghentikan aksi Arkadius yang dinilai dapat membahayakan dirinya. 

"Sudah Panglimo, sudah Panglimo, sabar, sabar," ucap Asul sembari merangkul Arkadius. Hal yang sama juga dilakukan puluhan petani lainnya yang berada di dekat Arkadius yang tampak terbakar amarah.

Arkadius juga menegaskan akan membawa ratusan massa untuk menghadang upaya eksekusi lahan tersebut.

“Saya tidak bicara tentang PT Karya Dayun, yang saya kenal adalah lahan 1.300 Ha itu punya masyarakat yang memegang sertifikat. Jika itu yang akan dieksekusi kami ikut turun membela pemilik lahan, karena itu persaudaraan kami,” kata Arkadius.

Dalam kesempatan itu, juga terlihat tokoh masyarakat Sungai Tengah Ujang Jaya Mesra yang juga merupakan peran i yang lahannya bersengketa dengan PT DSI. Dirinya menyebutkan bahwa, masyarakat sudah berpuluh-puluh tahun, jauh sebelum Kabupaten Siak dimekarkan dari Kabupaten Bengkalis, menggarap lahan yang berada di kecamatan Mempura itu, . 

"Saat PT DSI ini masuk, seenaknya saja mereka langsung menguasai lahan kami. Bahkan, saat masyarakat memanen kelapa sawit yang ditanam sendiri, malahan dilaporkan ke pihak berwajib. Inikan sudah keterlaluan," sebutnya.

Tokoh Masyarakat Mempura itu juga menyebutkan, ada sekitar 80 kepala keluarga yang mempunyai lahan dengan total luas 191 hektar, bermasalah dengan PT DSI. Sementara masyarakat mengaku punya alas hak atas tanah tersebut baik itu surat keterangan ganti rugi hingga sertifikat hak milik. 

"Kami mengimbau kepada Pemkab Siak
agar bisa menyelesaikan masalah masyarakat yang sudah berlarut-larut dan tak ada titik temunya ini. Gubernur Riau yang juga pernah menjabat Bupati Siak agar dapat membantu, karena dengan adanya permasalahan ini beban masyarakat semakin terganggu. Kemana lagi masyarakat harus mengadu," ujarnya. 

Selain itu, petani lainnya bernama Said juga menceritakan kisahnya yang menggarap lahan miliknya seluas 4 Ha di kampung Tengah, Kecamatan Mempura. Ia menanami lahan tersebut dengan tanaman karet. Namun ketika tanaman karetnya sudah tumbuh subur, malah digarap oleh  PT DSI.

“Jadi saya kaget karena alasannya masuk izin mereka, padahal saya punya surat tanah. Karena perjuangan bersama makanya saya bisa menguasai lahan saya kembali dan itupun harus dijaga terus, rentan untuk diambilnya lagi,” ujarnya.

Tidak hanya itu, ia juga mengatakan kalau mereka semua pernah dilaporkan ke Polda Riau sebanyak 12 orang petani yang berada di kampung Tengah.

“Tuduhannya kami mencuri buah sawit Pak, kami dianggap mencuri sawit yang kami tanam sendiri di tanah kami sendiri, ini bagaimana ni Pak, orang kayak begini kok dilindungi negara Pak,” katanya.

Dalam kesempatan itu, Para petani tersebut menunjukkan adanya kebun kelapa sawit yang tumbuhi tanaman karet, yang menjadi bukti adanya tumpang tindih tanaman di lahan kawasan izin  PT DSI yang juga milik masyarakat.

Para petani tersebut juga mengatakan akan ikut turun menolak constatering dan eksekusi lahan 1.300 Ha di kampung Dayun yang dikabarkan akan dilakukan pada Senin 12 Desember 2022 mendatang.

Sementara itu, hingga berita ini diterbitkan, pihak Humas PT DSI, Asun ketika dikonfirmasi awak media melalui telepon selulernya terkait persoalan ini tidak bisa dihubungi. (Rizal Iqbal)

Ikuti Terus Riautribune

BERITA TERKAIT

BERITA TERPOPULER