Kanal

Boudah, Tradisi Kesenian Adat Negeri Seribu Suluk yang Syarat Pujian kepada Rasulullah

Rokan Hulu - Salah satu tradisi kesenian di Kabupaten Rokan Hulu, Boudah, kini mulai terkikis oleh perkembangan jaman. Kesenian adat bourdah yang syarat dengan nuansa Islam tersebut,  merupakan bentuk pujian kepada Nabi Besar Muhammad SAW.

Dalam kesenian Boudah, para seniman memainkan Bobano,  alat yang digunakan dalam mengiringi lantunan syair berisi pujian kepada nabi Muhammad SAW.

Sambil memainkan bobano, sekitar 10 hingga 15 orang laki-laki  yang saling bersautan satu dengan yang lain, mulai suara atau nada  paling rendah sampai suara atau nada paling tinggi.

"Alat bobano ini terbuat dari kayu dan dari kulit kambing," demikian disampaikan Lismardi Mamak Mao Sutan, salah seorang pengisi suara dari boudah ini, Rabu 28 Juni 2022.

Biasanya, kata Lismardi, kesenian Boudah akan dilantunkan pada acara adat istiadat seperti pernikahan, khitanan, pemberian nama anak, atau hari besar Islam dan atau hari besar kenegaraan.

Mamak Mao Sutan menjelaskan, untuk memberikan suara yang bagus dan melengking bagi pemain boudah, disiapkan makanan khusus seperti "sopodeh merah" atau lingkuas yang telah diiris dalam piring. Kemudian ada garam, kedua Kopi kampong dan ketiga rujak Nenas.

"Karena boudah dimulai sari setelah sholat Isya sampai waktu masuk Shubuh," katanya.

Di tempat terpisah, Ismail Dt Podano Montoi Luhak Kepenuhan Negeri BERADAT, menyatakan bahwa saat ini  kesenian Boudah atau borudah ini hanya tinggal 2 grup yang masih eksis, yaitu satu grup di Pasir Pandak Desa Kepenuhan Timur yang merupkan boudah tertua di Luhak Kepenuhan. Dan kedua adalah di Galian Tanah Desa Kepenuhan Barat Mulia.

Sedangkan untuk 5 luhak Negeri Seribu Suluk ini, Luhak Rambah yang masih banyak eksis lebih dari 20 group boudah, di Luhak Tambusai perlu menjadi perhatian sesuai dengan bida Adat Ilang Dicai Tokolamun dikokeh, di Luhak Kunto hanya tinggal 4 Group yaitu yang aktif di koto intan dan kembang damai.

"Sedang di Luhak Rokan boudah ini sama dengan Bodikie ada sejak zaman kerajaan Rokan, sejak berdiri istana Rokan, 1901," katanya.

"Kita berharap budaya dan kesenian boudah yang ada di 5 Luhak ini terus eksis dan dilestarikan, bukan hanya eksis untuk ditampilkan dalam Kegiatan keadatan dan sosial keagamaan serta pemerintahan, tapi juga di ajarkan atau diturunkan ke anak cucu dan anak kemenakan serta masyarakat Negeri Seribu Suluk pada umumnya," tegas Ismail Dt Podano Montoi penerima Anugrah Tokoh Budaya Riau ini. * (Laks Her)

Ikuti Terus Riautribune

BERITA TERKAIT

BERITA TERPOPULER