Kanal

PHR Bawa Marwah Riau di Kancah Nasional

Oleh : Angel Sianturi, Mahawasiswa Unilak 

 

BARU menginjak usia satu tahun sejak alih kelola, Pertamina Hulu Rokan (PHR) tuai banyak pujian. Di usia sebelia ini PHR mampu mencapai target produksi sebesar 161.000 barel per hari dan terus lakukan peningkatan hingga mencapai 166.000 barel per hari. 

Informasi membanggakan ini saya ketahui setelah mengikuti kegiatan Field Trip mahasiswa se-Riau pada kegiatan PHR Goes To Campus di Wilayah Kerja Rokan Minas, Pekanbaru Kamis, (08/09/2022) lalu. Lewat ajang field trip ini pula saya mengetahui sejarah panjang pengelolaan minyak di Riau.

Manager Tim Area A-34 PHR Endang A.D Nasution mengatakan sejarah ditemukannya Sumur Pertama ini berawal sejak datangnya perusahaan Belanda Royal Dutch Petroleum ke wilayah sumatera bagian selatan dan utara sekitar tahun 1920-an. Tidak berfokus mencari sumber minyak saja, Belanda juga sekaligus membangun bandar udara di daerah Marpoyan. “Mereka belum tertarik untuk ke Sumatera Tengah ini, padahal kan teman-teman tahu akhirnya di sinilah (Minas) sumber minyak terbanyak di Indonesia yang ada,” kata Endang.

Nama Minas sendiri diambil dari singkatan Minyak Nasional, dimana lokasi operasional penambangan minyak bumi pertama kali di wilayah Sumatera yang kemudian diolah dan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Di sinilah berdiri pompa angguk pertama yang sudah tidak beroperasi lagi dengan nama 6D-55 sebagai Monumen Sejarah Migas di Riau.

Namun Belanda tidak serius dalam pencariannya dan dilanjut dengan kedatangan seorang ahli batuan (Geolog)_asal Amerika bernama Richard H Hopper tahun 1924 ke daerah Palas. “Dia baru dapet gitu loh, seperti patahan disini,” jelasnya.

Tapi yang ditemukan hanya di Lirik (selatan) dan Sebanga (utara). Penelitian

berlanjut sampai Hopper menghilang pada Perang Dunia II. Hingga datanglah tenaga ahli batuan bernama Toru Oki, CEO perusahaan Japan Petroleum Exploration Company (JAPEX) dan menemukan keberadaan minyak bumi di Minas (Tengah). “Jadi sebenarnya digagas oleh Belanda, dieksplorasi awal oleh Amerika namun ditemukan oleh Jepang. Dan jenis minyak yang dihasilkan itu Heavy oil (minyak berat) dan Light oil (minyak ringan),” ungkap Endang.

Disebutkan oleh Endang bahwa luas reservoir (batuan tempat minyak berada) di dalam perut bumi pada sumur pertama ini 28x10 KM, volume sebesar 9M barel per hari, dan produksi kumulatif sampai saat ini 4,8M barel per hari, serta produksi dari Minas sendiri mencapai 30.000 barel per hari. Sekitar 850 sumur minyak dan sumur injeksi (suntikan air sekitar 5 juta barel per hari untuk mendorong minyak naik) yang masih aktif, sedangkan 150 sumur lainnya sedang dalam masa remute dan perbaikan dengan total 1.000 sumur. Keadaan ini merupakan salah satu faktor

pendukung nama Riau asri di tingkat nasional bahkan internasional.  “Patut dibanggakan, ini yang terbesar di Asia Tenggara”, jelasnya. 

Dia menambahkan sumur produksi pertama inilah yang menjadi monumen sejarah perkembangan migas di Riau, kala itu masih dibawah naungan Chevron.

Wilayah Kerja Rokan memiliki lahan yang sangat luas dan fasilitas yang lengkap dengan daerah operasional di Minas, Duri, Bangko, Petapahan, Libo dan Dumai. Yakni tersedia kantor utama, Lab Biologi, DIC, office fire emergency respon, perumahan pegawai beserta fasilitasnya yang ada di Rumbai dan Duri, terminal bis, pengisiaan bbm pribadi, terminal bis, lapangan untuk berbagai cabang olahraga dan masih banyak lainnya. 

