Kanal

Dualisme Kepemimpinan PTMSI, Oegroseno Nilai Ada Indikasi Kepentingan Politik dan Uang

PEKANBARU, Riautribune.com - Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PP PTMSI), Komjen Pol (Purn) Oegroseno didampingi Pengprov PTMSI Riau, Dedi Harianto Lubis, Sekjen PTMSI, Dimas Muhammad Andika Putra dan Ketua Panitia Kejuaraan Pengprov Wan Alfi Syahrin, mengadakan konferensi pers di Wareh Kopi jalan Arifin Ahmad Pekanbaru.

Konferensi tersebut mereka gelar guna membahas dualisme kepemimpinan PTMSI. "Setelah saya menganalisa sendiri, awal menurunnya kualitas KON Indonesia itu sejak 2011 di bawah kepemimpinan pak Tono Suratman. PTMSI mulai rusak waktu itu disebabkan beberapa oknum pengusaha pengen memimpin tenis meja karena tenis meja bisa dijadikan diplomasi dagang dengan pemerintah China," ulas Oegroseno pada Sabtu (26/3/2022).

"Ada satu dua pemprov yang dipanas-panasi, maka mulai ada konflik di tahun 2011-2012. Sehingga ada putusan baru bahwa Munaslub 2011 dinyatakan tidak sah, maka diadakan lagi Munaslub 2012 di Solo dan terpilih lah Dato Tahir sebagai ketua. Pada Munaslub 24 - 25 September, ada perubahan AD/ART. KONI pusat masih mengganggu lagi, padahal KONI pusat hadir pada Munaslub. Jadi masih ada misi salah satu pengusaha kaya juga yang mau masuk," tambah Mantan Wakapolri tersebut.

Ia menilai, kekisruhan yang terjadi tersebut dikarenakan adanya indikasi permainan uang dan politik terselubung.

"Karena ditanya ya saya buka saja. Dato Sri Prof Dr Taher MBA, selaku founder Mayapada Group, yang saat itu terpilih jadi Ketua PTMSI tahun 2012, tapi tidak dikukuhkan oleh KONI, jadi dia sudah capek. Kebetulan pula 2013 itu dia dicalonkan jadi Cawapres, maka Dato Taher mundur. Kemudian diadakan lagi Munaslub dan saya terpilih," ulas Oegroseno.

"Tapi KONI pusat malah melaksanakan Munas Tandingan tanpa ada dasar AD/ART PTMSI, memilih Marzuki Alie. Sudah mulai terungkap waktu saya ketua tim IX PSSI saat ada konflik di PSSI tahun 2015, bahwa Ketua KONI pusat kepengen jadi Menpora dimana situasinya saat itu menjelang Pilpres, maka dicari pak Marzuki Alie yang saat itu sebagai calon presiden konferensi Capres Demokrat," ucap Oegroseno.

"Akhirnya Ketua KONI pusat ini pindah menjadi juru kampanye pak Prabowo waktu pilpres 2014. Karena pak Marzuki Alie mundur, dia pilih Lukman Edi yang satu partai sama Menpora. Jadi ada kepentingan politik yang main disitu," tambahnya.

Untuk semua informasi tersebut, Oegroseno dengan tegas mengucapkan bahwa dia mendapatkannya dari pihak Menpora sendiri.

"Ini saya buka biar kita tahu kenapa PTMSI itu jadi ada dualisme kepemimpinan. Ada unsur Dato Taher yang kepingin anaknya masuk jadi Ketua PTMSI dan saya disuruh untuk menggelar Musdalub lagi. Di Musdalub itu saya diminta untuk mengundurkan diri dan memilih anaknya Dato Taher menggantikan saya, karena ada misi yang mau buat anak Dato Taher jadi Ketua Umum KONI, kemudian Ketua Umum KOI dan suatu saat jadi menteri seperti pak Erick Tohir. Nah ini dia alasannya," papar Oegroseno.

Ia menilai bahwa para oknum pengusaha punya keinginan menjadikan anaknya menjadi menteri lewat jalur politik praktis.

"Nah, ini semua, lewat pengamatan saya, sebenarnya ingin membuat anak-anak pengusaha kaya menjadi menteri lewat politik praktis saja. Kayak main ular tangga, kalau kena kepala ya turun sampai ekor," kata Oegroseno.

"Jadi ya itu, semua ini kan penyebabnya hanya politik dan uang," tutupnya (Reynold)

Ikuti Terus Riautribune

BERITA TERKAIT

BERITA TERPOPULER