Hal ini disampaikan oleh Senior Analyst Media dan Communication PHR, Yulia Rintawati dalam perjalanan menuju Lab Geology Club. Sambutan hangat dari tim Lab Geology Club Irfan dan Rendra dapat dirasakan rombongan dengan pemaparan proses analisis batuan letak minyak di dalam bumi dan pengeboran untuk mengambil core sample. 

Core sample (batuan inti sebagai contoh) ini diambil dari bagian perut bumi yang disebut reservoir yang terbagi tiga jenis yaitu Basement (lapisan paling bawah), Lowred (berwarna kemerahan), dan Brownshell (lapisan diatas lowred). Core Sample yang diambil akan dianalisis dan dilaporkan hasilnya dan kemudian disimpan kembali di Core Box dalam storage. “Storage ini merupakan tempat menyimpan core sample yang sudah di packing dan sudah lebih dari 10.000 core box dengan bentuk yang berbeda yang ada di Lab Geology Club Rumbai ini, diantaranya core cutting, core plat dan set wall core,” tutur Irfan.

“Di lab ini masih menyimpan core sample dan data tahun 70-an sejak awal pengeboran bahkan ada juga data dari Kalimantan dan beberapa daerah Indonesoia Timur,” tambah Irfan. 

Sementara itu, Rendra mengatakan, pada permukaan core sample terlihat motif kerang yakni fosil yang sudah tertimbun menjadi batuan dengan proses yang sangat lama lebih dari jutaan tahun.

Ditemui rombongan PHR Goes to Campus di kantor DIC (Digital Innovation Center), Executive Vice President Upstream Business Fery Sri Wibowo mengatakan jika ingin menjadi bagian dari PHR maka harus punya mimpi dan belajar dengan baik sesuai bidang yang diminati agar bisa bergabung di industri yang menjanjikan ini.

“Di samping itu, Rokan ini nomor dua sebagi produsen oil di Indonesia,” kata Fery. Harapannya semoga PHR Riau bisa menyalip urutan pertama di Indonesia tentunya dengan dukungan semua pihak dan keadaan yang kondusif.

Dalam warroom DIC ini, Vice President Corporate Affairs PHR, Sukamto Tamrin, menjelaskan tentang sistem yang digunakan untuk mengontrol dan memonitor seluruh operasional lewat CCTV Live Streaming. Setiap pekerjaan yang dilakukan akan terlihat dari layar monitor. “Rencananya tahun ini akan dilakukan pengeboran sebanyak 400-500 sumur,” kata Sukamto.

Dari banyaknya pengeboran sumur minyak yang sudah dilakukan dapat diketahui bahwa usaha dan biaya yang sangat besar dibutuhkan pada operasi ini. Proses yang panjang juga akan dilewati mulai dari penemuan titik reservoir yang akan dipompa dengan menggunakan injeksi air untuk mendorong minyak naik keatas menuju wash tank yang kemudian dipisahkan air, minyak dan gasnya lalu dikirim melalui shipping pump ke Dumai agar minyaknya diolah menjadi bahan bakar.

Airnya akan digunakan untuk pompa injeksi lagi dan gasnya dikirim ke gas pump yang akan menghasilkan gas sebagai bahan bakar gas turbin untuk pembangkit listrik internal PHR. Penjelasan ini dipaparkan oleh salah satu petugas di Gathering Station 1 (GS-1) Minas, Oktomi Suryana.

Gathering station artinya stasiun pengumpul dimana GS-1 Minas menjadi yang terbesar diantara lima GS lainnya, sebut Harnari Daniel selaku Supervisor GS-1 Minas. Semua sumur yang dipompa dari WK Rokan akan dikumpullkan di GS untuk mengoptimalkan produksi di lapangan.

“Namun demikian kebutuhan bahan bakar minyak dalam negeri masih belum seimbang dengan jumlah produksi kita saat ini,” tutur Fery. Sukamto menjelaskan bahwa produksi dalam negeri kita berkisar antara 600-650 ribu barel per hari, sedangkan konsumsi dalam negeri kita mencapai 1,2 juta barel per hari. Kondisi ini memaksa negeri kita untuk impor bahan bakar dari luar negeri dan

mengakibatkan melonjaknya harga BBM saat ini. Satu-satunya cara untuk menekan tingginya tingkat konsumsi bahan bakar kita yaitu dengan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan bijaklah dalam menggunakan BBM.***

*** Tulisan ini merupakan karya yang diikutsertakan dalam Lomba Karya Tulis antar kampus dalam kegiatan PHR Goes to Campus
Ikuti Terus Riautribune

BERITA TERKAIT

BERITA TERPOPULER